My Life With This Love

266 3 0
                                    

Hari kelima dalam seminggu. Ia harus segera mengembalikan buku ke perpustakaan. Jika kembalikan besok, ia akan kena denda karena terlambat sehari. Tapi bukan berarti ia harus mengembalikannya saat ini juga. Ia bisa mengembalikannya nanti ketika pulang sekolah. Namun sayangnya, ia meminjam dua buah buku yang tebalnya sekitar tiga ratus halaman dan buku-buku tersebut membuat tasnya penuh jika  ia simpan di dalamnya. Dengan begitu ia pasti akan kesulitan dalam memikul tas di punggungnya. Sebagai tambahan daftar sialnya di hari ini, ulangan biologi siap menantinya. Tidak mungkin, kan, ia meletakkan kedua buku yang lumayan tebal ini di atas meja sedangkan isi dari kedua buku ini menerangkan tentang makhluk hidup? Bisa-bisa ia diusir dari ruang ulangan. Hmm, selagi ia berpikir, lebih baik ia juga membaca buku catatannya.

Ia bawa kedua buku yang berat itu di tangan kiri sementara tangan kanannya merogoh bagian dalam ranselnya. Uh, ini sulit sekali. Apalagi dengan dua buku yang setiap detiknya makin memberatkan lengannya. Ia bahkan bisa merasakan ototnya menebal karenanya. Apakah setelah ini ia akan mempunyai otot layaknya binaragawan? Oh, tidak. Jangan sampai. Setelah beberapa detik ia terus mencoba menutup resleting ranselnya, akhirnya usahanya untuk mengambil buku catatannya tidak sia-sia. Buku bersampul kuning cerah tersebut dapat terambil olehnya. Ia berjalan di sepanjang lorong IPS agar dapat segera sampai di lorong IPA. Lorong yang paling dekat dengan ruang-ruang IPA adalah lorong IPS. Jika ia melewati lorong matematika, ia akan membuat kakinya yang sejak lahir besar menjadi makin besar karena jarak lorong IPA dengan matematika sangat jauh.

Frontalis,” desisnya sambil memegang dahinya, “oksipitalis, temporalis, dan…” Ia sudah tidak ingat lagi. Heerin merutuki dirinya yang sangat pelupa kemudian berdecak kesal. Sebenarnya bagaimana ia bisa mendapatkan beasiswa sementara otaknya sangat mudah melupakan suatu hal? Tidak, saat ini bukan saatnya untuk mengolok-olok diri sendiri. Ia harus belajar agar nilainya bagus. “Baiklah, ulangi lagi,” desisnya lagi sambil menatap pada tulisan di buku catatannya. “Aah… ternyata parietalis. Bagaimana aku bisa lupa?” Ditepuknya pelan dahinya menggunakan buku catatannya. “Bintik kuning mempunyai dua bentuk sel yaitu sel kerucut dan sel batang.” Heerin terus menghapal materi dalam buku catatannya sementara tangan kirinya terus membenarkan posisi dua buku perpustakaan dan kakinya melangkah pelan menuju kelas biologi. “Bintik buta. Di dalamnya tidak ada sel kerucut maupun sel batang.”

BRUUK! Heerin bertabrakan dengan seseorang. Ia tidak menggubris, hanya berjongkok untuk mengambil dua buku perpustakaan yang jatuh sambil matanya terus menatap ke serentetan huruf di buku catatannya. Bibirnya pun mendesiskan apa yang sedang dibacanya. Kakinya secepat mungkin  dilangkahkan menuju ruang biologi, tak mempedulikan orang yang ditabraknya, karena bel sudah berbunyi sejak beberapa detik lalu.

Beberapa kali buku-bukunya hampir jatuh, jadi ia tidak lagi memandang ke buku catatannya meski untuk belajar sekali pun. Heerin akan sangat kesulitan jika kembali dua buku tebal yang dibawanya jatuh. Ia harus bertekuk lutut, mengambil buku, dan kembali berdiri. Bagi Heerin, gadis yang dianggap lambat oleh teman-temannya, tidak mungkin berdiri dalam waktu yang relatif cepat. Terlebih, kaki Heerin sangat sensitif jika mengenai suatu hal yang dingin atau gerakan yang tiba-tiba. Kakinya bisa ngilu seketika. Kalau sudah ngilu, ia akan lebih lambat dalam bergerak.

Tiga menit kemudian Heerin sampai di ruang biologi. Sebelum masuk kelas, diambilnya napas terlebih dahulu. Setelah napasnya teratur, ia masuk dengan langkah agak berat karena berlarian di sekolah.

“Heerin-ah, apa kau sudah belajar?” teriak teman Heerin. Heerin yang baru saja meletakkan pantat di bangku langsung menoleh ke arah sumber suara.

“Kau ini, mengagetkanku saja. Krystal-ssi, belajarlah atau aku tidak akan memberimu contekan.Arraji?” ucap Heerin sadis sambil matanya sedikit melotot. Gadis bernama Krystal itu langsung mencibir Heerin.

My Life With This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang