Awal musim panas mulai menyapa. Hangat, seperti janji seorang akhwat, yang sepakat dibuat. Sebut saja ia putri. Gadis blesteran yang tak faseh berbahasa Indonesia. Lulus dari sebuah kampus di Jakarta jurusan matematika. Awal mengenalinya dari seorang teman di blackberry messenger. Mulai mencoba ta'aruf dengan seharusnya. Aku pikir semua akan berjalan mudah, seperti biasanya.
Aku dibuai eforia. Kumpulan rindu dan juga asa. Dopamine dan endorfin diproduksi secara masal dari otakku. Mengalir ke seluruh muara denyut darahku. Dua bulan lagi, aku pulang ke Indonesia, ke rumahnya di Jakarta, nadzor, kemudian menikah jika semua berjalan lancar.
Ah manisnya rencana ini, mirip manisnya rencana yang diobral para calon pemimpin saat kampanye. Rencana yang membuatku semakin bersemangat dalam menjalani hari-hari. Membuatku juga semakin baik sebagai individu.
Contohnya, entah kenapa aku jadi semangat sekali masuk kuliah. Sebelum jam pelajaran aku sudah duduk manis menunggu syaikh doktor tiba. Aku juga mendadak murah senyum. Bagiku dunia merah menyala, warna cinta. Bagiku orang Afrika dan suku Eropa utara sama saja warna kulitnya. Bagiku orang Belanda dan kami orang melayu sama tinggi tubuhnya. Pelepah-pelepah kurma menjadi bunga. Tanah-tanah tandus kering di banjiri dandeleon seluasnya.Kawan, entah kapan terakhir kali aku jatuh cinta. Namun sekarang begitu istimewa. Contoh lain ketika ku tahu putri tidak suka cerpen seperti yang sekarang kutulis. Ia lebih suka membaca kisah para shahabiyaat. Maka aku bergegas ke pameran buku yang sedang di adakan di kota Madinah, kucari kitab tentang kisah-kisah para wanita pilihan di zaman Nabi shollallahu alaihi wasallam. Tidak mudah mencari kitab di hari-hari terakhir pameran. Tidak ada stand kitab yang tidak kutanyai, padahal pameran buku atau book fair kota Madinah salah satu yang terbesar dan terlengkap di Saudi Arabia. Bahkan ada stand yang kutanyai berulang, karna aku lupa sudah pernah bertanya disana. Aku benar-benar terobsesi mencari kitab yang ia sukai. Tak kurang akal, aku merekrut seorang senior yang mengerti seluk beluk kitab. Berdua kami mencari kitab itu dengan iming-iming makan bersama jika berhasil menemukan penjualnya.
Dua senyawa kimia yang diproduksi otak ku tadi semakin menjadi-jadi seiring jalannya hari. Ekspektasi membawaku dalam fantasi. Setelah beberapa kali mengirim pesan, aku mulai curiga tentang antusias. Aku sangat peka tentang rasa. Bisa di bedakan antara orang yang tertarik dan yang tidak. Entah kenapa.. Entah kenapa aku beranikan diri bertanya.
"Apakah masih berminat melanjutkan rencana ini?"...
Ribuan orang Rohingya mengungsi. Pergi dari kampungnya karna di zolimi. Dibunuh. Dianiaya. Diusir. Sebagian mati dilaut, terdampar di Thailand dan Malaysia. Sebagian terombang ambing di laut.
Memilukan....
Aku bangun seperti biasa di pagi hari. Kuliah,internetan, dan beraktifitas. Namun sekarang semua berubah. Aku pemurung. Duniaku kabut. Orang afrika kembali pada warna kulitnya semula. Orang-orang Belanda menjadi tinggi besar, sedang aku lelaki banjar ini begitu kecil. Pelepah-pelepah korma mulai kering, sebagiannya rontok. Sedang debu, berputar-putar diombang angin tanda musim panas akan datang lebih lama. Pesan terakhirnya bermakna ia tak bisa. Tanpa sedikitpun alasan terbuka. Aku pernah beberapa kali berurusan dengan akhwat dalam prosesnya, aku belum pernah di tolak akhwat seperti ini sebelumnya. Memilukan.
Gagal. Aku merasa gagal. Sebulan lagi liburan musim panas. Aku menjadi tidak semangat pulang ke tanah air.
...
"Pengungsi Rohingya terdampar di Aceh" Begitu headline berita yang ramai dibincangkan di internet. Mereka mengungsi bersama tangis,Serta sisa-sisa kepedihan. Kesedihanku perlahan baur. Melihat orang yang lebih menyedihkan membuatku harus banyak bersyukur. Entah ada angin apa, sebuah ide bangkit dari otak ku. Pengaruhi pikirku.
...
Juni menunjukan angka dua. Aku sampai di bandara soekarno hatta. Aku menuju rumah paman ku di bilangan Manggarai jaksel. Setelah kuamankan koper dan barang lain. Aku bersiap pergi. Aku juga sudah mengirim semua pesanan korma ajwa ke beberapa tempat di Indonesia. aku perlu banyak biaya dalam perjalananku, jualan korma ajwa bisa menambah uang saku.