4• Teror?

48 10 22
                                    

4💕

*****

Namaku Calisa, kalian cukup memanggilku Lisa

Ada yang bilang dunia itu kejam, tapi kalau kamu berusaha aku yakin sekejam-kejamnya dunia kamu pasti bisa mengalahkannya

Aku tau, dunia itu sempit. Tapi kenapa aku harus bertemu dengannya? Bukannya bertemu cogan, bertemu idolaku manurios, bertemu artis dunia, kenapa harus dia?

Aku ingat, Dilan pernah bilang, 'jangan kamu gak akan kuat, biar aku saja'. Pertanyaanku, memangnya kamu tau seberapa kuat, dan kemampuanku bagaimana? Jangan salah, gini-gini aku kan kuat.

Satu hal yang aku sukai. Membantu orang. Aku memang bukan superman yang jago membantu orang. Tapi setidaknya, aku ingin merasa bahwa aku dibutuhkan.

Bandung, 2018

Calisa menutup buku diarynya. Dia cukup lelah hari ini. Dia masih penasaran akan satu hal. Kenapa bukunya hilang? Lisa yakin, ini bukan karena cerita konyol Zara. Pasti ada yang nyuri. Lo bayangin aja, mana ada sih hantu zaman now yang suka baca buku. Ngapain coba hantu maling buku? Buat ngoleksi? Kan gak mungkin dia mau baca, lah orang megang aja gak bisa.

'Drrt drrt'

Bunyi telpon membuyarkan lamunan Lisa, sesegera mungkin Lisa mengambil handphonenya.

"Mama?" ujarnya begitu melihat unname mama tertera di layar miliknya.

"Hallo ma? Kenapa?"

"Dek, udah nyampe rumah? Tadi mama udah ngubungin Tante Karina, kata anaknya dia mau les tiap hari, mulainya hari besok. Adek ada kegiatan gak besok? Atau, kalau adek gak bisa tiap hari nanti mama omongin," jawab mama di seberang telpon.

"Lisa bisa kok ma. Yaudah besok ya, titip salam buat Tante Karina sama anaknya."

"Iya, nanti mama sampein. Mama tutup dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Mama menutup sambungan telponnya. Hmm, sepertinya Lisa harus bersiap-siap. Sudah lama Lisa gak buka 'les private' lagi, dan Lisa kangen hal itu.

Lisa membereskan buku-buku yang berserakan dikasurnya. Tadi siang, Gerald mengantarnya, ditengah perjalanan hujanpun semakin deras. Lisa tadi sudah mengajak Gerald untuk mampir, tapi dia tidak mau dan terus melajukan motornya dalam keadaan basah kuyup.

Kalau dipikir-pikir, Gerald orangnya cukup baik, enjoy, dan menyenangkan. Dia baik, tapi cara menunjukkan sisi baiknya selalu salah, lihat saja tadi. Dia memberikan kresek kepada Lisa, haha Lisa tau maksudnya baik, tapi caranya sangat konyol.

Memikirkannya membuat Lisa merasa tidak enak, ya bayangin aja lah. Dia udah bantu lo, basah kuyup gara-gara lo, terus dia pergi gitu aja. Gimana kalo dia sakit? Kan Lisa jadi gak enak.

Huh, ngapain juga Lisa mikirin tuh orang. Yang ada nanti malah kegeeran.

🙈🙈🙈

"Dek! Bantuin kakak sini!" ujar Brian-- Kakak Lisa, sambil mengibaskan tangannya menyuruh Lisa mendekat.

"Ngapain kak?"

"Pegel gue, pijitin napa." Brian menepuk pundaknya seraya menaruh tangan Lisa diatasnya. Lisa menyeringit bingung, kok jadi Lisa disuruh pijet sih, pikirnya.

"Ye ... lo kata gue tukang pijet apa? Gue sibuk, sorry. Jadwal gue padet, jadi gk bisa bantu lo. Kenapa gak minta Dira aja yang mejetin lo," ujar Lisa sarkastik.

"Dira lagi, Dira lagi. Lo mau buat gue gagal move on gitu? Tega bener lo dek," jawab Brian kesal, bisa-bisanya Lisa malah ngingetin dia sama mantannya. Kan Brian jadi galau.

"Siapa suruh lo nyuruh gue mijetin. Udah tau gue adek lo bukan tukang pijet. Terus kenapa gue? Mantan tuh jangan dibuang aja, manfaatin dikit gapapa lah. Hehe." Lisa terkikik geli dengan idenya sendiri. Dia membayangkan kalau Dira datang dan jadi tukang pijat Brian. Kan pasti jadi seru, apalagi kalau diposting di IG dengan hastag #dibuangsayang, Lisa yakin handphonenya akan berisik oleh bunyi notifikasi.

"Kalau gak mau yaudah gapapa. Udeh sono pergi. Gue gak butuh lagi."

"Giliran butuh nyariin gue, giliran gak butuh disuruh pergi. Emang dasar lo kak," ujar Lisa lalu berlalu pergi ke dapur.

Lisa mengambil satu gelas kaca lalu memasukkan bubuk berwarna hijau digelas itu. Lisa menuangkan air panas dan mengadukknya hingga merata. Kalian tau ini apa? Kesukaan Lisa, macha latte. Tapi kali ini, macha latte hangat yang menemani Lisa didinginnya malam.

"Kak, mama sama papa mana?" tanya Lisa sambil berjalan dan duduk disamping Brian.

Brian menoleh, "Mama? Papa? Lo kayak gak kenal mereka aja sih?! Ya jelas lah, masih sibuk mikirin pekerjaan. Anaknya aja sampe dilupain."

"Oh ..."

"Oh doang?!"

"Terus, lo maunya apa?!" ucap Lisa sambil berjalan pergi ke kamarnya.

'Terserah lo mau nganggep gue apa, tapi gue akan selalu ngelindungin lo walau gue gak tau apa gue masih bisa bertahan,' batin Brian sendu.

🙈🙈🙈

"LIS! GIMANA KABAR LO? LO GAK APA-APA KAN?! GUE DENGER DARI FELI BUKU LO HILANG?!" Lisa menutup telinganya. Biasa, ini gara-gara Zara si tukang ribut, kalau ada dia pasti rame terus deh.

"Heh! Bisa gak sih jangan teriak gitu?! Lo tuh ya! Argh! Bikin budek tau gak!" Lisa mengacak-acak rambutnya, sungguh dia kesal. Kenapa dia bisa punya teman kayak gini sih?

"Is! Ya sorry Lis. So? Buku lo beneran ilang?!"

"Iya, emang."

"HAH?! Jadi ... lo kena teror gak? Dapet anceman? Surat dari orang asing? Atau lo pernah gak merasa diikuti orang?"

"Apaan sih?! Gue kan udah bilang, yang gituan tuh gak ada, ya palingan gue aja yang lupa narohnya dimana. Gak usah panik gitu lah. Buku bisa gue beli lagi," jawab Lisa menyeringit. Gimana gak, coba? Lisa bahkan gak pernah diteror, apalagi anceman, terus surat-suratan? Ya paling surat cinta yang Lisa dapet, maklum Lisa kan terkenal, haha.

"Ish! Gue serius Lis! Jangan dianggep becanda! Lo masih ingetkan cerita gue pas di kafe? Nah, gue gak mau kalo itu kejadian sama lo."

"Tenang Zar, lo tau kan gue ini kuat. Hehe, udahlah gak usah dipikirin." Lisa menyengir bagai quda, dia juga memang takut, tapi apa jika dia bilang itu akan nyelesaiin masalah? Mending Lisa diam daripada bikin orang panik gak karuan.

Dan tanpa Lisa duga, ada seseorang yang terus menatapnya dari kejauhan.

*****

Satu kata untuk pembaca setia
Thanks 💕

Jangan lupa 'vote and comment'
Gak tau apa itu vote? Klik tanda bintang diujung kiri ya.

26/8/18

Hallo, Lisa! | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang