Bab 3

5 1 1
                                    

Keesokan harinya, Agi bersiap memakai baju hitamnya di malam hari.

"Paman, apa kau yakin aku harus keluar malem begini?"

"Iya..." Jawab asal paman dari alat yang dipasang ditelinga Agi.

"Selarut ini?"

Tiba-tiba sebuah kaleng melayang tepat di atas kepala Agi.

"A!" Ringis Agi.

"Oh!" Ucap seseorang dibelakangnya.

"A..." Agi masih saja meringis.

"Maaf, apa kau terluka?" Suara yang tampaknya dari seorang wanita.

Agi tak bergerak dari tempatnya berdiri, dia terus mengelus kepalanya. Sekarang dia mendengar dengungan ditelinganya Sehingga tak terdengar lagi suara yang memanggilnya tadi.

Agi mencoba menghilangkan dengungan itu dengan menggelengkan kepalanya sekuat mungkin, namun tidak merubah apapun. Tampak tubuh Agi sempoyongan dan hampir terjatuh, tapi untung orang tadi memegangi tangan Agi yang mencoba berpegangan pada udara hampa. Terlihat dari mulut perempuan itu kata 'kau tak apa apa?' dengan jelas Agi melihat wajah seseorang lagi untuk kedua kalinya.

"Apa kau tak apa?" Tanya perempuan itu dengan mata yang berbinar.

Saat Agi melihat tatapan wanita itu, dia melotot tak percaya, terbayang dibenaknya seorang yang pernah memanggilnya seperti itu. Suara seorang anak pun terdengar ditengah dengungannya. Pusing yang dari tadi Agi tahan pun akhirnya bisa membuatnya tumbang dan wajah wanita berjilbab itu yang terakhir dia lihat.

"Mas... Mas.. mas gak apa-apa?" Ucap wanita itu yang ternyata Ara itu.

Saat Ara memastikan keadaan agi, topi hitam yang dipakai Agi pun terlepas sehingga terlihat jelas wajah pria yang tak sengaja ia lempar kaleng itu.

Saat itu keadaan pun mulai tak karuan, Ara tak percaya dengan apa yang dia lihat. "A-A-Apa???... Ada apa dengan ku?... " Sambil Ara gemetar dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Ini pasti mimpi..." Sambil dia menggelengkan kepalanya.

"DIWAN... Bukan, dia bukan diwan... Ini pasti karena aku lelah... Yah.. dia bukan orangnya..." Air mata Ara tak terbendung lagi.

"Aku harus menelpon ambulans, yah am..." Sambil dia riweh mengeluarkan handphonenya, karena kecerobohan dan rasa tak karuan yang dia hadapi saat itu, dia menjatuhkan ponselnya dan terduduk lemas disamping Agi yang tak sadarkan diri. Air mata yang sedari tadi dia bendung akhirnya tak dapat ia tahan lagi.

Skip

Di rumah sakit

Dengan bunyi mesin rumah sakit yang terus berbunyi mengisi keheningan malam di ruangan tempat Agi dirawat, di sisi ranjangnya terdapat Ara yang tertidur dengan posisi yang kurang nyaman itu.

Terlihat Agi yang sadar dari tidurnya. Dia melirik sekitarnya, matanya tertuju pada wanita yang berada di sisinya. Agi terus menyelidik semua penjuru ruangan, mencari sesuatu yang selalu ada di telinganya. Setelah menyelidik ke semua arah dia tak dapat menemukannya. Saat Agi menggeliat gelisah, tak sengaja dia menyentuh Ara yang tengah lelap dalam dunia mimpinya. Pandangan Agi pun tertuju pada Ara yang terlihat tengah memegang sesuatu berwarna hitam yang dari tadi Agi cari-cari. Dengan selang infus yang menempel di tanganya, dia menggerakkan tangannya ke arah kepala Ara yang terbalut dengan jilbab itu. Setelah melihat wajah Ara yang dengan manisnya tertidur,

Agi pov

"Apa ini ingatan masa laluku? Aku ingat semuanya tentang diriku di masa lalu, tapi apa ada hubungannya dengan wanita ini? Tak seharusnya aku pingsan hanya karena sebuah kaleng, tapi setelah melihatnya tadi, rasanya ada yang berbeda dengan sorot matanya itu. sorot mata yang aku cari-cari selama ini, perhatian yang aku harapkan sejak dulu dan wajah yang selalu aku rindukan, semuanya terpecahkan saat ku melihat wajah yang seharusnya tak asing bagiku."

Agi pun tersadar dan langsung mengambil alat komunikasi jarak jauhnya itu dari tangan Ara. Dengan perlahan dia mengambilnya agar Ara tetap terlelap dalam mimpi indahnya. Setelah berhasil mengambil alat itu, Agi langsung menyalakan alatnya  untuk mengabari paman yang pasti akan memarahinya.

" Paman, aku langsung pulang yah... Aku lagi gak enak badan.." dengan perlahan Agi bangkit dan beranjak dari ranjang rumah sakit. Namun tangannya tersangkut selang infus, dengan itu dia langsung mencabutnya dari tangannya sambil sedikit meringis kesakitan.

Skip

Jam menunjukkan pukul 4:30 pagi, alarm yang biasa membangunkan Ara pun berbunyi membangunkannya dari lelapnya tidur. "Hmmmm? Apa ini udah subuh??" Gerutu Ara yang masih setengah sadar itu. Saat ia sadar, ia berada di atas ranjang lengkap dengan selimut yang membalutnya. Ara pun melotot dengan sedikit iler yang berada di ujung bibirnya. Langsung dia bangkit dari tempat tidur sambil panik mencari keberadaan Agi, dia mencari ke semua tempat, namun yang ia dapatkan hanya secarik kertas yang berada di atas meja.

' terimakasih sudah membawa saya ke sini, saya tak tahu anda menuliskan nama apa di bagian pembayaran, jadi saya tak sempat membayar, kalau anda ingin uang anda kembali, anda dapat menghubungi saya ...

0140316***** '

"Tidak, orang itu gak boleh pergi.... Aku tak sempat menanyakan namanya... Aku... Akuh.. akuh.. belum sempat bertanya apa dia itu diwan atau bukan, hiks... Hiks... Apa yang harus aku lakukan? Aku harus langsung menelponnya...." Ara pun mengetik nomor yang tertulis di kertas tadi dan langsung menghubunginya.

' maaf nomor yang anda tuju, sedang sibuk, silahkan anda meninggalkan pesan setelah bunyi tiiiiiiiiiit...' jawaban operator yang ia dapatkan.

"Hah? Apa yang harus aku lakukan?" Sambil dia menurunkan tangannya yang terkulai lemas.

Skip


Bagian administrasi

Saat Ara  selesai membayar perawatan Agi, dia tersadar bahwa foto masa kecilnya yang terpasang di dompetnya menghilang, "hah? Kemana? Apa terjatuh?" Ara pun kembali ke ruangan tadi, dan hanya terlihat seorang perawat yang sedang membereskan ruangan.

"Permisi" ucap Ara

"Yah..." Jawab perawat

"Apa anda melihat foto yang tertinggal disini?"

"Hmmmmmm sepertinya tidak... "

"Oh benarkah?"

"Iyah betul, Saha hanya menemukan ini.." sambil perawat itu memberikan sebuah kertas.

'Kalau kau sangat mendesak untuk menggunakan uangmu, kau langsung hubungi aku...'

Skip

Selanjutnya Ara pun pulang dengan berbagai misteri yang terus ia pikirkan.

"Assalamualaikum Bu... Ara pulang..."

"Waalaikum salam..." Jawab ibu yang berasal dari arah dapur.

"Gimana si kamu... Kok bisa ngebuat orang pingsan di tengah jalan...?" Tanya rempong ibu yang berjalan cepet dari arah dapur menuju Ara yang tengah berjalan lemas.

"Lalu bagaimana ? Apa orangnya gak apa-apa? Siapa keluarganya? Diamana rumahnya? Apa dia pria?" Ara pun dihujani oleh semua pertanyaan ibunya.

Namun tak sempat satu katapun yang terucap dari bibir tipis Ara dia hanya langsung memeluk ibunya dan menangis dengan keras layaknya anak yang mendapat peringkat terakhir di kelas.

"Eh?kamu kenapa Ara?"

"Heu . .. heu..  hiks hiks... Hiks... "





Author POV

Tetep pantengin terus yah...

Hear My SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang