Tamatlah riwayatmu, Dewi Anclong.
Shit! Badan sebelah kiriku tak urung membaik. Apakah malaikat maut mencabut nyawa dari badan sebelah kiri?
Entah lah sudah berapa lama aku membawa rasa sakit di badan sebelah kiri, mungkin bertahun. Aku tidak ingat.
Ada pusaran angin yang terperangkap dalam tubuh, dia akrab dipanggil Angina. Tapi awam mengenalnya dengan sebutan angin duduk. Entahlah, apa pun sebutannya, aku tidak ingin akrab dengannya. Iya dong.
Berawal dari merasa kaku di bagian tulang pinggang dan ekor, aku pikir ada urat syaraf kejepit. Bayangkan, duduk saja tidak nyaman. Beberapa fisioteraphy dan rontgent sudah aku jalani. Hasilnya? Nihil.
"Ah, elu kebanyakan gaya kali tuh!" Bullyan teman-teman sudah akrab sekali di telinga, kalau aku merana saat duduk.
"Makanya buruan kawin, biar enak duduknya," WHAT? komen terakhir itu bikin ngenes ya, Mblo.Aku seorang Karyawati di sebuah BUMN, aktif dan energik. Saking aktifnya, perusahaan kadang mengira aku Dewi Durga. Yes! Tokoh pewayangan yang memiliki ribuan tangan. Mereka percaya kalau aku bisa mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu. Well, aku Amiinkan.
Terkadang, aku juga dipercaya sebagai ahli cenayang. Bayangkan saja, sebagai seorang marketing aku harus bisa memprediksi kondisi pasar bahkan beberapa tahun ke depan. Nah, yang ini aku mending pura-pura mati. Berbagai analisa yang disampaikan bakal dikuliti sampai ke daging-dagingnya. Beneran, mending di tembak Tom Cruise ala-ala acara reality show nyatakan cinta gitu. Meski geli, tapi, siapa coba jomblo yang mau nolak Tom Cruise? Ngayal.
Terlepas dari hari-hariku yang 90% aku habiskan dengan pekerjaan, sampe lupa umur sudah kepala tiga dan masih jomblo, aku adalah anak Mama yang manis. Dia satu-satunya teman berantem dan teman main terbaik dalam suka dan duka.
Kami berdua senasib, sama-sama jomblo. Papa sudah meninggal sejak aku duduk di kelas 2 SMA, dan aku anak tunggal. Mama tidak menikah lagi sejak Papa meninggal.
Padahal sudah beberapa kali aku jodohkan Mama dengan beberapa kenalanku, tapi Mama tetap keukeuh dengan kesendiriannya."Pake jodoin Mama sama cowok segala, kamu aja sana kawin" gerutu Mama, waktu aku coba kenalin sama Pak Pri, teman kantor yang sudah melajang sekian tahun.
"Iii Mama itu kan umurnya udah Om-om, pantesan juga sama Mama" timpalku
"Eeeh... ini nih anak kurang ajar, ngasih emaknya om-om" Mama melempar bantal tepat ke muka.
"Yakaleee Mama maunya brondong, masaaa?" shock, ini serius Mamaku? Sehat kan Mak?
"Mama tuh cintanya cuma sama Papa kamu, tuh kan jadi kangen. Nggak tega liat kamu yang unyu-unyu gini ganti Papa" Mama menatapku ala-ala tatapan puppy eyes kucing di film sherk. Uuuuhhh, Mama romantis. Sejurus kemudian, tanduknya nongol dan jidatku kena toyor Mama juga "Udah buruan kamu yang kawin!"Sudah beberapa bulan ini sakit di sebelah badan kiriku semakin menjadi. Sebenarnya, sudah sejak tiga tahun lalu aku merasakan ada yang tidak beres. Tapi, karena tugas pekerjaan yang mengharuskan aku pergi ke luar negeri beberapa kali setiap tahunnya, sakit ini aku tahan dan dibawa kemana-mana. Ini lah kenapa aku disebut Dewi Anclong.
Dewi Anclong adalah gelar yang diberikan Mama padaku, karena jarang ada di rumah. Nganclong mulu, entah karena pekerjaan atau karena hoby travellingku. Sesekali Mama juga ikut travelling, tapi kalau urusan pekerjaan, dia tidak mau ikut. Jadi, aku sering meninggalkan Mama sendirian di rumah. Kasian Mama.
Kali ini sepertinya Mama sudah tidak bisa mentolerir lagi dengan rasa sakitku, dia meminta aku untuk istirahat. Ambil cuti dan memaksimalkan untuk berobat. Bahkan kalau perlu, aku berhenti dari pekerjaanku. Mama posesif, dulu Papa meninggal karena serangan jantung. Wajar, kalau sikapnya berlebihan padaku. Apalagi yang sakit memang dada sebelah kiri.
Sebenernya aku sudah beberapa kali memeriksakan diri ke dokter, bahkan setiap tahun aku rajin Medical Check Up, dan hasilnya baik-baik saja. Masalahnya, yang aku rasa ini sakit apa? Terkadang lemas dengan nafas tersengal-sengal. Pusing dan mual sudah pasti.
Mama membawaku ke sebuah pengobatan alternatif, referensi dari temannya. Dari sana lah, teraphys memberi tahu kalau aku terkena Angina atau Angin duduk. Jadi, masuk angin yang menyerang otot. Dia menyerang sampai ke kepala, makanya kepalaku sering pusing, bahkan terkadang ingin membenturkan ke tembok. Sayang, tidak ada toko yang jual cadangan kepala.
Sekarang aku sudah nyaman duduk dengan gaya apa pun, setelah melakukan lima kali teraphy setiap hari. Dan, aku yakin tidak ada masalah dengan tulang dan urat syarafku. Nafsu makan bertambah, ini berbanding lurus dengan gaya pecicilanku. Semakin banyak makan, semakin bertambah tenaga, semakin pecicilan pula. Dan, yakin bisa ikut panjat pinang di RT, iyeeee kalau nggak punya malu.
"Ini Mama dapet minuman mujarab dari si Ibu yang ngobatin kamu, buat pencerahan," Mama menyodorkan sebotol air mineral padaku.
"Maksud Mama, aku kusam?" berasa nggak enak nih perasaan, lihat senyuman gemes Mama yang terlihat lebih seperti seringai.
"Biar kamu cepet kawin" Mama terkekeh
"Mamaaaa, aku kan masuk angin bukan masuk biro jodo" aku mendelik.
"Udah diem, nurut sama orang tua!" Mama tampak senang, lihat anak manisnya lebih sehat.Mama tetap lah Mama. Aku mengikuti nasehatnya, aku berhenti bekerja, dan mencari pekerjaan lain dengan waktu jam kerja yang lebih pendek. Kali ini aku benar-benar memperhatikan kesehatanku, penting, karena aku satu-satunya anak yang akan menjaga Mamaku. Jadi, aku harus sehat.
Soal jodo? Beuh Mama semakin semangat mengenalkan aku pada anak-anak temannya.
"Mama udah nggak sabar pengen ikut kalian bulan madu, pasti romantis" iiiih apa coba Mamaaa, yang lain tuh pengen anaknya nikah biar cepet dapet cucu. Koo Mama pengennya ikut bulan madu?Tentu saja, gelar Dewi Anclong yang diemban selama ini, aku lepaskan. Aku ingin lebih sering menemani Mama. Kalau pun harus travelling, ya Mama harus ikut. Bahkan bawa Mama bulan madu? Baiklaaah. Tepok jidat.
Dewi Anclong, bye-bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewi Anclong
General FictionTamatlah riwayatmu, Dewi Anclong! Shit! Badan sebelah kiriku tak urung membaik. Apakah malaikat maut mencabut nyawa dari badan sebelah kiri?