Chapter 3

138 6 0
                                    

"Iya. Saat kak Brandon mencium tangan allesya tadi, kak Sean berkata dalam hatinya kenapa pakai acara cium allesya segala. Dan waktu allesya menangis tadi dia berkata di dalam hati pliss jangan menangis allesya, seandainya tidak ada kedua orang tua ku dan ketiga saudara ku disini pasti aku sudah membawa allesya ke pelukanku dan menenangkan nya. Begitulah"

"Berarti Sean benar benar jatuh cinta pada gadis itu. Dan itu artinya kita harus menjaganya"

"Iya mom"

*****

Di hutan
"Sean, apa kamu tau bagaimana ciri ciri papa nya allesya?" Tanya William

"Tidak" jawab Sean dengan singkat

"Emangnya kamu gak bertanya sama allesya bagaimana ciri ciri papa nya tersebut?" William menoleh ke arah Sean

"Ti-"

Baru 2 huruf yang diucap oleh Sean, Axel langsung memotong ucapan Sean "palingan enggak tuh, Habisnya di mansion tadi dia selalu memandangi wajah cantik nya allesya jadi dia lupa buat bertanya bagaimana ciri ciri papa nya allesya tersebut, bener kan apa yang gw omongin Sean?" Axel memegang pundak Sean dan menaikan satu alis nya

"Asal ngomong aja loe, papa allesya itu adalah seorang pemburu. Jadi loe tau kan, bagaimana ciri ciri seorang pemburu?" Sean menatap tajam ke arah Axel dan di balas dengan tatapan tajam pula dari Axel.

"Sudah sudah kita lanjutkan saja pencarian nya" Wiliam melesat pergi menuju ke tengah tengah hutan dan disusul oleh kedua putranya itu, Sean dan Axel

*****

"Berhenti" Sean menginstruksikan Axel dan Dad nya untuk berhenti

"Ada apa, Sean?" Tanya Wiliam

"aku mencium darah manusia di sekitar sini, Dad. Sepertinya asal bau ini dari arah sana. Coba kalian cium dengan baik baik" Sean menunjuk ke sebuah pohon besar.

William dan Axel pun mulai mengendus endus penciuman nya " kau benar, Sean. Aku mencium darah manusia dari arah pohon besar itu" ujar Axel

"Ayo kita kesana"

*****

Di dekat pohon besar itu, tergeletak seorang pria yang bersimbah darah dengan keadaan leher yang terkoyak. Dan pria itu adalah seorang pemburu, yang tak lain adalah papa allesya.
"Sepertinya mayat ini adalah papa allesya, Dad. Sebaiknya kita segera membawa mayat ini" ajak Sean

"Jangan Sean, lebih baik kita melaporkan nya ke pihak polisi saja." Saran William

"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke mansion untuk menelpon pihak polisi. Kalian berdua tunggu disini" Sean kemudian melesat menuju mansion.

*****

Di mansion
" Cepat telpon polisi, mersya" perintah Sean dengan tiba tiba

"Well well tenang dulu kak, ada apa emangnya? Kenapa kau menyuruhku menelpon polisi? " Mersya beranjak dari duduknya dan kemudian menghampiri Sean begitupun juga dengan Rose.

"Papa allesya ditemukan dengan kondisi bersimbah darah di dekat pohon besar di tengah hutan." Jelas Sean . "Dimana allesya? Aku harus memberitahu nya" lanjutnya

Allesya & SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang