Sahabat Abnormal

25 5 2
                                    

Aku memutar bola mataku malas. Belum saja aku menjejalkan kaki ku tepat didalam kelas sambutan pagi yang begitu eksotis setiap paginya itu langsung menerjang indra pendengaran ku.

Aku menghampirinya dengan senyuman yang lebih terkesan terpaksa. Dia meraih lenganku lalu mengaitkannya erat dengan lengannya sendiri. Mulutnya mulai berkomat-kamit seperti mbah dukun yang sedang membaca mantra.

Dia mulai bercerita panjang lebar mengenai segalanya yang sudah di lakukannya. Mulai dari dia belanja semalam di mall bersama sepupunya. Kekasihnya yang tidak mengabarinya atau sekedar mengirimkan pesan kepadanya ketika dia sedang mandi.

Hal yang terakhir membuatku gemas sekaligus heran sendiri melihat keposessif-an dia terhadap kekasihnya itu. Dan sifat gampang cemburuannya dia dengan kekasihnya.

Untung saja kekasihnya memang tulus mencintainya. Jadi, dia tetap bisa mengalah dan sabar dengan sikap perempuan disebelah ku ini ditengah penderitaan yang terus menerus dialaminya.

Perempuan yang ku ceritakan diatas itu adalah temanku. Tidak tidak! Pernyataan yang lebih merangkup secara keseluruhan adalah bahwa dia itu sahabatku. Sungguh mengesankan memang mempunyai sahabat selangka juga se-abnormal dia.

Namanya Mira lebih tepatnya Amira Darisa. Kami sudah bersahabat sejak kelas satu SMP dan entah kenapa bisa bertahan sampai sekarang. Tidaklah aku hanya bercanda. Walaupun Mira sifatnya seperti itu tapi dia memiliki beberapa sifat yang berhasil membuatku kagum kepadanya.

Ditengah keposessif-an dan sifat mudah cumburunya itu, dia memiliki hati yang baik,tulus juga dia orangnya sangat pengertian dengan kondisi orang di sekitarnya.

Contoh dari kebaikannya itu ketika itu kami sedang pulang bersama atau sebenarnya kami ingin singgah sebentar ke toko buku,tepat saat kami sedang berjalan menuju halte tempat kami menunggu kendaraan umum.

Mira memberhentikan jalannya lalu merogoh kantung sakunya kemudian dia menghampiri seorang pengemis tua yang sedang duduk di trotoar jalanan dengan tampangnya yang kumuh.

Mira memberikan beberapa lembar uang sepuluh ribuan yang di ambilnya dari saku tadi. Sebelum pergi meninggalkan pengemis tua itu yang merasa sangat berterima kasih atas kebaikan sahabat ku itu,Mira tersenyum lebar sembari berkata agar pengemis tua itu terus bersemangat dalam menjalani hidupnya.

Orang-orang yang berlalu lalang itu tampak kagum dengan kebaikan hati Mira begitu juga dengan diriku. Kemudian aku yang awalnya masih berdiri diam ditempat awal,ikut menghampiri si pengemis tua itu untuk memberikan beberapa lembar uang lima ribuan karena itu yang hanya tersisa di saku ku sementara sisanya untuk membeli buku dan ongkos kendaraan umum.

Ada lagi kebaikan hati dari seorang Mira. Saat itu kami masih duduk dikelas 1 SMP. Di saat itulah awal perkenalan kami dan disaat itu pula lah kesuliatan ekonomi masih bersarang dikehidupan keluargaku.

Karena penghasilan dari berjualan kue kecil-kecilan buatan ibu sangat sedikit jumlahnya, terpaksa aku hanya diberi uang saku untuk ongkos pergi dan pulang sementara uang saku untuk membeli makanan sama sekali tidak ada.

Setiap pagi ibu selalu memasak telur dadar dan itulah sarapan ku setiap paginya. Tapi tidak hampir setiap pagi,tergantung jika penghasilan ibu sedang meningkat. Maka,ibu akan memasak ayam atau aneka daging lainnya.

Hanya sarapan pagi itu yang mengisi perutku sampai pulang sekolah tiba. Setiap jam istirahat aku hanya bisa menatap lapar dengan keinginan mencoba yang sangat memuncak berbagai cemilan yang sedang dimakan teman-teman ku yang mereka beli dari kantin sekolah.

Dan ternyata tanpa ku sadari,Mira mengerti dari tatapan mataku ketika aku melihat teman-temanku sedang memakan cemilan. Saat itu kami sedang berada didalam kelas,tiba-tiba saja Mira menarik tanganku keluar kelas. Walaupun aku bingung akan dibawa kemana tapi aku mengikuti saja langkah kakinya.

Dan lagi-lagi ternyata Mira melakukan hal yang berhasil membuatku takjub sekaligus terharu dengan perbuatannya. Dia menyuruh ku duduk di salah satu meja kosong lalu dia pergi entah kemana meninggalkanku yang hanya menunduk untuk menghindari pemandangan yang berhasil membuat perutku bersahut-sahutan.

Tak lama kemudian Mira kembali dengan membawa banyak sekali berbagai cemilan. Aku menatapnya bingung,tatapan yang mengartikan apakah kau benar ingin memakan sebanyak ini?

Mira mengerti dengan tatapan mataku sontak dia menggelengkan kepalanya lalu lengkungan indah terbentuk di bibirnya. Ini untukku...juga untukmu. Ayo kita makan bersama! Seperti itu kalimat yang keluar dari mulutnya seperkian detik kemudian.

Mataku membulat tak percaya ditambah pikiran
ku yang semakin bingung karena ucapannya. Aku langsung menggeleng kuat menolaknya secara halus dengan kata-kataku yang kuharapkan tidak menyinggung perasaannya.

Tapi bukan Mira namanya kalau tidak berhasil melakukan sesuatu sesuai dengan kemauannya. Dan akhirnya aku memilih untuk menyerah dan menuruti kemauannya itu.

Tapi bukan berarti aku terpaksa. Aku tidak munafik,jujur air liur ku langsung memenuhi mulutku ketika melihat cemilan sebanyak itu yang kelihatannya saja sangat menggiurkan apalagi dengan rasanya.

Aku sangat bahagia hari itu. Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Mira. Jam istiahat itu kami habiskan bersama,makan cemilan bersama, bercanda bersama,mengobrol bersama,dan banyak hal menyenangkan lainnya yang kami lakuakan.

Disaat seperti itu hanya Mira sajalah yang mau berteman denganku tanpa memandang derajat. Ataupun dia tidak ingin memanfaatkan kepintaran ku saja. Mira berbeda dari teman-temanku ketika aku masih menjadi anak orang berada yang mengatakan akan selalu bersama dengan ku apapun keadaannya.

Dan jujur dari lubuk hati ku yang paling dalam,       aku tidak pernah menyesal memiliki sahabat seperti Mira. Aku menyayanginya selayaknya saudara kandungku sendiri. Aku sangat berharap kalau kami akan selalu bersama dan selalu mendukung satu sama lain di kondisi apapun dan sampai kapanpun.

###

Makasih udah dibaca cerita aku...
Jangan lupa di vote dan comment ya!
Kalo bisa akun authornya di follow jugaa hehehe
;))
Pantengin terus yaa cerita selanjutnya!

Salam sayang dari author!

@nchyrin_

Akhir Dari Sebuah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang