Rintik hujan masih mengguyur kota, namun tak sederas beberapa menit yang lalu, aku kembali berdiri menyaksikan jalanan kota dari ruangan ini. Banyak orang yang sejak tadi berteduh dipinggiran toko kini mulai melanjutkan kembali aktivitasnya.
Bersamaan dengan itu, aku mengingat kali pertama kau memainkan sebuah lagu untukku, lagu yang ajaibnya menjadi kesukaan ku dalam satu waktu.
Sampai saat ini suara mu masih memenuhi ruang pikirku, bagaimana tidak? suaramu berhasil mensabotase pikiranku untuk selalu mengingatmu.
Rasanya baru kemarin kau memainkan pianomu untukku, saking gembiranya, aku selalu meneteskan air mata bahagia tatkala mengingat lagu itu kau nyanyikan untukku.
Namun aku keliru, Kekasih.
Aku sadar itu hanyalah salah satu memori indah yang kau lukis bersamaku di masa itu, masa yang tak pernah bisa aku lupakan atau mungkin masa yang hendak aku lupakan.
***
Sebelum menemui Rayna di Rumah Sakit, Diandra berencana untuk membelikan sesuatu untuk Rayna. Setelah mendapatkan barang yang ia cari, Diandra lalu bergegas menuju Rumah Sakit untuk menemui gadis kecil itu.
Sesampainya di Rumah Sakit, Diandra lalu bertanya kepada salah satu perawat disana dimana kamar Rayna, setelah mendapatkan informasi dari perawat itu Diandra lalu bergegas menuju kamar tempat Rayna di rawat.
Disepanjang perjalanan menuju kamar Rayna, Diandra merasa ada yang aneh dengan perasannya. Ia merasa ada yang mengganjal dengan hatinya. Ia tahu ia harus berani menghadapi kenyataan, ia harus membuang rasa takut nya dan trauma akan masalalunya di Rumah Sakit ini.
"Kakak?'' Tiba-tiba seseorang memanggilnya.
Diandra menoleh kebelakang dan tersenyum, "Rayna."
Gadis kecil itu lalu berlari menghampiri Diandra, "Ngapain kakak kesini? kakak sakit?"
Diandra tersenyum seraya mengusap perlahan kepala Rayna, "Ngga kok, kakak kesini mau nemenin Rayna".
Mata Rayna membulat mendengar pernyataan Diandra, "Kakak serius?".
Diandra mengangguk perlahan dan mendapati Rayna tersenyum lebar kearahnya.
"Ayo kak, sekarang Rayn mau tunjukkin kamar Rayn ke kakak."
Setelah tiba dikamar Rayna, Diandra lalu duduk di sofa didekat tempat tidur gadis kecil itu. Ia mengamati semuanya, kamar rawat Rayna sangat nyaman, dan terdapat banyak boneka yang di letakkan di atas maupun di samping tempat tidur Rayna.
"Ohya kakak ada sesuatu buat Rayna."
"Wahh, kakak mau kasih Rayn hadiah?" ungkapnya penasaran.
Diandra lalu mengambil sesuatu dari tas nya, "Ini buat Rayna."
Rayna mengambil bungkusan itu dari tangan Diandra, "Permen cokelat, Rayn suka cokelat kak."
Diandra lalu tersenyum seraya menatap lekat Rayna.
"Rayna seneng banget kakak kesini, soalnya Rayn ngga ada temennya." ujar Rayn perlahan.
"Kakak janji bakalan sering-sering kesini, Rayn, ngga perlu sedih."
"Coba aja kalo Dokter Devan ngga sibuk, dia pasti kesini buat main sama Rayn."
Diandra menautkan alisnya, "Dokter Devan?."
"Iya Dokter Devan kak, dia yang sering kasih Rayn boneka."
Sementara mereka asyik mengobrol, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka tanpa mereka sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST [Selesai]
Teen FictionAku berharap kau tahu, masih ada hati yang mengharapkanmu kembali. dipublikasikan, Desember 2018.