24 - Khawatir

1.5K 83 7
                                    

Suara kicauan burung terdengar jelas dari luar jendela, cahaya matahari pun perlahan masuk melewati celah jendela yang terbuka, gadis itu membuka kedua mata nya yang berat, seraya memegangi kepalanya karena merasa pusing. Diandra mengedarkan penglihatannya ke seluruh ruangan dimana ia berada, dikamar Ayahnya. Ia ingat, semalaman ia menangis setelah membaca buku biru milik ayahnya lalu tanpa ia sadari tertidur di sini.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, "Iya, masuk aja, Bi."

Bi Sumi masuk seraya membawa nampan berisi makanan, "Non Diandra sarapan dulu ya, ini Bibi sudah masak makanan kesukaan Non Diandra."

Diandra tersenyum kearah Bi Sumi, "Bibi ngga perlu repot-repot bawa makanan nya ke sini, Diandra bisa kebawah buat makan loh, Bi."

"Sudah berulang kali Non Diandra bilang gitu ke Bibi, tapi makanan di meja makan masih utuh, ngga Non makan, Bibi takut nanti Non Diandra sakit, apalagi Bapak sekarang lagi ngga ada di rumah."

Diandra diam sejenak, "Iya Bi, Diandra makan ya, makasih loh sebelumnya."

Wanita paruh baya itu hendak beranjak pergi, namun kembali lagi saat ingin mengatakan sesuatu pada Diandra, "Oh ya, Non, Bibi lupa,"

Diandra menghentikan aktifitas makan nya sebentar, "Lupa apa, Bi?"

"Tadi Bapak telepon Bibi,"

"Papa?"

Bi Sumi mengangguk, "Tadi Bapak telepon Non Diandra, tapi ngga Non angkat, jadi Bapak telepon Bibi,"

"Oh, gitu ya Bi, terus Papa bilang apa?"

"Bapak bilang, belum bisa pulang, masih banyak pekerjaan disana yang harus diselesaikan."

"Ohh..." Ucapnya sedikit kecewa.

"Kalau begitu Bibi ke luar dulu ya Non,"

"Iya, Bi, makasih, makanan nya enak."

Tak berselang lama, Diandra buru-buru mencari keberadaan ponsel nya, mulai dari dibawah bantal, hingga ke bawah tempat tidur, namun tidak menemukannya, ia pun bergegas ke kamar nya, semoga ponsel nya ada disana.

"Ini dia..." Gumamnya lalu menghidupkan ponselnya yang mati.

"Yahhh yahhhh baterai nya.." Dengan cekatan gadis itu mencari charger an miliknya lalu kembali menghidupkan ponselnya.

Diandra terkejut melihat ada 20 missed call dari Ayahnya.

Dan beberapa pesan yang masuk, ia kemudian membacanya.

Papa : kenapa tidak diangkat? Kamu dimana, sayang?

Papa : Masih marah sama Papa?

Papa : Papa minta maaf, Papa belum bisa pulang, masih banyak pekerjaan di sini yang harus Papa selesaikan, kamu tidak apa-apa kan? Devan bilang ke Papa kalau kamu sudah sehat kembali, Papa sangat senang mendengar nya, Jangan telat makan, kata Bi Sumi tadi kamu susah sekali di suruh makan.

Papa : Baik-baik ya sayang di rumah.

Diandra ingin sekali meneriakan kata 'Rindu' pada Ayah nya, ia sangat merindukan Ayahnya. Apapun kesalahan yang telah ia lakukan, ia ingin meminta maaf kepada Ayah nya, ia ingin memperbaiki semuanya.

Gadis itu mengetikkan balasan,

Diandra : Hati-hati disana, Pa, jaga kesehatan Papa, jangan mencemaskan Diandra, Diandra baik-baik saja.

Sebenarnya masih banyak hal yang ingin ia katakan pada Ayah nya, namun jika ia mengatakannya sekarang, ia pikir Ayahnya sedang sibuk, Diandra tidak ingin menggangu Ayahnya untuk saat ini.

TRUST [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang