Jam alarm berbunyi ketika waktu menunjukan pukul 06.30, aku mengulurkan tanganku dan mematikannya begitu mengeluarkan suara, jadi tidak akan membangunkan teman sekamarku.
Aku melihat kalender di ponsel yang menunjukan tanggal 21 September.
Akupun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kedai kopi di sebrang asramaku.
"Siapa yang bangun pukul 06. 00 di hari libur seperti ini" aku mendengar erangan dari arah Lyli ketika aku sedang memakai tasku dan mengalungkan kamera di leher.
"Enam tiga puluh, bukan enam"
"Sama saja Huh" kata Lyli, kemudian dia terjatuh lagi dari tempat tidurnya ,dan kembali tertidur seperti semula.
Jika aku tidak mengenal Gadis itu aku akan mengatakan dia tidak tidur selama 1 bulan
Aku keluar dari gedung asrama dan berjalan kaki untuk ke kedai kopi di seberang jalan.
aku masuk ke kedai kopi tersebut dan duduk di meja paling pojok, tanpa bertanya seorang pelayan menaruh Cappucino di depanku itu adalah minuman kesukaanku.
tidak aneh bagi pekerja disana ketika aku muncul di kedai kopi itu sepagi ini, terutama pada Sabtu pagi itu sudah menjadi kebiasaanku, sampai membuat pelayan di kedai ini tahu persis apa yang ingin ku pesan tanpa perlu bertanya lagi.
Jam dinding menunjukkan pukul 07.00, bel di kedai berbunyi, seseorang membuka pintu dan melangkah masuk kedalam, dia berjalan ke arah meja yang tepat berada di tengah-tengah kedai kopi tersebut, menarik kursi lalu duduk di sana.
Seorang pelayan membawa pesanan yang biasa dia pesan yaitu 2 cangkir kopi susu panas, dan meletakkan satu di depannya dan menempatkan yang kedua di depan kursi lain, aku memperhatikannya ketika dia meminum satu teguk kopi panas, tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar, kopi itu panas, dan dia meminumnya tanpa menunggu hingga dingin seolah-olah panasnya kopi itu biasa saja.
Aku menyalakan kamera yang ku kalungkan di leherku dan dengan tangan gemetar aku mulai mengambil fotonya secara diam diam.
aku mematikan kameraku dan menyesap sedikit Cappucino ku, aku mendengar suara batuk dari arah Angkasa dan itu membawa dampak yang besar bagiku, sehingga dengan tidak sengaja aku menumpahkan sebagian minumanku ke lantai.
Angkasa melihat ke arahku, dan matanya yang gelap bertemu dengan mataku, aku memalingkan wajah untuk memutuskan kontak mata, dia tidak berpaling sedikitpun dariku, dia terus menatapku bahkan tidak berkedip seakan membaca setiap pikiran dan mempelajari setiap gerak gerikku, tanganku mulai berkeringat dan detak jantungku berlangsung lebih cepat dari biasanya, 4 menit telah berlalu dan dia tidak mengalihkan pandangannya itu, aku mulai mengutuk dan bersumpah untuk melarang diriku bergerak atau hal yang lebih buruk akan terjadi, aku melihat dari sudut mata bahwa dia menyipitkan matanya dan akhirnya memalingkan muka, lalu menempatkan uang lima puluh ribuan 2 lembar di atas meja, seperti biasanya kemudian dia pergi meninggalkan kedai itu.
aku menghembuskan nafas yang sedari tadi kutahan.
**********
Note: kalo suka jangan lupa Vomentnya ya hehe❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ELABORATE
Teen Fictionini bukan seperti cerita cerita romantis dan fiksi remaja pada umumnya, ini lebih rumit dari itu semua.