Hujan turun menghanyutkanku dalam bayang-bayang gadis yang ku cintai. Gemercik beradu dengan bising kendaraan yang lalu lalang di depan minimarket mengisi kesunyian hatiku yang kosong. Dalam diam aku menunggu gadis kelas sebelah untuk membeli sebotol air mineral di tempatku bekerja part time malam ini.
"Lima menit lagi." Gerutuku.
Lima menit tepat kuhitung lewat arlojiku, seorang gadis memasuki pintu minimarket. Rambutnya sedikit basah karena gerimis. Ia menenteng tas besar yang ku yakini isinya adalah sepatu dan pakaian gantinya.
"eolmaeyo (berapa semuanya) ?" Tanyanya.
"Hwang Eunbi?" Aku memberanikan diri menyebut namanya.
"Oh. Kim Taehyung-ssi?" Ucapnya. Aku terkejut ia tahu namaku. "Kau kelas dance sebelah kan?" Lanjutnya. Aku mengangguk.
"Tolong informasikan ke kelasmu bahwa besok lusa Mrs. Hana ada workshop jadi agar kalian tetap mendapatkan pengajaran, jadwal kelas kalian diganti besok bersamaan dengan kelasku." Ucapnya, sungguh, mendengarkannya berbicara saja hatiku terasa sejuk.
"Oke oke. Terimakasih." Jawabku gelagapan karena terhanyut dalam sorot matanya.
Dia tersenyum padaku.
Setelah melakukan transaksi, ia lalu menghilang dari pandanganku. Sebuah progress sudah kulakukan hari ini. Setidaknya ia tahu aku ada.
***
"One, two, three, four, five, six, seven, and, done." Mrs. Hana mengakhiri sesi pertama.
Sedari tadi aku terus memandanginya, sorot mataku terlalu jelas menampakkan bahwa aku jatuh hati padanya. Dia terlihat indah dimataku. Dia adalah seni yang Tuhan ciptakan yang terlihat sempurna dimataku. Aku sudah menyelam terlalu dalam, hingga enggan untukku kembali ke daratan jika yang mampu ku dapatkan adalah hal yang lebih indah dan berharga dari berlian, intan, dan permata.
"Ya. Dia adalah Hwang Eunbi." Batinku.
Senyumnya terlihat begitu bebas, ketawanya yang khas membuatku larut dalam tawanya. Mungkin kalian pikir dia adalah gadis yang mudah didekati, tidak! Kenapa aku bilang tidak? Aku sudah mengamatinya dari tahun pertama aku bertemu dirinya. Dia adalah gadis pertama yang mampu mengetuk pintu hatiku, dan membukanya sekaligus.
"Kini ku sadari bahwa dia telah merenggut hatiku dan membawaku ke dalam sebuah rasa yang memabukkan." Ucapku dalam hati sembari memandangi wajahnya melalui bayangan di cermin.
Dia adalah candu bagiku. Tanpa ku sadari, aku selalu menunggunya setiap malam di mini market, mengunjungi semua SNS nya saat waktu luang, dan memimpikannya dalam setiap lamunanku. Dia adalah candu bagiku. Jika memang harus ku cari penawar, aku hanya menginginkan dia sebagai penawarku.
"Kim Taehyung-ssi." Suara Mrs. Hana membuyarkan lamunanku.
"Ye." Jawabku.
"Setelah jam saya berakhir tolong ikut denganku sebentar." Ucap beliau.
Kudapati gadis itu sedang melihat ke arahku. Hatiku berdegup kencang, seorang Hwang Eunbi menatapku dengan senyuman yang selalu ku impikan. Kuberi tahu, dia adalah poker face. Sekali saja kau melihatnya tersenyum kepadamu, siap-siap saja untuk membangun ulang pondasi yang sudah kau bangun selama ini.
***
Seperti malam-malam sebelumnya, aku masih disini menunggu kehadiran Eunbi. Malam ini gerimis datang lagi, gerimis selalu setia menemaniku beberapa hari ini. Sudah pukul 08.00 lebih, ia tak kunjung datang. Tidak biasanya dia seperti ini.
"Kurasa, dia tidak mampir kesini malam ini." Ucapku lirih.
Tak ku pungkiri, aku sedikit kecewa. Malam ini, aku tidak melihat wajah bidadariku. Walau begitu, aku masih setia menunggu di malam-malam berikutnya.
"Tapi bagaimana jika ia sudah tak akan lagi berkunjung kesini?" Pikirku.
"Akan ku jemput dia dimana pun ia berada." Gerutuku dengan penuh percaya diri.
Seseorang terlihat berdiri membelakangi pintu masuk. Dia adalah wanitaku, sebut saja begitu. Aku memberanikan diri menghampirinya, lagipula ini jam pulang kerjaku. Bagaimana bisa dia terlihat begitu cantik malam ini? Wajah mungilnya yang terpapar sorot lampu jalan bak bulan yang menerangi langit yang mendung di malam ini. Gerimis telah membasahi Hwang Eunbi. Tunggu, jika ia menjadi bulan di malam ini, aku bersedia menjadi bintang yang selalu berada di sampingnya.
"Hai." Sapaku.
"Hai." Dia menyapaku dengan hangat.
"Dimana payungmu?" Aku tak melihat payung yang biasa ia bawa.
"Aku tidak membawanya, aku lupa." Jawabnya.
"Aku hanya ada satu, kau pakai saja." Lalu ku berikan payungku padanya. Segera aku berlari menembus gerimis yang mulai deras.
***
Hwang Eunbi POV
"Apa ini?" Tanya Eunbi sesaat setelah melihat sebuah paper plane di atas mejanya. Ia membukanya, ternyata itu adalah sebuah surat. Tidak tertulis siapa pengirimnya.
"Tidak usah dikembalikan." Tertulis seperti itu di kertas tersebut.
Dari surat tersebut, ia langsung mengetahui siapa pengirimnya. Kim Taehyung. Namun ia memutuskan untuk tetap pergi menemui lelaki itu. Sayang, Taehyung tidak terlihat di kelas seharian ini. Begitu juga dengan mini market tempat lelaki tampan itu bekerja.
"Bagaimana bisa di zaman seperti ini tidak ada satu pun yang mengetahui kontak seorang Kim Taehyung?" Gerutu gadis itu sembari berjalan pulang meninggalkan mini market.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind
Fanfiction[Completed] "Kini aku sedang berada diantara masa lalu dan masa depanmu, aku ingin selalu seperti itu, berjalan bersamamu dimasa itu. Sehingga saat aku menoleh pada masa lalu, aku melihatmu disana bersamaku. Begitu juga dengan masa depan, selalu ada...