Chapter 1

220 16 0
                                    

Tap Tap Tap Tap

Pergi ke sekolah pagi-pagi sekali itu menenangkan. Tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang, keramaian, dan lain sebagainya. Tidak tidak, bukannya aku membenci itu semua. Hanya saja,aku suka kedamaian. Kedamaian akan membawa ketenangan. Itulah yang selalu ku yakini hingga saat ini. Tentu aku tidak suka melihat orang lain bertengkar. Terutama orang tua ku.

Ya... Sekolah adalah tempat pelarian bagiku. Aku sengaja pergi ke sekolah pagi-pagi sekali hanya untuk menghindari pertengkaran kedua orang tua ku pagi ini. Ku dengar mereka juga akan bercerai beberapa bulan lagi. Yah kalau memang sudah tidak cocok mau bagaimana lagi? Lagian aku juga percaya, jika memang sudah jodoh pasti akan dipertemukan kembali. Tetapi.. Jika sudah terjadi pertengkaran hebat sepertinya hal itu tidak akan terjadi...

Terlalu banyak memikirkan masalah hingga aku lupa kalau aku sudah sampai di depan kelas. Ku intip sedikit dari jendela pintu untuk memastikan apakah ada orang didalam.

"Sepertinya sepi..." pikirku.

Karena kelas sepertinya tidak ada orang, aku pun membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam. Saking sepi nya kelas- tidak,saking sepi nya sekolah hingga suara langkah kaki ku bergema keseluruh penjuru kelas. Bahkan aku dapat mendengar nya dengan sangat jelas. Aku pergi ke arah meja ku dan duduk disana dengan santai sambil menikmati pemandangan luar sekolah. Menikmati udara pagi yang masih sejuk, suara-suara burung yang berkicau dengan merdu nya. Tetapi saat aku berpikir hanya aku satu-satunya siswa yang datang sepagi ini,sepertinya aku keliru.

Lamunan ketenangan ku telah hancur saat mendengar suara gitar yang dimainkan bersama dengan suara seseorang. Didengar dari suaranya sudah jelas bahwa ia adalah seorang pria. Permainan gitar nya terdengar menyenangkan, tetapi suara nyanyian nya terdengar sedih. Karena penasaran, aku pergi ke arah sumber suara tersebut. Sepertinya suara itu berasal dari bawah pohon didepan jendela kelas ku. Ya,asal suaranya dari bawah. Aku berusaha mengintip dari atas untuk melihat wajahnya,tetapi percuma. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh rambut nya dan daun-daun pohon. Aku berusaha memanggil tetapi tetap saja percuma. Ia tidak dapat mendengar suara ku. Mungkin ia memakai headphone dikepala nya.

Rasa penasaran ku semakin bertambah. Dengan tergesa-gesa aku keluar dari kelas dan menuruni anak tangga untuk mencapai lantai dasar. Saat aku hampir dekat dengan lokasi pemuda itu,aku mulai melambatkan langkah ku. Berusaha mengintip agar tidak ketahuan. Entah mengapa aku tertarik dengan permainan gitar dan suara nya. Rasanya aku ingin dekat dengan dirinya, tetapi insting ku mengatakan sebaliknya. Dengan hati-hati aku berjalan perlahan dan bersembunyi dibalik semak-semak. Kurasa dari jarak segini aku bisa melihat nya.

Baru akan melihat wajahnya, tiba-tiba saja ia menghentikan permainan nya. Ia terdiam. Sepertinya ia telah mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang menguntit dirinya,yaitu aku.

"Manis..."gumam pemuda itu.

Manis? Apa dia mencium aroma makanan yang manis? Dia suka makanan manis? Tetapi aku tidak dapat mencium bau apapun. Lalu maksud ia berkata 'manis' itu apa?

"Disana..." gumam pemuda itu lagi. Tetapi kemudian ia berbalik tepat ke arah ku. Kini aku dapat melihat tampang nya dengan jelas. Kulit nya sangat putih dan pucat,matanya sangat merah bagaikan darah, tatapan matanya seakan-akan ingin menerkam mangsa nya. Dan tentu wajahnya juga sangat tampan, seperti pangeran yang ada didalam negeri dongeng yang sering dibacakan saat aku masih kecil oleh appa. Ahh... Aku jadi teringat masa lalu lagi.

"Aku tau kau ada disana. Jadi,keluar lah." ucap pemuda itu.

Gawat... Aku sudah ketahuan. Sepertinya mendekati dirinya memang ide yang buruk. Haruskah aku keluar dari persembunyianku? Menghampiri dirinya? Tetapi insting ku tetap berkata sebaliknya. Kaki ku bergetar, seolah-olah saat aku menatap matanya,aku seperti terhipnotis.

Blood SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang