Beberapa menit sebelum kejadian.
"Bisa temani aku sebentar ke perpustakaan?" Tanya Ken, saat Adelin sudah berada tepat didepan Ken yang sudah menunggunya didepan kelas.
Adelin tersenyum, "oh- sekarang?" Tanyanya balik, yang dibalas gumaman oleh Ken.
"Baiklah, ayo!" Ajak Adelin yang berjalan lebih dulu, dan kemudian disusun oleh Ken.
Langkah kaki Adelin berhenti tepat setelah memasuki ruang perpustakaan, ia lalu berbalik menghadap Ken.
"Kau ingin membaca buku kan?" Tebak Adelin yang sudah hapal dengan kegiatan Ken diperpustakaan. "Kalau begitu, aku akan mengambil beberapa buku juga." Lanjutnya, lalu melenggang pergi menuju rak-rak buku.
Adelin tampak tidak mengetahui tujuan sebenarnya Ken mengajaknya keperpustakaan hari ini, karena ia bersikap seperti biasa yang sering ia lakukan saat bersama Ken.
Lelaki yang masih berdiam diri ditempatnya itu, mengepalkan tangannya kuat saat memperhatikan Adelin begitu ceria seperti biasanya. Senyuman itu, senyuman yang selalu ingin ia lihat setiap hari, entah kenapa untuk hari ini rasanya begitu menohok perasaan. Ia merasa tidak sanggup untuk melakukan hal yang benar bagi Adelin tetapi harus menyakitinya lebih dulu. Tetapi bagaimanapun ia harus.
Ken perlahan berjalan menuju meja membaca yang terletak paling pojok, lalu duduk lebih dulu sembari menunggu Adelin. Suasana didalam hening, karena hanya terdapat lima orang didalamnya termasuk Ken dan Adelin. Tidak lama, terdengar suara derap langkah yang berjalan mendekat tidak jauh dari duduk Ken. Ken mendongak dan mendapati Adelin yang sudah berjalan kearahnya dengan membawa empat tumpukan buku, tidak lupa dengan senyuman manisnya.
"Oh- dimana bukumu? Kau tidak membaca?" Tanya Adelin kebingungan saat melihat meja tersebut kosong setelah meletakkan buku bawaannya.
"Eoh, aku sedang tidak ingin membaca apapun." Bohong Ken, karena niat awalnya sebenarnya untuk membahas mengenai hubungan keduanya.
"Begitukah?" Ulangnya. "Baiklah, biar aku saja yang baca buku hari ini." Sahutnya lalu tersenyum.
"Eung- sebenarnya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Cegat Ken saat Adelin sudah hendak membaca salah satu buku yang ia bawa.
Adelin menggernyit bingung, "bicara sesuatu? Apa?"
Ken berdehem sebentar mempersiapkan dirinya. "Aku..." ia menjeda kalimatnya, lalu dengan susah payah menelan air ludahnya sendiri seraya menunduk. Rasanya sulit sekali, mengucapkan satu kata saja untuk Adelin. "Setelah aku pikir berkali-kali, sepertinya hubungan kita ini hanya menjadi beban untukku." Lanjutnya, lalu perlahan menatap Adelin yang sudah memberinya tatapan kebingungan.
"Apa maksudmu?" Tanya Adelin yang masih tidak dapat mengerti dan mencerna ucapan Ken.
"Sudah lama aku memikirkannnya, dan aku pikir ini saat yang sangat tepat untuk mengatakannya sekarang. Mulai sekarang, mari kita akhiri semua ini." Titah Ken akhirnya.
Adelin mendengus kasar, matanya perlahan mengerjap-ngerjap tidak percaya yang sekarang beralih menatap buku-buku yang ia bawa tadi.
"Kau-" Adelin kembali menatap Ken yang masih menatap lurus padanya, "sungguh-sungguh?" Tanya Adelin, berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika ia tidak salah dengar.
"Eoh, aku sungguh-sungguh." Yakinnya. " dan mulai sekarang, mari jangan pernah lagi bicara ataupun bertemu satu sama lain. Jangan menanyakan kenapa, karena ini sudah berakhir." Tegas Ken. Ia lalu beranjak dari duduknya dan melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Adelin yang sudah menatap punggungnya tidak percaya dan kemudian hilang dari balik pintu.
_
Salam manis,
Author<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita
Teen FictionKen terpaksa memutuskan hubungannya dengan Adelin secara sepihak, karena terikat permasalahan yang dilakukan ayahnya di masa lalu. Hal yang menurutnya benar harus ia lakukan, demi melindungi satu-satunya orang yang harus ia lindungi. Kata bergaul ya...