My Light [NCT 127]

385 20 4
                                    

Story by : Higitsune
Fandom : NCT 127
Pairing : Winwin/Taeil
Disclaimer : selain cerita semua bukan milik saya
Warnings : AU, OOC, weirdddd, hahaha
Attention : dibaca sambil diputer lagunya ya 😊

×
×
×

Mengetukkan jemari pelan seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun duduk termangu dengan kotak bekal dalam pangkuan, kaki kecilnya berayun mengikuti irama samar lagu yang diputar pada festival tak jauh dari tempat dirinya bersekolah. Kadang bergumam dan kadang menganggukkan kepala, tak ayal sesekali menilik kanan kiri memastikan orang yang ditunggunya datang. Namun semenjak dua jam menanti, hanya kesendirian yang menemani.

"Kau belum pulang?"

Mendongak, "hyung." Beranjak mendekat. "Aku menunggumu."

Seorang bocah lain yang sekiranya lebih tua menatap datar pada temannya yang tersenyum cerah seolah menunggu berjam-jam bukanlah pekerjaan melelahkan. Ya, ia tahu bocah di depannya ini menanti semenjak pulang sekolah hingga sore menjelang malam, tapi dirinya berusaha tidak peduli. Lebih tepatnya ia tidak boleh peduli.

"Winwin."

Dia yang namanya terpanggil melebarkan manik cokelat bulatnya berbinar menanti, karena baginya yang lebih tua ini adalah teman satu-satunya yang ia miliki.

Winwin adalah siswa sekolah dasar keturunan Tiongkok, awal bulan Agustus ia dan sekeluarga harus pindah ke Korea karena urusan pekerjaan orang tua. Tadinya Winwin sangat takut akan ditindas, namun bahkan sebelum anak-anak lain mencoba mencela, penyelamatnya datang. Satu tahun lebih tua dengan tatapan mata setajam elang.

Moon Taeil. Padahal tubuhnya kecil, tapi keberaniannya setinggi galah. Mereka yang berbadan gempal dan suka menindas bahkan lari terbirit-birit karena tatapan menusuk dari bocah yang lebih tua. Winwin memandang kagum, pemuda itu bagaikan inspirasi. Namun tak lama berselang, suara merdu mengalihkan fantasinya.

"Kau lihat kacamataku tidak?"

"Eh?"

Winwin menahan tawa, ternyata pemuda itu tidak bermaksud menantang para berandalan, ia hanya sedang mencari kacamatanya yang jatuh entah kemana. Sehingga netranya yang minus banyak harus memincing agar dapat melihat lebih jelas. Tapi bagi Winwin, anak laki-laki itu tetaplah penolongnya, alhasil ia pun membantu Taeil mencoba menemukan kacamatanya. Butuh tiga jam hingga Taeil menyadari, bahwa kacamata tersebut tidak pernah hilang, tapi memang ia tidak pernah membawanya.

Winwin tersenyum. Ia tidak marah, ia justru merasa tertarik.

"Kenapa kau tidak pulang?"

"Aku kan sudah bilang aku menunggumu."

Menghela napas, "untuk apa?"

"Aku ingin membagi bekal sekaligus pulang bersama. Oh, atau kau ingin ke festival hyung?"

Taeil tidak pernah mengerti mengapa si anak baru selalu mengikutinya, bagaikan anak itik membuntuti sang induk. Sekeras apapun usaha Taeil untuk menjauhkannya, Winwin akan terus ada disana, berada dalam jarak pandangnya.

Permasalahannya adalah, bukannya Taeil tidak ingin berteman. Winwin anak yang manis dan baik hati, ia bahkan murah senyum walau kadang malu-malu. Namun demikian anak itu terlalu bagus untuk seseorang seperti dirinya. Taeil itu trouble maker, pembawa masalah, sering kena sial, bahkan terkadang dapat menyakiti sahabat terdekatnya. Dan ia tidak menginginkan itu terjadi pada Winwin.

Menggeleng, "maaf aku tidak mau."

"Kenapa? Apa sangat buruk pergi bersamaku?"

"Kau tidak mengerti."

White SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang