1.1

235 22 6
                                    

03 : 03  ( For Life )

.

Chapter 1

.

Circle



***

.

Sret

.

Goresan panjang melengkung membentuk suatu kurva lingkaran dengan sedikit garis yang melenceng dari seharusnya tercipta diatas tanah basah karena embun pagi didaerah pegunungan dikawasan Alberta, Canada.
Tangan seorang laki-laki tampan dengan ukiran wajah nampak feminim dari seharusnya sibuk mengarahkan ranting dalam gengaman jemari lentik nan panjangnya itu, membentuk gambar lingkaran terus menerus tanpa mengenal 'kau perlu istirahatkan tangan lincahmu'.

.

" Kau akan memakan gambar lingkaranmu itu saja atau ingin bergabung bersama sehelai roti tawar dengan olesan mentega didalam, huh? "

.

" Kurasa kau cukup memahami atensimu disana akan mengganggu suasana hatiku." suara yang sangat dalam mengalun dengan penekanan disetiap kata yang meluncur dari bibir tipisnya.

.

" Yeah, aku tahu itu. Hanya saja ruangan disini tidaklah seluas kepemilikanmu di Vancouver beberapa bulan yang lalu. Kini hanya di Alberta, bersamaku. Aku harap kau mengerti apa itu arti kembali kerumah, Anak muda." bunyi langkah tegas mengalun dengan pasti menjauhi sosok pemuda tadi yang nampak berusaha menahan gejolak kemarahan dalam dirinya. Mengepal erat ranting kering tadi hingga terbelah menjadi dua bagian tidak sama rata dan membuangnya kesal.

.

***

.



Lingkaran.

Mungkin hari ini adalah hari lingkaran untuk kesekian kalinya.

.

Puuffft

.

Seperti sekarang ini, sebuah lingkaran terbentuk dengan sangat elegannya membumbung diudara setelah dihembuskan diudara bebas melalui gulungan tembakau yang dibungkus kertas beraroma menyengat nan menenangkan bernama rokok.
Pemuda dengan ukiran wajah aritokrat nya yang luar biasa menawan dengan pesonanya sendiri dengan beberapa tindikan dibibir bawah serta dikedua cuping telinganya, semakin nampak bringas.

" Bagaimana dengan segelas Vodka, tidak buruk? "

" Setidaknya segelas Bourbon tidak menguras isi dompetku dibanding Vodka." ucapnya dengan lorikan malas pada sosok temannya

" Oh man. Kau bisa mudah mendapatkannya dengan menodongkan Smith and Wessom 500 Magnum* milikmu itu pada seseorang dan,Pow! Kau mendapatkan beberapa lembar sebagai penawaran, "

" Terlalu sayang jika aku menggunakannya ketimbang Wlather P99* milikmu. How 'bout cut off your fucking mouth? " ucap sarkasnya setelah berhasil melucuti senjata api dari saku celana sang temang dan berakhir menodongkannya pada orang itu.

" Oh God. Jika kau memang sangat ingin melenyapkan sahabat tampanmu ini, Son."
Senjata itupun luruh bersamaan tawa menjengkelkan yang menggema sari sahabatnya.
" Hahaha. Ayo kita kerumah. "

" Rumah? "

" Kau sebut apa tempatmu lebih sering tidur dan melakukan banyak hal menghabiskan lebih banyak detik menit dan jam perharinya jika bukan 'rumah'? Apa itu pembuangan sampah? "

" Ya. Pembuangan sampah sepertiku dan kalian tentu saja. "

"Hahaha. Tidak kawan. Aku terlalu tampan untuk kau setarakan dengan sampah."

" Whatever. Hentikan ini dan kerumah jika tidak ingin aku menarik pelatuk milikmu di pelipis tipismu itu."

" Hahaha. Pada akhirnya sang ketua mengalah. Hahaha, "

" Tertawalah sampai isi perutmu keluar."

" Come on, Jackson Wang. Kau perlu tertawa juga. Hahaha."

" Tidak segila milikmu, Hoseok Jung."

" Hey! Aku sudah mengatakannya berkali-kali panggil aku J-hope! "

" Nama yang gila."

" Hey! Kau — "

.

Obrolan random mereka terus berlanjut selama Jeep hitam tua kepemilikan Jackson membelah keheningan jalan sepi Alberta saat ini menuju suatu tempat yang mengarahkannya ke - 'rumah'.

.

***

.

" Semoga kamu damai dirumah Tuhan, amin."
" Letakkan bunganya, lalu lekas kita kembali sebelum malam menutupi jarak pandangku."

" Aku akan menetap beberapa menit lagi. Tak perlu menunggu, aku masih mampu melihat dalam kegelapan. "

" Jangan terlalu lama menghabiskan waktu ditempat baru ini, Namjoon."

" Okay. "

.

Namjoon bertahan disana. Menatap tempat dimana tubuh kaku sang Bunda dijangkau pandangan matanya tuk terakhir kalinya. Bunga Lily putih nampak telah disematkan diatas persinggahan itu dengan tangan berjari lentiknya. Mata runcingnya menerawang jauh keatas langit orange yang kini
menaunginya.

.

" Aku akan kembali ke-'rumah'. Aku tahu aku rindu. Tapi, jika aku berpikir untuk merasa sedih sekarang adalah sia-sia, maka aku diam. Karena kau tak mungkin datang padaku saat itu. Maka aku yang mengalah. Istirahatlah dengan tenang, Ibu."
Suara dalam yang bergetar menahan buncahan rasa pilu tertahannya. Menguatkan hatinya.

.

Tap

Tap

Tap

.

Melangkah pulang setelah dirasa cukup baginya.

.

***

.

Namjoon tidak pernah merasa bosan tuk membuat lingkaran disetiap waktunya, seperti sekarang dibawah langit senja Canada, tangan berjari lentik nan panjangnya nampak menggoreskan pisau kecil dikulit pohon besar tak jauh dari kediamannya. Nampak sangat fokus dan hati-hati, hingga ketika sensor pendengarannya menangkap bunyi dentingan piano yang mengalun dengan indahnya disebuah rumah kecil yang Ia kira kosong sebelumnya. Rasa penasaran semakin menggelayutinya hingga dengan penuh keyakinan Ia mendekati rumah itu tak lupa dengan kulit kayu hasil karyanya yang berbentuk Lingkaran.

.

Siapakah pemain yang mampu membuat dirinya sebegitu penasarannya ?

.

Tbc

.

A/N : (*) Nama sebuah Senjata Api. 😌🔫




.

28 Agustus 2018

Bae Ely

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For Life ( Namson Fanfic )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang