s t r o n g e r

2.1K 250 46
                                    

Warn!!
This is Mpreg Story!
.
.
.
.
DLDR
.
.
.
.
Happy Reading!
-long ass ride-

💿((Listen to EXO - STRONGER/NCT - TIMELESS for better experience)) 💿

SEMBURAT oranye mengguyur senja yang kian menua, matahari yang kian menutup diri dan awan yang mengikuti berlomba - lomba untuk mencapai ufuk barat, meninggalkan langit untuk menyiapkan singgasana bagi sang bulan. Bersama angin yang berhembus mengarak awan, beberapa helai surai kecoklatan itu bergoyang tersentuh angin. Menerpa kulit wajahnya lembut bagai usapan sebelum tidur yang menenangkan. Dinginnya suhu yang menyapa kulit tak membuat si pemilik surai itu pergi, dirinya hanya diam tak bergeming di tempat, memandang kosong objek yang entah apa di depan sana.

Sorot mata hampa hilang harapan.

Dan di ruang dapur yang memisahkan dirinya, Jeno melihatnya dari sini.

Memperhatikan gerak geriknya yang tidak banyak dari balik pintu kaca gelap yang membatasi.

Jeno dapat melihatnya, tatapan yang selama dua bulan terakhir selalu ia dapatkan di mata indah itu, yang semakin hari kian meredup cahayanya seiring dengan suaranya yang perlahan hilang di telan kesunyian. Kehangatan yang selalu menyapanya di pagi hari dan setiap waktunya merangkak menurunkan suhu hangat itu, dan jarak secara natural mulai terbuka di antara mereka.

Dan lagi, Jeno juga masih melihatnya.

Melihat lagi kerapuhan itu di depan matanya. Dengan jelas melihat bagaimana cairan bening itu jatuh sebelum si pemilik menghapusnya kasar dan tergesa, berkali - kali. Ia meringis, perasaan bersalah setajam pisau menghunus hatinya pedih. Hingga tanpa ia sadari satu-dua bulir bening kini menghalangi pemandangannya dan berakhir jatuh membasahi tumpuan tangan. Dirinya mengalihkan pandangan, menahan emosinya yang tak sanggup lagi ia bendung. Menumpukan kepalanya yang tiba - tiba pening dan terasa berat di atas meja untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya keras. Seolah - olah semua perasaan lara yang ia rasakan ikut terbuang di hela nafasnya.

Ketika kepalanya kembali ia tegakkan, matanya menangkap basah orang itu yang memalingkan muka darinya.

Sepersekian detik iris mereka bertubruk, perasaan yang sama dapat ia rasakan.

Hati yang sedih, yang kecewa, dan yang tenggelam dalam lautan sesal tanpa dasar.

Jeno menghembuskan nafasnya lagi sebelum beranjak berdiri dan menggapai pintu kaca tersebut, membuka benda pembatas diantara mereka tanpa menciptakan suara. Tubuhnya berjengit ketika suhu luar menyentuh permukaan kulitnya; dingin. Perasaan khawatir seketika memenuhi hatinya ketika menyadari tubuh mungil itu hanya terbalut selapis sweater coklat tipis yang sama sekali tidak bisa memberi kehangatan bagi si pemakai. Karenanya, Jeno dengan cepat kembali masuk selangkah untuk mendapatkan jaket kulit hitam yang tergantung di samping pintu.

Sementara seseorang yang lain, yang terlihat tidak menyadari eksistensi Jeno berjengit kaget ketika sebuah fabrik hitam melingkupi bahu sempitnya. Kepalanya yang bergerak mencari sang pelaku seketika terhenti saat tangan besar milik Jeno mengambil pinggangnya untuk mendekat. Mencuri kecupan di pelipis dan meraih rahangnya untuk bersandar pada bahu nyaman milik sang dominan.

"Anginnya tidak baik untuk kesehatan, Jun", Jeno berucap pelan ditelinganya; berbisik. Hembusan nafas hangat yang menyapa permukaan kulitnya menjalar sampai ke hati.

STRONGER ● norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang