1

284 119 104
                                    

Merisya menghembuskan nafasnya entah sudah untuk keberapakalinya. Dia kembali mengecek notifikasi di ponselnya, tidak menemukan adanya balasan pesan dari sahabatnya. Mikha tidak dapat dihubungi sejak pagi tadi, setelah mengirimkan pesan pada Merisya tentang dirinya dan Raga telah putus setelah 3 tahun menjalin hubungan. Selama ini memang mereka sering bertengkar, namun kali ini sepertinya yang paling parah.

Merisya melihat ke sekelilingnya. Beberapa dari temannya mulai meninggalkan kelas karna jam Kuliah yang telah usai. Setelah mengecek ponselnya sekali lagi, dirinya memutuskan untuk berjalan meninggalkan Kelas. Sepertinya akan lebih cepat untuk langsung datang saja ke Apartemen Mikha yang terletak tidak jauh dari Kampus, daripada menunggu balasan pesan dari sahabatnya itu.

Bau basah tanah yang khas menyapa indra penciuman Merisya. Beberapa genangan air sisa hujan siang ini masih terlihat jelas. Dirinya mulai melangkahkan cepat kakinya menuju parkiran kampus, mengabaikan fakta bahwa perutnya meraung meminta jatah asupan hari ini dan nengabaikan bau mie goreng bang Asep yang ikut menyapanya dengan genit saat melewati Kantin. Sial!

"SYAAAA!!"

Merisya berjingkat kaget, mengalihkan perhatiaannya dari Kantin menuju asal suara itu berasal.
"jangan teriak-teriak Ren, diliatin orang." Merisya melihat sebal pada Maureen-sahabatnya. Perempuan didepannya ini selalu menjadi pusat perhatian semua orang dimanapun dia berada. Mahasiswi pintar dengan wajah cantik dan tubuh sempurna. Ah! minus mulut cerewetnya!

"Galak banget sih! Btw gimana? ada kabar dari Mikha?"

Merisya hanya menggeleng sebagai jawaban."Tuh anak, tiap galau selalu ngilang gitu aja ih! nyebelin!! Gue udah nyangka sih kalo mereka bakal putus juga suatu hari. Capek tau liat mereka berantem mulu. Terus sekarang lo mau kemana? Kelas lo udah kelar kan? mau nyamperin Mikha? Tadi pagi sih gue ketok kamarnya gaada jawaban."

Merisya berpikir sejenak, tidak ada salahnya tetap datang kesana untuk memastikan bukan? "iya, kepikiran. lo ikut?"

Maureen menggeleng sambil menyelipkan beberap helai rambut Merisya yang berantakan ketelinga,"ga bisa, habis ini ada Kelas Pak Aziz. Lo tau kan dia gimana? Gak masuk sekali sama dengan tidak lulus! Kampret emang! Gue nyusul aja, begitu kelar Kelas, gue langsung kesana. Siapin gue makanan ya cantik! Laperrrr. Bye!!"

Merisya hanya tersenyum tipis melihat Maureen yang berlari menjauh sambil melambaikan tangan. Belum banyak langkah yang Merisya ambil, suara teriakan Maureen kembali mengagetkannya.

"SENYUM SYA! LO CANTIK WAKTU SENYUM!!"

Dasar perempuan sinting!

Merisya mengerutkan dahinya begitu dia mendapatkan beberapa perhatian karna teriakan Maureen barusan. Sambil menggigit bibirnya malu, Merisya berlari kencang menuju parkiran. Rasanya ingin menghilang saja!

.

.

Ting tong

Merisya menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Sudah 15 menit dia membunyikan bel apartemen Mikha, namun tidak ada jawaban dari empunya. Dia sudah mencoba menelfon beberapa kali namun tidak ada jawaban juga. "Mik? Lo didalem kan? Ini gue Risya!" Merisya mulai mengetuk keras pintu apartemen Mikha, sambil berdoa dia tidak akan dikira perempuan yang akan melabrak seorang pelakor seperti yang sedang viral sekarang.

"Berisik."

Merisya menghentikan ketukannya saat mendengar suara asing melewatinya. Dia merutuk dalam hati lalu menggumamkan kata maaf pada orang yang mungkin adalah penghuni Apartemen yang satu lantai dengan kamar Mikha. Setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya Merisya memutuskan untuk meninggalkan plastik dari Supermarket yang berisi beberapa cemilan kesukaan Mikha di pegangan pintu serta menuliskan note dan menempelkannya di depan pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Here U AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang