"Ih ampun deh malu banget. Ngak bisa bayangin kalau harus punya hidup kaya si Gladys" kata-kata Melly membuka keheningan suasana di mobil jemputan yang membawa teman-teman kelas untuk menjenguk Gladys di rumahnya. "Ngak ada kali yang pengen ngalamin keadaan seperti itu termasuk Gladys sendiri, Melly" timpal Mauren dengan nada kesal. "Kita itu ngak bisa milih apalagi ngatur kita bakal terlahir lewat siapa, punya keluarga kaya gimana, siapa yang bakal ada dalam hidup kita. Karena itu semua hanya Tuhan yang tahu" jawab Diah berusaha menengahi percakapan dan berusaha untuk mencegah percakapan ini berlanjut makin jauh lagi. "Memang si Gladys itu benarnya sakit apa sie sampai ngak bisa masuk sekolah lama banget?" tanya hanny di bangku paling belakang. "Tadi dari infonya Gladys itu kena tumor meski masih bisa ditangani dengan operasi dan therapy tapi harus istirahat dan jalani perawatan extra karena ada yang sudah dalam tahap pengembangan jadi kanker dan berada di area yang rawan karena berhubungan dengan saraf" jawab Ika sambil menoleh ke arah Melly. "Dan iya Melly" panggil Ika dengan nada sedikit tertawa. "Sekedar info saja nie ya, kanker itu ngak menular kaya sakit flu atau batuk, Melly" lanjut Ika dengan nada tawa.
Gladys masih duduk termenung di pinggir jendela kamar. Dia memandang keluar jendela tapi tatapannya terlihat kosong. Malu, kesal, marah dan sedih bercampur jadi satu dalam batin Gladys. Bagaimana harus menghadapi teman-temannya nanti disekolah karena sekarang mereka sudah tahu keadaan keluarga Gladys yang sebenarnya.
==================================
Sungguh Gladys tak bisa menahan diri dari rasa sakit kali ini. Pusing di kepala tak tertahan hingga membuat Gladys jatuh di depan pintu kelas padahal ini baru hari pertama masuk sekolah lagi setelah hampir satu bulan Gladys absen.
"Ya ampun, Gladys" Mauren langsung lari dan berusaha membantu Gladys bangun dan mencarikan kursi untuk Gladys duduk. "Kalau belum kuat mending jangan sekolah dulu" bujuk Mauren sambil duduk di sebelah Gladys. "Kenapa, say?" tanya Ika sambil menghampiri Gladys dan Mauren. "Kepalaku sakit" jawab Gladys pelan. "Lebih baik pulang saja deh daripada ngerepotin doang disini" terdengar suara yang keras dari pojok kelas dan Gladys sangat kenal itu suara Haris siswa yan pernah menjahilinya saat pertama masuk sekolah. Gladys berusaha untuk tak menghiraukan perkataan Haris dan memilih untuk tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA GLADYS
Teen FictionGladys, gadis cantik yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkonflik. Dia berusaha untuk berjuang bertahan di tengah keluarga dalam konflik batin yang berkepanjangan