PROLOG

17 0 0
                                    

Kutatap dewi malam ditengah kesunyian rasa, kuingat perkataan terakhirnya begitu menusuk hati.'Kau pergi atau aku yang akan tersakiti' ungkapnya dengan wajah tak bersalahnya. Hei manusia tak punya perasaan, ini aku yang kau lukai, bukan sebuah robot bicara dan punya rasa maupun segenap jiwa.

Aku punya akal yang jauh lebih baik dari pada kau sang penusuk jiwa. Hingga dinginya malam yang menusuk sampai ke tulang, tak terasa di tubuh ini. Sunguh jahatnya lelaki yang kupercayai ini.

Suara gesrekan tanah terdengar di telingaku. Ku abaikan saja. "Hai, ini sudah malam, nanti kamu masuk angin" ungkap sahabat semata wayangku, Hana. "Aku tak peduli, sebelum dia menjelaskan semuanya kepadaku, maka aku tak akan pergi dan aku akan terus seperti ini". Balasku dengan suara yang sangat pelan bak angin malam.
"Jika kamu terus seperti ini, maka hidupmu tak akan berubah, dan yang terpenting kasihanilah dirimu sendiri" ungkap sahabatku penuh bijak.

" Lihatlah hari esok, jangan kau pedulikan yang kemarin, dia itu sudah membuat luka kenapa harus kamu ingat? Apa pentingnya?" lanjutnya menasihatiku.

"Tapikan dia begitu berarti dalam hidupku, namun dulu," balasku. "Itu dulu Alana, tapi sekarang harus berubah, dia saja tak pedulikan kamu, dia itu sudah lupa akan kamu. Ayo berubah dan lanjutkan mimipmu selanjutnya," ungkap Hana lagi lagi mengingatkanku akan hal yang aku perbuat.
"Oke, aku akan menurutimu dan aku mulai sekarang aka berubah" lanjutku sambil menatap wajah sahabatku sayang. " Yuk balik ke rumah, sudah malam, kasian tubuhmu" balasku mengangguk atas ucapanya.

Matahari menyingsing menyapa keadaan alam, bersinar keseluruh semesta dan menaungi seluruh jiwa. Sang penguasa bilik pagi ini belum menampakan paras anggunya. Bergerilya di alam mimpi, bermalas malasan dengan boneka beruangnya yang sangat besar bak dirinya. Namun, waktu sudah menunjukan jika dirinya sudah lelah bersuara, hingga sang mama yang harus membangunkannya
"Nak, waktu sudah mulai siang, Pak Dirman sudah selesai membersihkan kebun, dan sekarang sudah siap mengantarkanmu" ucap mama dibalik pintu yang menjulang tinggi. "Iya ma, lima menit lagi aku sudah selesai mandi" balasku berbohong atas hal ini. " Ayolah nak, aku tau jika kamu belum siap apa – apa" ucap mama demikian. " Iya iya, bentar lagi Alana sudah siap untuk sarapan" balasku sambil membuang selimut di sembarang tempat.
Dua puluh menit lebih tiga detik aku sudah siap untuk sarapan, dan pukul 06.31 aku sudah siap berangkat menuju sekolah kesayanganku ini, padahal ya biasa saja. Ku turun dari mobil dan tak lupa aku berterimakasih kepada Pak Dirman. Ku langkahkan kakiku terhadap koridor yang cukup luas dan panjang. Dengan malas ku sapa setiap murid yang lewat didepanku, eits aku tidak menyapa tapi aku yang membalas sapaan mereka, nanti dikira sombong jika aku tak menyapanya. Huh dasar ya kawan kawanku ini. Tapi tidak apalah, namanya juga akrab.

"Good Morning Alanaaaaaaa" sapa seluruh temanku ketika aku baru melangkahkan kakiku ke kelas yang sangat indah dan ramah ini. "Hai juga kawanku yang sangat ramah" sapaku dengan riang dan tersenyum kepada kepada seluruh teman dikelas. Balas mereka dengan senyumnya. " Hari ini aku duduk sama siapa? Sendiri lagi?" tanyaku pada temen sekalas. " Iya deh, kayaknya" balas salah satu temenku dengan tidak berdosa. "hadduuhhhh, gara gara kelas ini siswanya ganjil, kan aku yang selalu duduk sendirian!" ungkapku penuh dengan rasa kesal dan sebal terhadap mereka.
"Udah santai aja kali, bentar lagi juga ada temenya" celetuk temen didepanku."Emang siapa? Ngarang aja mulut lo, mana ada yang mau masuk kelas kita, orang muridnya aja selengekan semua" balasku dengan wajah yang ditekuk dua puluh lima derajat. "Tunggu aja tanggal mainya".

Tak terasa bel sudah mengoceh bak burung di persawahan yang sedang menuggu kawan – kawanya untuk diajaknya berkeliling meliahat indahnya dunia. Semua murid SMA High Score berhamburan menujun kelasnya, ada yang sambil bercanda dengan teman – teman sejawatnya, ada yang berjalan santai dengan tatapan horor menuju kelas, sudah pasti guru dikelasnya tidak seasik yang dibayangkan.
"Yuk, persiapan semuanya, duduk dibangkunya masing – masing, jangan lupa untuk berdo'a sebelum memulai pelajaran" perintah sang ketua kelas yang tegas pada saat waktunya memimpin saja, sejujurnya dia laki – laki yang pemeberontak terhadap keadaan yang tidak ia sukai. Namun, dapat diandalkanlah yaa.

"Selamat pagi, apa kabar kalian hari ini?" tanya Bu Ratna selaku guru bahasa Indonesia yang ramah dan sabar ini. "Alhamdulillah, sehat Bu." Balas seluruh siswa kelas 12 IPS 2 dengan serempak. "Ada kabar gembira buat kalian hari ini. Ibu tadi ke kelas kalian tidak datang sendirian, melainkan dengan kawan baru kalian yang datang jauh – jauh dari Pulau Dewata." Ayo nak masuk perkenalkan diri kamu." Ucap Ibu Ratna terhadap anak – anak yang diajarnya sekarang.

Si diapun akhirnya msuk dan membuat semua siswa melongo karena parasnya yang tampan bak putra kerajaan. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih bersih dan matanya yang mentap tajam seperti elang yang sedang memantau mangsanya dari kejauhan. Tak lupa pula bulu matnya yang tebal dan lentik, kulitnya yang putih bersih, dan tak lupa perawakanya yang proporsinya sangat pas. Perfect. Satu kata yang muncul dibenak mereka semua sekarang.

"Hai, selamat pagi teman, perkenalkan namaku Barca El Daffa, kalian bisa panggil aku El saja biar singkat" ucap El ketika memperkenalkan dirinya. "Asalku dari Pulau Dewata, Bali. Aku pindah kesini karena harus ikut ayah yang sedang pindah tugas. Senang bertemu kalian, semoga bisa menjadi teman yang baik, terima kasih" lanjutnya mempekenalkan diri.
"Silahkan kamu duduk di sebelah Alana, karena dia duduk sendiri hari ini." Perintah Bu Ratna kepada El agar duduk dengann Alana. "Baik bu"

Alana yang sedari tadi tidak memperhatikan Bu Ratna, hanya diam dan meletakan kepalanya dimeja, kaget melihat pemndangan yang ada didepanya. "Kayak pernah liat orang ini, tapi dimana ya?" batin Alana dengan ekspresi kebingungan dan berusaha mengingat – ingat, namun nihil hasilnya. El pun langsung duduk saja tanpa permisi kepada orang yang berada disampingnya.

Bel istirahat berbunyi, menandakan seluruh siswa wajib untuk melaksanakan jam makan siang. Kantin hari ini begitu ramai membuat malas Alana untuk pergi kesana, ya walaupun sudah membawa bekal dari rumah. "Kamu nggak ke kantin?" tanya Hana sambil mengajak ke kantin." Enggak deh makan sini aja yuk" balas Alana. "Oke deh"
"Sorry, kamu nggak makn siang?" tanya Alana kepada El karena sedari tadi hanya membaca buku tebal yang di pegangnya. El hanya membalas dengan gelengan yang tak berarti karena menoleh pun tidak.
"Kalau ada yang bertanya itu dijawab, ditatap wajahnya, nggak sopan banget jadi orang" sindir Alana yang hanya dibalas dengan helaan nafas berat. "Oh Tuhan, kok ada ya orang dingin banget kayak gini." Batin Hana sambil amakn nasi goreng udang yang tampak lezat.
Mereka makan sambil mengobrolkan hal – hal yang tidak penting. Menurut El.

"Kalian bisa diam nggak? Nggak liat apa ada orang yang fokus baca!" hantam El dengan perkataan yang sangat pedas. "Woi, bukanya kamu yang harusnya ngeliat udah waktunya jam istirahat tapi malah tetep baca, arusnya itu kamu cari tempat yang tenang dan nyaman buat baca. Sana pergi ke perpsutakaan!" balas Hana

Dengan gampangnya El hanya melirik mereka dan parah nya dia hanya membalas dengan senyum kecutnya.
"Songong banget sih???" Alana sudah tak sabar dengan balasan El yang seadanya.

Maaf masih amatiran
Maklum tugas sekolah
Baca aja kalau suka, sekalian vote jangan lupaa:)))

see u💯💯💯

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KESEPIAN RASAWhere stories live. Discover now