A/N:
Pindahan rumah yang ke dua dari akun ffn ku. Recast untuk Namjin. 😘
Plot cerita bergerak mundur dan maju. Terdapat pergantian Point of View yang cukup signifikan. Semoga reader tak terlalu bingung.
Terinspirasi dari Anime 'Okane Ga Nai' dan MV 'Secret Letter-Hyde'.
Tulisan yang di garis miring merupakan lirik dari 'Secret Letter-Hyde'
Suasana terlalu suram, dan terdapat 'death chara'. Sudah diperingatkan di awal loh ya..hoho.
Secret Letter
-Kim Seokjin's POV-
Dinding ini begitu tebal. Aku masih tak berdaya, menatap nanar setiap orang yang berada di luar peti matiku. Mereka semua berpakaian serba hitam. Terdengar bunyi lonceng dan gesekan kertas yang disebarkan. Semua memperamai perjalananku menuju tempat peristirahatan terakhirku. Jalanan ini juga serasa asing bagiku. Atmosfernya menusuk tulang putihku. Aku yang sudah tak memiliki suhu tubuh seperti ini pun masih bisa merasakan betapa dinginnya jalanan tersebut. Peti mati yang menutup rapat jasadku rupanya tak mempu menghalangi dinginnya atmosfer yang tercipta. Aku beku..aku mati..
XXX
In the courtyard, birds singing
Through the window, bells ringing
Oh so tall and wide, these confining walls
I look upon the world belowHari itu langit berwarna kuning keemasan. Para malaikat pencabut nyawa mungkin sudah kembali ke sarangnya. Haha. Lama-lama pikiranku makin melantur. Aku bergetar hebat menahan nyeri. Semalam dia melakukannya lagi dengan begitu kasar. Seolah aku ini seonggok mainan yang hanya bisa menerima setiap perlakuannya. Dulu, jauh sebelumnya, tak ada yang menduga akhirnya akan seperti ini. Dulu dia tak mendominasi. Dulu aku bukanlah budak yang harus mengikuti permainannya. Aku begitu lepas, tertawa dan menikmati setiap hariku.
XXX
"Seribu dollar untuk setiap kali kita bercinta." Dia berdiri angkuh, memperlihatkan kekuasaan untuk menguasai semuanya.
"Ck.." mati-matian kugerakkan setiap persendianku. Aku rasa saat itu aku pendarahan hebat. Mataku terasa berkunang-kunang.
"Jika kau tak melakukan perlawanan, mungkin tak akan sesakit itu." Dia keluar kamar begitu saja, tanpa memandangku lagi.
Dengan menggadaikan harga diriku, kupunguti setiap lembaran uang yang berserakan, mengumpulkannya menjadi satu. Jumlahnya cukup banyak. Aku tak pernah mendapatkannya sebelumnya, bahkan jika aku menjual diri kepada yang lainnya. Saat itu tubuhku bergetar. Hancur..entah apa alasan yang membuatku bertahan hidup sampai saat ini.
XXX
"Aku yang akan membayarnya." Orang tersebut masih berdiri angkuh di depan pintu rumahku. Aku rasa aku hampir saja kehilangan kesadaraan.
Para penagih hutang itu memukulku berkali-kali ke bagian ulu hatiku. Aku bisa saja melawan jika aku tak kalah banyak. Ayah bodoh itu hanya bergetar ketakutan di pojok ruangan. Cih, benar-benar memalukan. Memangnya untuk siapa aku melakukan semua ini? Semakin hari hutangnya semakin besar saja. Uang hasil part time tidaklah sebanding dengan hutangnya. Bahkan uang itu tak bisa menutupi bunganya sekalipun.
Duakk!
Aku merasakan hentakan hebat di sekitar sinusku. Darah segar mulai mengalir melewati saluran estachius nya. Aku mulai kesulitan bernapas. Dadaku terasa sesak.
"Lepaskan dia." Pendengaranku semakin kabur seiring hilangnya kesadaranku. Yang ku tahu terakhir kali, aku terjatuh ke lantai dingin sambil berupaya untuk terus memasukkan oksigen ke dalam paru-paruku yang terasa berat.
-End of Kim Seokjin's POV-
XXX
- Normal POV-
"Sudah sadar?" iris mata mereka bertemu. Pandangan masih terlihat blur. Seokjin berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruangan.
"Dia menjualmu." Namjoon duduk santai di atas sofa, sambil memandang lurus ke arah Seokjin yang masih memegangi kepalanya yang diperban.
"...dan kau membeliku?"
"Dia menitipkan pesan terakhirnya. Dia bilang bunuh saja jika kau macam-macam. Anak sepertimu sudah tak dibutuhkan lagi." Namjoon mengatakan semuanya tanpa ekspresi.
"Hn." Seokjin makin meringis. Kepalanya berdenyut kian hebat. Jika saja saat itu Namjoon tak datang 'menolong', Seokjin pasti sudah mati dan menjadi objek perdagangan organ untuk menutupi hutang ayahnya.
"Sejak lulus SMA, aku sudah tidak pernah melihatmu. Bagaimana kau bisa menemukanku? Kabar yang kuterima terakhir kali tentangmu adalah kau pergi ke luar negeri untuk belajar." Seokjin merapatkan tubuhnya ke pojokan kasur.
"Aku kembali untuk mengurusi perusahaan ayahku. Sederhana saja kan?" Namjoon menatap intens ke arah Seokjin.
"Biarkan..aku pergi, Namjoon." Seokjin menatap Namjoon lemah. Kondisi fisiknya tak akan kuat untuk melawan.
"Aku akan membiarkanmu pergi...jika kau sudah bisa melunasi hutangmu padaku. Kau kira berapa uang yang ku keluarkan untuk menutupi hutang ayahmu? Bahkan seumur hidup pun kau bekerja, tak akan bisa menutupi hutangmu padaku."
Namjoon menyeringai.
Entah apa yang ada di dalam benaknya saat itu."Tapi kau bisa mencicilnya.." Namjoon mulai menaiki ranjang, mendekati Seokjin yang makin tertunduk.
"Kau bisa membayarnya dengan tubuhmu. Aku akan berikan seribu dollar setiap kali kita bercinta."
Namjoon menarik paksa dagu Seokjin, membisikkan kesepakatan sebelah pihak ke kuping Seokjin.
"Hnghh.." Seokjin bergetar hebat, dan malam itu benar-benar akan menjadi malam terburuk baginya.
.
.
.
A/N: Next Chapter di private aja ya...serem nih kontennya.
Chapter ke dua seharusnya sudah ada. Langsung ku update keduanya. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Letter [NamJin] - Two Shoot
RomanceSeokjin tidak pernah menyesali kehidupannya bersama dengan Namjoon. Tidak juga dengan kematiannya. NamJin Warning: Gore, Rape, Death Chara, BoyxBoy