Prolog

65 21 1
                                    

He too, was a seducer.

Tatapan itu menjengkelkan, namun penuh dengan ketegasan. Sepasang mata sipit mengunciku seperti mencari sesuatu yang berharga. Lelaki itu mengamatiku dari kepala hingga ujung kaki, dengan ekspresi yang tidak dapat dilukiskan.

Aku cemas, khawatir apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin aku bisa mati kapan saja dan bagaimana pun caranya.

He, too, tied me to that second.

"Gadis ini bisa menarik lebih banyak uang," Bibirnya yang lembut, melenting, namun tebal itu menyeringai.

Dia menyentuh daguku, memiringkan kepalaku hingga mataku bertemu dengan miliknya, "Kau akan menjadi 'gadis mahal' setiap pria."

Evil, bad world, and I no longer wanted to have anything to do with it.

"Bajingan, lebih baik menjauhlah dariku jika kau tidak ingin masalah. Aku memperingatkanmu," ujarku mencoba meledakkan keberanianku.

"Ooh, aku takut," dia mengejekku, "Tapi aku suka. Begitu agresif."

Lagi-lagi, seringainya membuatku jengkel, "Sepertinya aku harus menetapkan harga yang lebih tinggi daripada gadis-gadis lain. For this case."

Siapa dia? Apa yang dia mau?

"Aku akan mempertemukanmu dengan tuan yang cocok untukmu, sayang. Dan kau akan menghasilkan banyak uang untukku. Hwa. Yeon. Hwa."





"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MaliciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang