Ego

492 31 0
                                    

Sudah setahun lamanya aku menunggu seseorang yang mungkin tidak akan lagi membuka matanya. Hidungnya yang lancip, rahangnya yang tegas, bibirnya yang tipis, dan rambutnya yang hitam pekat membuat ketampanannya tidak bisa diragukan lagi.

Tapi satu hal yang membuat hatiku sakit.

Mata itu...

Tidak bisa terbuka lagi. Aku ingin melihatnya lagi bagaimana cara dia menatapku, bagaimana cara dia mengajakku untuk melihat sunset setiap sore, dan bagaimana cara dia melihatku seolah akulah miliknya.

Tapi sejak kejadian itu, aku merutuki diriku. Aku sungguh menyesal. Aku adalah wanita yang tak berguna baginya. Dan ini semua salahku, jika saja saat itu aku mendengar penjelasannya, jika saja saat itu aku memberinya kesempataan, mungkin saja hal naas ini tidak terjadi.

Aku hanya bisa menunggu sambil mendengar bunyi irama eleltrokardiograf  setiap detiknya.

Aku hanya berharap Tuhan memberi keajaiban kepadaku.

____________________

"Maaf, tapi sepertinya pasien bernama Jeon Wonwoo tidak akan bangun, sepertinya kita harus mencabut alatnya" kata seorang berpakaian serba putih dengan stetoskop yang digantung dibagian leher.

"TIDAKKK.... INI TIDAK MUNGKINN... KAU INI DOKTER... SEHARUSNYA KAU BISA BANTU AKU SELAMATKAN DIA, BUKAN MEMBERI PILIHAN UNTUK MENCABUT ALAT YANG TERTANCAP DITUBUHNYA"

tubuhku bergetar saat mengatakan kata itu, bagaimana tidak, dokter itu tidak memikirkan bagaimana perasaanku, tidakkah dia sadar bahwa masih adanya harapan?

"Maaf sekali nona, tapi kemungkinan untuk pasien Jeon hidup sangatlah sedikit"

"TIDAK.. APAKAH KAU TIDAK PERCAYA ADANYA HARAPAN? KENAPA KAU JADI PUTUS ASA BEGINI DOK?"

air mataku keluar dengan derasnya, suaraku tercekat, dan hanya isak tangis saja yang terdengae, bahkan dokter itu tak berani mengajakku bicara lagi.

tubuhku langsung jatuh, lelah sekali menahan semuanya ini. hanya penyesalan aja yang menggeroti hatiku, bahkan aku tak bisa membayangkan bagaimana jika dia benar benar meninggalkanku.

Tuhan aku mohon jangan buat orang yang amat kusayang pergi meninggalkan ku. aku memang wanita bodoh yang tak berpikir akan resiko yang terjadi setelahnya. hanya emosi yang menyelimutiku, membuatku tak ingin melihatnya saat itu, bahkan untuk mendengarkannya saja aku enggan.

.........

sudah terhitung 3 hari sejak dokter mengatakan hal itu. tidak ada perkembangan, wonwoo dia tetap tidur terlelap seperti biasanya dalam koma dan infus yang menancap ditangannya.

perasaanku mulai ganduh. apakah memang aku harus melepasnya, apa dia memang ingin beristirahat, apa dia sudah capek menghadapi semua ini.

kepala sangat pening saat ini, aku terduduk disamping nya sambil melihatnya lekat.

"jeon... kapan kau bangun?"

tidak ada jawaban

"aku minta maaf.. aku sungguh menyesal tak mendengarkanmu saat itu"

tangisku makin keras

"apa kau ingin meninggalkanku?"

tak kuat bicara, aku langsung menggenggam tangannya dan menangis di telapaknya itu.

aku merasakan tangannya mulai bergerak sedikit. tanpa aba aba kepalaku langsung melihat tangannya yang mulai menggerakkan jarinya itu. beralih ke wajahnya, mata rubahnya itu berusaha membuka, dan tepat saat itu juga matanya terbuka.

WONWOO IMAGINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang