Jungkook selalu memperhatikannya. Seseorang dengan sebuah pena di tangan dan secarik kertas. Pergerakan ujung pena yang membentuk sebuah hati yang dibubuhi gambarーatau lebih tepatnya coretanー berbeda di setiap bagiannya. Hampir setiap hari, dia, si manis berparas rupawan yang duduk di sudut kelas membuat gambar yang sama. Dengan sorot mata yang mengarah pada satu orang yang sama pula.
Dia, Kim Taehyung dengan wajah sedih yang selalu Jungkook perhatikan setiap harinya.
Taehyung menaiki ranjang sempit yang hanya muat untuk satu orang itu pelan. Merangkak perlahan hingga tiba di dalam sebuah pelukan hangat menenangkan. "Hai, sayang."
Sebuah lengan melingkari pinggangnya, membawanya lebih dekat dengan sang kekasih. Taehyung tersenyum manis, mendongak untuk menatap Jungkook. "Kau yang memintanya?" Tanyanya dengan wajah polos.
"Ya, karena aku merindukanmu. Dan aku bahkan harus memohon untuk itu."
Hari itu, pertama kalinya bagi dua orang yang berada di dalam kelas yang sama untuk saling menyapa. Salah satu dengan usia yang lebih muda berinisiatif untuk memulainya.
"Hei." Suara derit kursi yang tertarik disertai sebuah sapaan yang keluar bersama halusnya suara seseorang menarik atensi pemuda manis dari secarik kertasnya. Bola matanya mengarah untuk bertemu pandang dengan sang pemilik suara.
"Jungkook. Jeon Jungkook." Pemuda yang mendatanginya itu tersenyum, menampakkan deretan gigi putih menyerupai milik kelinci dengan tangan kanan yang terulur. Taehyung, si manis rupawan perlahan melepaskan penanya kemudian meraih uluran tangan orang yang baru diketahuinya bernama Jeon Jungkook ini.
"Taehyung. Kim Taehyung."
-
Untuk hari selanjutnya, dan seterusnya. Jungkook dengan segenap kekuatan hati tanpa lelah menghampiri Taehyung yang lebih sering mendiamkan dari pada meresponnya. Pemuda manis itu hanya bingung dengan apa yang teman sekelasnya ini lakukan. Bahkan tidak ada yang mempedulikannya selain manusia dengan spesifikasi mirip kelinci ini. Tapi di lubuk hatinya, tentu Taehyung merasakan sepercik rasa senang.
Sampai suatu hari Jungkook menghampirinya dan meluluhlantakkan segalanya.
"Aku tahu kau menyukainya."
Gerakan tangannya terhenti, jelas si manis itu tahu apa yang dimaksud oleh Jungkook; orang yang tiba-tiba saja selalu berada di sisinya. Taehyung menjawab lirih, sangat kecil. "Tapi, sudah ada yang memilikinya." Ujung pena itu kembali bergerak, menambahkan coretan lainnya di sebuah hati yang baru saja di gambarnya.
"Apa itu hatimu?" Telunjuk Jungkook terarah pada gambar menyedihkan yang tertoreh pada secarik kertas milik Taehyung.
Anggukan kecil dari Taehyung adalah bentuk dari sebuah pernyataan 'iya'.
Jungkook melipat lengannya di atas meja untuk menjadi tumpuan dagunya.
"Boleh aku mengatakan sesuatu?" Tanya Jungkook yang hanya disambut dengan kediaman Taehyung. Ia melanjutkan dengan telunjuk yang menari-nari di atas gambar hati yang penuh luka itu.
"Jika ini hatimu, maka aku bisa dengan sangat jelas mengatakan kalau kau terluka. Tapi lihatlah, isinya masih kosong dan coretan-coretan yang kau buat ini membuatnya terlihat tidak baik. Tidakkah menurut mu ini akan lebih baik jika diganti?"
Jungkook, dengan seenak jidatnya mengambil sebuah buku bukan miliknya yang tergeletak di atas meja dan merobek satu isinya. Tak hanya itu, tangan besarnya juga merebut pena Taehyung yang sedari tadi hanya diam melihat dan mendengarkan.