-Seokjin's POV-
Sorrow seals our lips tightly
Horror stalks our sleep nightly
But my heart escapes from this attic room
I'm running freely though the townKemana Namjoon? Seharusnya dia ada saat hari terakhirku.
Langkahnya sudah begitu akrab di telingaku.
Seharusnya dia ada saat ini. Apakah aku sebegitu tak pantas untuk disejajarkan dengannya? Sampai-sampai dia tidak sudi untuk berjalan di samping peti matiku?
Jika saja pita suaraku saat ini tak ikut dicabut, aku ingin sekali meneriakkan dan menyeretnya untuk mengantarku ke liang lahat. Kemana si brengsek itu? Apakah perkataannya selama ini hanyalah sebuah kebohongan?
-End of Seokjin's POV-
XXX
-Normal POV-
"Hngh..Joonie..ahnn.." Seokjin menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangan miliknya.
Keadaannya tak jauh berbeda dengan Namjoon.
Suhu ruangan terasa panas, berbau seks.
Ranjang berukuran besar terlihat bergoyang menyeimbangi gerakan keduanya. Tubuh Seokjin makin berkeringat. Surainya terlihat acak-acakan. Napasnya makin tersengal. Tak ada yang bisa dilakukan selain meremas seprai untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Jangan tahan suaramu. Aku suka mendengar suaramu saat seperti ini." Namjoon menjelajahi leher jenjang Seokjin dan mulai menjilatinya. Gigitan kecil membuat Seokjin sedikit tersentak.
"Ahh!" Pinggul Seokjin sedikit terangkat refleks.
Namjoon memanfaatkan kesempatan, menelusuri tulang punggung Seokjin dengan jari kurusnya.
Sedikit sentuhan membuat Seokjin berjinggit geli. Sepertinya tubuhnya sensitif sekali. Beberapa sentuhan minim yang Namjoon perbuat mampu membuat Seokjin hilang akal.
"Joonie..give me more.." Pandangan Seokjin tertutup nafsu.
"Memohonlah padaku." Namjoon berhenti tiba-tiba. Keadaan ini membuat Seokjin depresi. Napasnya tersengal-sengal. Dia ingin lebih..dia menginginkan Namjoon.
Dengan gerakan cepat, Seokjin melingkarkan kedua tangannya ke leher Namjoon. Dia menaikkan sedikit posisi tubuhnya, meraih bibir merah lawan mainnya dan mulai memberikan ciuman intens.
"Please.." Seokjin makin bergetar.
"Ahnn.." serangan Namjoon yang tiba-tiba membuat Seokjin mendesah hebat. Bagian bawahnya sudah dimasuki Namjoon berkali-kali. Kini mereka bersatu lagi, seperti beberapa malam sebelumnya.
XXX
-Seokjin's POV-
Peace is shattered by oppression
Tainted oil meets rejection
Yes and just in case I should soon return
My secret letters I will leaveTak lama, aku sudah tak merasakan getarannya. Peti matiku sudah tak bergoyang. Sepertinya sudah sampai. Para pelayat mengerumuni dan menurunkanku. Sebentar lagi, binatang pengurai akan menjadi teman setia untuk memakan jasadku. Saat ini, aku masih saja mengharapkannya. Aku masih menunggunya melemparkan gundukan tanah ke atas petiku.
XXX
"Mengapa kau melakukan semua ini, Namjoon?" Aku terkulai lemas di ranjang tanpa satu helai benang pun. Dia tak memperbolehkanku mengenakannya cepat-cepat. Napasku masih memburu.
Permainannya sudah berakhir, namun rasa nyeri yang membiru di badanku masih terasa. Beberapa kissmark yang membekas hampir di setiap mili tubuhku makin memberatkan badanku untuk bergerak. Suraiku makin berantakan dan menutupi sebagian besar wajah.
Aku tak sanggup melihatnya. Semua emosi terkumpul menjadi satu. Sedih, tertekan, tersiksa, sekaligus...senang.
Gemertak gerahamku makin ku tahan. Pikiran itu ingin sekali ku sangkal. Bagaimana aku bisa merasa senang atas perbuatannya padaku? Bagaimana ini bisa membuatku nyaman?
"Karena sejak dulu, aku tak menginginkan kau jauh dariku.." Namjoon memelukku dari belakang. Kemejanya sudah terkancing sebagian. Pikiranku kalut. Aku tak boleh menaruh hati padanya. Dia hanya menginginkan tubuhku. Tidak lebih.
"Kau bisa memilih yang lainnya jika kau mau. Mengapa harus aku?" Suaraku makin tercekat.
"Karena kau istimewa."
Cukup satu kalimat itu yang membuat semua perbuatan buruknya tertutup di mataku. Dia...orang brengsek yang punya banyak uang dan mampu merubah nasib burukku untuk hidup menjadi budak seksnya.
XXX
Boarding the train I take in one last look
I'll keep these memories with me foreverSudah berakhir. Gundukan tanah itu makin menimbunku. Aku tak pernah menganggap kau musuhku, Joonie, bahkan dari pertama kali kita bertemu.
Hinaan dan pertengkaran itu hanya akan menjadi kenangan manis yang akan kubawa selamanya. Kau tak tahu, betapa bahagianya aku menjadi satu-satunya pendamping hidupmu sampai saat ini.
Kau telah membuktikan bahwa aku layak menempati tempat istimewa di hatimu.Aku tak pernah menyalahkanmu atas kematianku. Ini semua hanya permainan takdir. Aku tunggu kau Namjoon. Aku akan menjagamu di atas sana hingga kau kujemput nanti. Good bye, my Lucifer.
-End of Seokjin's POV—
XXX
-Normal POV—
Sesosok pria berambut silver masih terpaku di altar gereja. Sisa acara pemakaman masih berada di sana. Air mata tak henti-hentinya mengalir di kedua pipinya.
Pandangannya makin terlihat sayu. Sebuah belati kecil masih tergenggam erat di telapak tangannya.
Namjoon tak akan pernah percaya, bagaimana dia bisa hilang kesadaran dan menikam kekasih hatinya dari belakang.
Pisau itu membawa kutukan.
Dia tak pernah menyangka bahwa seonggok barang antik itu bisa menghancurkan semuanya.
Dia menyayangi Seokjin, lebih dari nyawanya sendiri. Bagaimana bisa...bagaimana bisa...
Dengan pandangan yang makin kabur, Namjoon melayangkan tangan kanan dan menikam tubuh sendiri, tepat di jantungnya.
Benda penyokong kehidupan itu memuncratkan sebagian darahnya dari arah pembuluh aorta.
Tak akan lama lagi dia akan menemui kekasih hatinya. Entah halusinasi atau nyata, dia dapat melihat, mata coklat itu mengulurkan tangan di atas salib yang berdiri angkuh.
Beberapa personil polisi terlambat menghentikan aksinya.
Kematian menyisakan satu kesedihan pada orang lain yang ditinggalkan.
Namun, Namjoon tak menyesal karena dia akan segera bersatu dengan Seokjin di sana.
Sementara itu, belati terkutuk itu perlahan lepas dari genggamannya.
Hari ini belati tersebut sekali lagi mampu menyatukan sepasang insan dalam keabadian.
Tinggal menunggu takdir mengantarkan belati itu kepada sepasang insan berikutnya.
The End
A/N; Huaa...terima kasih yang berhasil membacanya sampai akhir. :)
Mohon vote dan comment nya juga ya...🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Letter [NamJin] - Two Shoot
RomanceSeokjin tidak pernah menyesali kehidupannya bersama dengan Namjoon. Tidak juga dengan kematiannya. NamJin Warning: Gore, Rape, Death Chara, BoyxBoy