#1

1.6K 292 74
                                    

⚫ ⬤ ◐

Alunan orkestra nan indah menggema di dalam ruangan opera. Mengiringi pemuda manis yang mengeluarkan suara bernada dengan diikuti lirik. Musiknya menenangkan, terlebih suara pemuda yang menyanyikan lagu tersebut. Park Jimin seorang penyanyi opera yang sukses menarik perhatian masyarakat. Tentu saja bukan hanya suaranya yang menarik perhatian orang-orang. Namun fisik, aura, juga tarian modern yang ia tampilkan, seakan-akan Park Jimin terlahir sebagai karya seni paling indah milik Tuhan. Mungkin jua tidak ada yang ingin menampik hal tersebut.

                        ✰ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐴𝑐𝑎𝑟𝑎 ✰

Para panitia sibuk berjalan hilir mudik untuk mempersiapkan acara agar berjalan dengan semestinya. Terlebih beberapa pejabat besar menyatakan akan datang ke acara tersebut. Tak ingin mengecewakan. Lantas mereka hendak persembahkan yang terbaik.

"Semoga aku tidak menghancurkan penampilanku malam ini." Jimin bergumam pada dirinya sendiri sembari menatap kursi penonton yang masih kosong setelah ia menyelesaikan latihan mandiri yang rupanya didengar oleh kawan dekat— Hoseok.

"Oh, ayolah. Kau selalu sempurna disetiap penampilanmu, Jimin. Kau harus percaya diri." Tukasnya sembari melangkah mendekat pada Jimin.

Jimin tersenyum, Hoseok merupakan kawan dekatnya sejak ia belum menjadi seperti sekarang ini yang dikenal banyak orang. Kawan dekat ketika mereka masih satu akademi. Pum kini Hoseok menjadi manager pribadi.

"Baiklah." Jawab Jimin terkekeh. Menyerah dalam perdebatan sebelum berjuang. Sebab tahu, ia tidak akan menang.

•••

"Hyung, acara itu dimulai jam berapa?" Jungkook bertanya pada Seokjin —sang asisten pribadi, tanpa mengalihkan atensi pada berkas berkas yang ada di meja kerja.

"Kurasa akan dimulai sebentar lagi, Tuan." Jawab Seokjin tenang.

"Hyung, kita hanya berdua. Hilangkan panggilan formal itu." Keluh Jungkook, karena pada dasarnya Seokjin memiliki umur yang lebih tua dibanding Jungkook. Walaupun Seokjin hanya asisten, namun Jungkook tetap menghormati Seokjin sebagai orang yang lebih tua darinya.

"Baiklah. Aku mengalah, Jeon." Ujar Seokjin, membuat Jungkook tersenyum lebar, puas.

"Setelah pekerjaan ini selesai, kita berangkat, Hyung." Jungkook kembali memeriksa berkas pekerjaan. Meskipun Jungkook jarang menunjukkan diri di kantor perusahaan miliknya, tetapi ia tetap bertanggung jawab atas perusahaannya secara langsung. Sebab Jungkook tak ingin biarkan para penjilat menjatuhkan perusahaan yang sudah dirintih orang tuanya sejak muda.

"Apa kau yakin? Sebenarnya kau tidak perlu datang ke acara itu, Jeon." Terselip nada khawatir dari kalimat yang Seokjin ucapkan. Tentu ada sebab musababnya.

"Tenanglah Hyung, aku akan baik-baik saja." Balas Jungkook sembari tersenyum yakin menatap Seokjin. Menurutnya tidak akan ada kejadian yang membuat adrenalinnya terpacu kemudian merubahnya menjadi sesuatu yang ia benci.

"Baiklah." Pasrah Seokjin. Ia tak mungkin jua menahan Jungkook terlalu lama di istana besar itu. Dihantui rasa kesepian setiap hari. Jungkook sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri, setelah ayah Seokjin tiada, ia lah yang menggantikan posisi sang ayah menjadi asisten pribadi untuk keluarga Jeon. Sakit untuknya, ketika ia harus melihat Jungkook menderita karena alter ego yang Jungkook miliki. Tak bisa Seokjin bayangkan bila hal tersebut tak bisa disembuhkan. Bagaimana nasib adik berbeda darahnya itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serendipity 「kookmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang