Chapt. 2 : Mama takkan terganti

15 3 1
                                    

Nira menarik nafas panjang dan menghembuskannya begitu saja.

"Bima! Aku tak akan ikut campur dengan urusanmu. Biarkan aku pulang dan aku akan menghapus semua yang kulihat hari ini," pinta Nira memecah keheningan.

"Aku butuh bantuanmu!"jawab Bima.
Nira menutup wajahnya sesaat.
"Please,Bim! Aku gak mau terlibat apapun dengan masalahmu. Lihat wanita itu Bim. Segera tolong dia sebelum kamu menyesal!"

Bima memutar pandangannya ke sosok wanita yang bersimbah darah di ruang tengah.
Ah, bodoh sekali ia tadi mudah terpancing dengan kata-kata Arin.
Setan apa yang sudah menggerakkan tangannya untuk menghempaskan badan Arin ke tembok?
"Ini salah Arin,bukan salahku!"geram Bima.

Arin selalu mengancam Bima atas sebuah kesalahan masa lalu.
Kesalahan yang meninggalkan dendam mendalam bagi Arin. Ia tak akan pernah bisa memaafkan Bima.

***

Bima kecil saat itu sedang bermain bola di halaman rumah. Arin mengintip dari jendela. Rumah ini terasa asing baginya. Belum ada satu bulan ibu mengajak tinggal di sini. Tepatnya setelah pernikahan antara ibu dengan papa Bima, om Bagas.

Bima tidak pernah mau mengakui Arin sebagai kakaknya meskipun Arin tampak baik. Bima juga tak menyukai kehadiran tante Vika, ibu Arin.

Gara-gara tante Vika, papa tidak lagi suka bermain dengannya. Papa lebih banyak bersama dengan tante Vika. Papa tidak lagi mau bermain bola hanya karena tante Vika minta di bantu merapikan ini merapikan itu.

Bahkan Arin lebih sering diajak papa untuk pergi dibanding dirinya. Alasan papa, "Bima di rumah saja bersama tante Vika ya, biar kakak Arin yang membantu Papa."

Bima muak mendengar alasan papa. Padahal maksud papa seperti itu agar Bima bisa dekat dengan ibu tirinya, dan Arin juga bisa nyaman dengan ayah tirinya. Sehingga keluarga mereka bisa saling dekat satu sama lain dan hidup harmonis.

Tapi papa salah besar. Tidak semudah itu Bima bisa menerima tante Vika di usianya yang 10 tahun ini. Terlalu banyak cerita di luar sana tentang ibu tiri yang menghantui pikirannya. Bima juga tak ingin jika almarhum mamanya sedih melihat posisinya di gantikan perempuan lain. "Bima anak mama, Bima gak butuh mama baru!"teriak Bima setiap tante Vika mendekatinya.

Tante Vika menahan tangisnya dan mencoba bersabar. Ternyata menyandang gelar ibu tiri lebih berat dibanding menjadi seorang janda. Bima selalu melakukan penolakan terhadapnya.
Dan Arin, diam-diam ikut merasakan kesedihan ibunya. Ia berjanji akan membalas sakitnya sebuah penolakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S E C R E TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang