Part 5

213 22 5
                                    

"Apa yang kamu cari?" Ayah menatap Luhan khawatir, dan kekhawatiran itu terbukti saat gadis itu menemukan sebuah gunting.

"Luhan, taruh gunting itu." Teriakan Ayah tidak didengar Luhan, gadis itu mulai menyakiti dirinya sendiri.
Seketika suara jeritan histeris Ibu terdengar, dia terkejut saat melihat darah segar mulai mengalir dipergelangan tangan Luhan. Ibu berlari menghampiri luhan dan menatap luka-luka itu dengan nanar, "Jangan seperti ini luhan." Luhan menepis tangan Ibu, dia menatap kedua orang tuanya dengan tatapan pedih sebelum meninggalkan mereka yang terdiam mematung.

Luhan menatap Baekhyun dengan tatapan terkejut, "dia melakukan apa? serunya marah." Membuat Baekhyun mendelik ngeri, ini kali kedua dia melihat Chanyeol semarah itu.

"Waktu aku sudah aman dikantor mereka, luhan menceritakan tentang semua yang terjadi. Dia bilang aku tidak perlu khawatir lagi, semua masalah sudah mereka selesaikan. Dan Luhan menyuruhku menjalani hidup dengan baik", Baekhyun terlihat semangat setiap kali bercerita tentang Luhan/Hannie.

Kemudian Baelhyun terlihat seperti teringat sesuatu, dia memukul jidatnya pelan. "Ah... mungkin kamu harus tahu tentang ini", suaranya memelan. "Luhan sering menyakiti dirinya saat dia sudah tidak bisa menahan emosinya, dia bilang dia tidak bisa menyakiti orang lain selain dirinya sendiri."

Chanyeol terbelalak kaget, Luhan yang dia kenal tidak pernah senekat itu, dia gadis yang kuat. Selama bertahun-tahun Chanyeol menganggap Luhan kuat, dan kali ini dia sadar gadis itu tidak sekuat yang mereka pikirkan.

"Hannie..." Baekhyun berteriak kaget, dia langsung berlari menghampiri Luhan yang baru saja turun dari tangga. "Aku obatin yah..." gadis itu menatap luka-luka itu dengan tatapan nanar, dia mulai membersihkan luka itu, mengoleskan obat dan membalutnya.
Ayah dan Ibu menuruni tangga dengan terburu-buru, mereka terhenti ketika melihat Baekhyun yang sedang mengobati luka Luhan. Keduanya terlihat lega, sedangkan Chanyeol masih saja terdiam melihat kejadian itu. Mereka seperti kembali pada kenangan masa lalu, dimana luhan selalu saja tertawa setiap saat.

"Aku istirahat dulu." Luhan bergumam kecil sambil meninggalkan mereka, wajahnya tampak pucat dan lelah.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Baekhyun tampak penasaran, "kenapa hannie tidak terlalu senang saat berkumpul dengan keluarganya?" gadis itu memiringkan kepalanya bingung, menuntut penjelasan yang panjang.

Chanyeol melihat Ayah dan Ibu mendesah lelah, "ayah dan ibu istirahat saja. Nanti aku akan bicara dengan luhan." Setelah kedua orang tuanya pergi, Chanyeol berbalik menatap Baekhyun. "Kamu mau tahu ceritanya?" kali ini tatapannya terlihat serius, baekhyun mengangguk yakin.

"Saat umurku tiga tahun, ayah dan ibu mengadopsiku disebuah panti asuhan. Karena, setelah lama menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anak." Chanyeol duduk disofa dengan posisi nyaman, Baekhyun juga mengikutinya. "Tapi, satu setengah tahun kemudian, ibu diberitahu sedang mengandung bayi kembar. Tentu saja kami semua merasa senang, kami tidak sabar menunggu bayi itu lahir."

"Setelah penantian yang panjang, akhirnya ibu melahirkan dua bayi perempuan yang terlihat cantik. Ayah sangat senang sampai-sampai mendekorasi kamar khusus untuk bayi kembar itu", tatapan Chanyeol berubah sedih. "Tapi beberapa tahun kemudian, salah seorang anak kembar di diagnosa mempunyai kelainan jantung. Kami sangat sedih dan terus melimpahkan segala perhatian kami pada Luna itu, sedangkan Luhan hanya diurus oleh adiknya ibu."

Chanyeol menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "tanpa kami sadari. Kami sudah tidak bertindak adil terhadap Luhan, tapi kami diam saja karena kami yakin dia pasti mengerti dengan kondisi itu. Dan Luna, yang sudah lama dimanjakan, tidak suka dengan kehadiran Luhan dan menyuruh ibu memisahkannya dari kami semua. Aku tahu itu kejam, tapi saat itu Luhan hanya tersenyum dan mengangguk."

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang