"Sialan!." aku memberengut kesal. Baru saja aku mengawali percakapan video dengan Firda, dia sudah lebih dulu mengatakan hal yang membuatku jengkel.
"Iiih apaan sih, telfon-telfon sahutnya gitu." sahutku tak ingin kalah.
Firda terlihat mengatur mimiknya, kemudian ia tersenyum. Aneh. "Maaf Ay, aku tadi lagi tengkar sama temanku." jawab Firda sembari meringis.
"Oh." aku malas menimpali, yang jelas dia sudah menghancurkan mood ku yang sedang bahagia level tinggi.
"Gimana acara lamaran nya? Lancar?." Firda mengajakku kembali bicara setelah satu menit ia aku abaikan.
Aku memutar bola mataku. "Hmm."
"Lah sekarang kamu yang bete."
"Iya lancar." Ayu menghela nafas kasar. "Wah sukses ya. Selamat deh, bentar lagi ganti status nih, dari perawan ke seorang istri." ledek Firda.
Pipiku memerah, segera ku alihkan wajahku dari ponselku. "Ih apaan sih. Nggak!."
"Nggak apa nggak?."
"Iya..." kalah sudah, memang kalau urusan pernikahan pipiku mudah sekali memerah, apa karena selama ini aku kecanduan dengan novel-novel dewasa yang menceritakan romansa pernikahan?.
"Oh iya Fir. Aku belum mengabari Revan." wajahku lesu, harusnya Revan aku kabari sebelum acara lamaran dimulai, kalau begini pasti aku akan dimarahi Revan habis-habisan. Dia pasti tak terima pacarnya akan menikah dengan laki-laki lain. Tetapi, apa dayaku, ayahku mengidap penyakit serangan jantung itu cukup membuatku kapok untuk berbuat usil dan menyakiti ayahku, apalagi mengecewakannya.
"Em..." wajah Firda terlihat seperti tak bergairah membahas Revan. "Dia udah aku kasih tau sih. Tapi dia bersikeras mau melamar kamu. Akunya kesel dong."
Mataku membulat sempurna, Revan akan melamarku?.
"Fir, kamu jangan bercanda gitu ah, gak baik." cielah, biasanya aku juga yang kebanyakan bercanda. Aku meringis dan tertawa. Tawaku hambar ketika ekspresi Firda bukannya ketawa tetapi semakin cemberut.
"Gue serius Ayu." jawab Firda dengan nada datar, bahkan ekspresinya pun sangat datar.
"Seriusan?." Aku berteriak kaget.
"Duariusan. Lagian dia udah otw ke rumah kamu kali."
What!!!! Revan!!!
"Firdaaa!!! Aaaaaaaaaaaa." aku berteriak dan meninggalkan ponselku di kamar, segera aku berlari ke bawah untuk mencari ayahku. Semoga ayahku tidak ada di rumah.
"Abi! Umi! Mas Haris!." aku berteriak sembari menuruni tangga dengan tergopoh-gopoh.
Kulihat di dapur dan ruang keluarga sepi, segera ku berlari menuju ruang tamu dan boom! Telak sudah, satu keluargaku sudah ada di ruang tamu menyambut keluarga Revan.
Tuh anak ngapain bawa-bawa ibunya sih. Gerutuku dalam hati.
Aku meringis dan menatap keluargaku, mereka sepertinya akan tahu setelah ini semuanya yang aku rahasiakan. Aku berpacaran dengan Revan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh dan Bangun Cinta
SpiritualUpdate seminggu sekali "Jangan pernah lupa, bahwa wanita baik hanya untuk laki-laki yang baik, wanita yang buruk hanya untuk laki-laki yang buruk." "itu tidak berlaku jika kau mau memperbaiki diri. Saya mencintaimu, dan saya akan membimbingmu menjad...