My Life With This Love part 2

134 2 0
                                    

“Heerin-ah, ada yang mencarimu,” kata Krystal. Heerin menoleh.

***

“Siapa? Eunjung?” Heerin balik bertanya. Eunjung adalah sahabatnya. Mereka tidak sekelas. Terkadang Eunjung berkunjung ke kelasnya karena ada keperluan atau mereka akan bertemu di kantin jika tidak ada suatu hal yang penting. “Bukan.” Heerin memandang Krystal dengan pandangan bertanya karena gadis itu tak kunjung melanjutkan kata-katanya. Akhirnya ia berjalan keluar kelas dan mencari-cari siapa yang mencarinya. Di kanannya tak ada siapapun yang mencarinya. Heerin menoleh ke kiri. “Ah!” jerit Heerin tertahan karena ada sesosok laki-laki yang berdiri tegak di hadapannya. “Mian. Aku pasti mengagetkanmu,” kata Heerin cengengesan. Ia nyengir sebentar lalu memberi laki-laki itu senyuman termanisnya. “Ada apa mencariku?” Laki-laki itu memasang tampang datar. “Namaku Youngmin.” Heerin mengangkat kedua alisnya. “Eo? Aku Han Heerin. Senang berkenalan denganmu.” Heerin menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak Youngmin bersalaman, tapi Youngmin diam saja. Karena sikap Youngmin yang diam itu, Heerin menjadi salah tingkah dan menarik kembali tangannya. “Baiklah, ada lagi yang ingin kau katakan?” Heerin tidak berani memandang Youngmin. Ia menunduk. “Kau ini kuno sekali. Biar kuajari caranya berkenalan.” Heerin kembali mendongak karena tiba-tiba Youngmin menarik badannya masuk ke dalam rengkuhannya. Heerin shock, tak mengeluarkan sepatah kata pun. ˽ Hari telah larut dan Heerin belum berangkat ke kafe tempatnya bekerja sejak tiga jam yang lalu. Hal itu membuat seisi kafe cemas. Jika Heerin tak kunjung datang, maka Heerin akan dipecat. Semua pekerja kafe tahu bagaimana tempat tinggal Heerin. Sempit, kecil, lembab. Begitulah gambaran lingkungan hidup Heerin. Jadi, jika Heerin sampai dipecat, Heern mampu hidup dengan apa? Heerin besar di panti asuhan. Ia datang ke Seoul ketika ia masuk SMA. Dengan keinginannya yaitu tidak ingin menyusahkan orang-orang terkasihnya di panti asuhan serta dorongan dari orang-orang terkasihnya itu , akhirnya ia berangkat ke Seoul dengan diantar salah seorang pengasuhnya di panti asuhan. Heerin biasa memanggil wanita gemuk itu ‘Shin ahjumma’. Shinahjumma paling menyayangi Heerin. Menurutnya Heerin adalah gadis kecil yang manis. Ukuran manis berarti mungil. Herein gadis mungil berpipi tembam dan bermata bulat besar. Ia juga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga banyak anak menyukainya. Hingga kini, ketika ia berada di Seoul, Heerin punya banyak teman yang tidak mempedulikan dari mana ia berasal. “Hya, apakah kalian melihat Heerin?” teriak bos kafe tempat Heerin bekerja, Cho Kyuhyun. Laki-laki itu berdiri di tengah-tengah kusen pintu dapur dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Tak ada yang menjawab pertanyaannya barusan. Jadi, bisa dipastikan Heerin belum datang ke tempat itu. Seluruh pegawai kafe melihat bosnya takut-takut. Wajahnya yang tampan itu terlihat gusar. Biasanya jika sudah gusar seperti itu, semua orang bisa kena marahnya. KLING!! Semua menoleh ke arah pintu utama. Seorang gadis memegangi gagang pintu dengan terengah-engah. Sepertinya ia habis lari. Gadis itu masih saja mengatur napasnya. Beberapa saat kemudian, ia berdiri tegak lalu berjalan takut-takut menuju hadapan bosnya. Ia menundukkan kepalanya. Wajahnya yang memerah kelelahan tak tampak. “Neo… Han Heerin. Cepat masuk ke ruanganku!” kata Kyuhyun datar. Heerin mengangkat kepalanya. Setelah Kyuhyun pergi, Junho, sahabatnya di kafe itu, datang membawakannya segelas air putih. “Kau ini,” sembur Junho. Heerin melotot membuat Junho bungkam. Kemudian ia pergi ke ruangan bosnya. Setelah Heerin dipersilakan duduk, Kyuhyun memulai kalimatnya. “Jelaskan kenapa kau terlambat!” Heerin yang semula menunduk mengangkat kepalanya menatap Kyuhyun. Ada sesuatu yang aneh. Pipi Heerin bersemu merah dan Kyuhyun yakin itu bukan semu kelelahan setelah berlari. Itu seperti… senang? Senang kenapa? “Engg… aku ada urusan tadi,” jawab Heerin kembali menunduk. Kyuhyun menghembuskan napas kesal karena Heerin begitu berbelit-belit. Tapi ia berusaha sabar. Bagaimanapun remaja seperti Heerin butuh perhatian lebih. Akhirnya Heerin mendongakkan kepalanya. “Aku benar-benar ada urusan, kau tahu? Lagipula pada akhirnya aku datang, bukan?” ujar Heerin terdengar seperti protes karena disalahkan atas apa-apa yang bukan kesalahannya, padahal Kyuhyun hanya menyuruhnya menjelaskan kenapa ia terlambat. Tiba-tiba Kyuhyun mendekatkan tubuhnya pada pinggir meja dengan kedua tangan saling bersilangan. Ia menatap Heerin datar. “Kenapa kau begitu tidak sopan padaku?” tanya Kyuhyun. “Bagaimanapun aku ini bosmu.” Heerin terdiam. Sebenarnya ia juga tidak tahu kenapa hari ini ia sepeti itu—tidak sopan pada orang yang lebih tua. “Aku tidak tahu. Jeosonghamnida.” Kyuhyun kembali menyandarkan punggungnya pada kursi bosnya. Ia melengos, memandang berkas kerjanya seolah malas berbicara dengan Heerin. Dengan keadaan sepert itu, Heerin tentu sedih. Ia bukan sedih karena tidak diacuhkan oleh bosnya, Kyuhyun, tapi karena sikapnya yang tidak sopan tadi. “Jeosonghamnida, Kyuhyun-ssi­,” sesal Heerin akhirnya. Kyuhyun mengangkat kepalanya sehingga matanya mampu menangkap bayangan Heerin dalam retinanya. “Sudahlah. Kau boleh tidak sopan padaku. Lagipula biasanya kita bertengkar tanpa tahu waktu dan tempat, bukan?” kata Kyuhyun sambil mengeluarkan evil smile-nya. Tahu bosnya sudah tidak marah lagi, Heerin mengeluarkan senyum lebar. Ia senang bosnya itu tidak marah ataupun menghukumnya. Tunggu, Kyuhyun belum bilang dia akan dihukum atau tidak, kan?” “Tapi… apakah aku akan dihukum?” tanya Heerin polos. Kyuhyun mengangkat alisnya tinggi-tinggi. “Untuk apa aku menghukummu? Tidak, kau tidak dihukum. Senang?” Senyum Heerin makin lebar. Kemudian ia mengangguk-angguk lucu. “Baiklah, cepatlah pulang. Aku tahu kau lelah.” “Tapi bagaimana dengan pekerjaanku?” “Apakah aku hanya punya kau sebagai pegawaiku? Tidak. Pekerjaanmu bisa diambil alih oleh yang lainnya. Pulanglah.” Kyuhyun mengibas-ngibaskan tangan kanannya sebagai bentuk pengusran terhadap Heerin. Kyuhyun kaget ketika tiba-tiba Heerin mendekatkan badannya ke tepi meja, tepat berseberangan dengan Kyuhyun. Matanya menyipit dan bibirnya mengerut. “Aku tidak akan pulang jika pegawai lain belum pulang,” kata Heerin. Seperti biasa, Heerin menginginkan suatu hal yang adil. Ganti Heerin yang terkejut karena Kyuhyun balik mendekatkan wajahnya pada Heerin. Sontak ia jauhkan kepalanya. Tapi Kyuhyun tak berkata apapun seraya kembali duduk manis di kursinya. Mata mereka masih saling memandang tajam. Suasana hening menyeruak masuk ke ruangan tersebut sampai Kyuhyun akhirnya angkat bicara. “Baiklah. Tapi kau pulang terlambat seperti biasa.” Dengan santainya Heerin megangkat kedua bahu sambil memasang senyum gummy-nya sehingga terlihat kedua pipinya yang tembam itu makin membentuk bakpao. Ia segera beranjak dari duduknya hendak kelar dari ruangan tersebut, tapi Kyuhyun memanggilnya. Ia pun membalikkan badannya kembali. “Kau pulang bersamaku. Kutunggu kau di sini. Titik. Tak ada protes.” Lalu Kyuhyun menutup wajahnya dengan berkas-berkas yang sedari tadi digenggamnya. “Hya—“ “La-la-la… Aku tidak dengar apa-apa,” potong Kyuhyun cepat. “Hya, Kyuhyun-ssi. Jangan memerintah orang seenaknya. Meski kau ini bos, tapi jangan menaruh perhatian pada satu pegawai saja.” Mendadak Kyuhyun diam dan menyentakkan kertas-kertasnya di meja lalu memasang wajah mencibir Heerin. “Percaya diri sekali kau! Buat apa aku memerhatikanmu lebih dari yang lainnya? Cih, jangan-jangan kau menyangka bahwa aku menyukaimu? Percaya diri sekali kau,” cibir Kyuhyun panjang lebar. Heerin menyilangkan tangan di depan dada sambil menatap Kyuhyun meremehkan. “Bukan aku yang mengatakannya.” “Mengatakan apa?” tanya Kyuhyun polos. “Mengatakan bahwa kau menyukaiku. Kau sendiri yang mengatakannya.” Dengan cengiran kemenangannya, Heerin keluar dari ruangan tersebut. KLING! Pintu terbuka dan masuklah seorang laki-laki berkaus hijau membawa sebuah tas selempang yaitu tas kamera. “Annyeong, saya mencari Han Heerin,” katanya sopan pada seorang pelayan bernama Kim Taeyeon. Taeyeon tersenyum. “Anda temannya? Akan saya panggilkan. Silakan duduk.” Sedikit membungkuk, laki-laki itu mencari tempat duduk yang nyaman untuknya. Akhirnya ia duduk di kursi dengan meja untuk dua orang yang dekat jendela. Sebagai tambahan pemandangannya, meja tersebut langsung menghadap ke taman mawar putih yang sedang mekar. Taeyeon menghampiri Heerin yang masih memandang pada laki-laki yang baru datang itu. Ia bertanya-tanya dalam hati siapa orang itu dan kenapa orang itu mencarinya. “Hya, Han Heerin. Cepatlah ke sana. Namja itu mencarimu.” Dengan rambut hitam, badan kurus, dan gaya rumahan seperti itu, Heerin merasa mengenal namja itu. tapi ia tetap tidak yakin dengan tebakannya. Heerin memandang Taeyeon ragu sejenak lalu mengangguk mantap. Didekatinya laki-laki itu dengan takut. Ia berharap orang itu bukan orang jahat. ˽ “Kau ini kuno sekali. Biar kuajari caranya berkenalan.” Heerin kembali mendongak karena tiba-tiba Youngmin menarik badannya masuk ke dalam rengkuhannya. Heerin shock, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Youngmin pun tidak mengerti dengan kejadian barusan—ia memeluk Heerin. Semua berlalu dengan cepat dan nyaman. Meski begitu, tapi Youngmin harus melepasnya karena ia tahu gadis di hadapannya itu pasti shock. Sudah cukup ia menyakiti banyak gadis dengan menolak pernyataan cinta mereka. Ia tidak ingin menyakiti yang satu ini. Entah mengapa. “K-kenapa kau memelukku?” gugup Heerin setelah Youngmin melepaskan rengkuhannya. Sejujurnya Youngmin pun canggung dengan keadaan saat ini, tapi ia memilih untuk berpura-pura seakan tidak ada kejadian mencengangkan dalam hidup mereka. Ia nyengir cengengesan. “Begitulah cara untuk berkenalan yang baru, bukan seperti caramu yang hanya menjabat tangan,” jawab Youngmin ringan. Tiba-tiba Youngmin tersenyum miring, mengeluarkan smirknakal khasnya. “Lagipula rasanya lebih baik daripada hanya menjabat tangan, bukan?” Sontak muka Heerin memerah karena malu. Youngmin yang melihat pipi bersemu Heerin pun tertawa. “Oh, jadi kau mengerti maksudku, ya?” Youngmin semakin mendekatkan wajahnya ke muka Heerin. Gadis itu menutup matanya dalam-dalam, berusaha mengenyahkan bayangan wajah Youngmin dari kepalanya. Alih-alih berusaha menghapus Youngmin dari otaknya, wajahnya semakin memerah dan itu membuat Youngmin lebih leluasa untuk mengejek Heerin. Tapi Youngmin tidak melakukannya. Ia tertegun sejenak lalu menarik tangan Heerin lembut untuk mengajaknya ke suatu tempat. “Kita mau ke mana?” tanya Heerin polos. “Kita ke kelasku mengambil handycam.” “Eh, untuk apa?” Youngmin tidak menjawab, hanya terus menarik Heerin ke kelasnya. Heerin tidak mau masuk ke kelas Youngmin. Tapi ia menemui pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawabnya saat ini. “Heerin-ah, kau kenapa bisa ada di sini?” Heerin menoleh ke sumber suara. Pemilik suara tersebut adalah Goo Eunjung, sahabatnya. Heerin selalu minder jika mereka berdiri bersandingan. Heerin yang pendek dan bulat itu tidak bisa disamakan dengan Goo Eunjung yang tinggi dan ramping. Mereka akan tampak seperti angka sepuluh. “Aku tidak tahu,” balas Heerin singkat. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan ia baru tahu kalau Eunjung punya teman seperti Youngmin yang terlihat layaknya berandalan. Mendadak, Heerin takut berdekatan dengan Youngmin. “Baiklah Han Heerin. Kita berangkat sekarang.” “’berangkat’? Ke mana?” tanya Eunjung dan Heerin serentak. “Sudahlah, ikut saja. Annyeong, Eunjung-ah!” Sambil menarik tangan kanan Heerin, Youngmin berlari kecil menuju belakang sekolah. Dengan kebingungan Heerin bertanya pada Youngmin kenapa mereka berada di tempat itu? tempat itu sepi dan penuh pepohonan. Heerin merinding. Youngmin menyilangkan tas selempangnya di bahunya lalu menghadap tembok sekolah yang tinggi. Ia menarik napas lalu mengerling pada Heerin. “Kau duluan.” “Untuk?” “Untuk naik dan keluar dari sekolah.” “Apa? Bagaimana kalau tertangkap basah oleh guru? Aku tidak mau ikut.” “Ini perintah, bukan pertanyaan apakah kau mau atau tidak.” “Jika aku menolak, itu artinya aku tidak ikut,” Heerin masih bersikeras. Youngmin mendesah kesal. Kenapa perempuan ini keras kepala sekali? “Cepatlah naik atau kudorong badanmu agar kau segera sampai di atas?” tanya Youngmin sambil mengangkat alis kirinya seolah ia adalah bos dari tidak kejahatan dan Heerin adalah partnernya. Pertanyaan retoris. Tentu saja Heerin tidak mau didorong agar bisa naik menyeberangi tembok. Namun tak dapat dipungkiri Heerin juga ingin merasakan bolos sekolah. “Ppali.” Heerin menarik napas panjang. “Kau duluan.” “Kenapa?” “Kau bodoh? Jika aku duluan, kau bisa mengambil ‘untung’ dariku.” “Hya, memangnya siapa yang tertarik dengan benda padat yang terlalu bulat dan pendek sepertimu?” “Aku tidak benda padat. Setidaknya, mengalir darah dalam pembuluhku dan itu artinya ada benda cair dalam tubuhku serta ada benda gas yaitu udara dalam paru-paruku. Arasseo? Jangan mengejekku lagi,” sembur Heerin sambil cemberut. Mendengar penuturan Heerin yang sama sekali tidak penting itu, Youngmin hanya menanggapinya dengan memiringkan kepalanya ke kanan seperti orang idiot. “Baiklah. Aku akan naik dulu lalu kau. Eottokhe?” Heerin tampak menimang-nimang. Jika ia ikut Youngmin membolos pelajaran, maka ia akan mendapat peringatan dari sekolah. Namun hati kecilnya benar-benar menginginkan sesuatu yang menantang seperti ini. Heerin mengangkat kepalanya, menatap Youngmin tegas. Kemudian ia mengangguk mantap. “Baiklah.” Dengan cepat Youngmin naik ke puncak pagar tembok sekolah. Ia lalu berbalik dan mengulurkan tangannya. Sejenak Heerin ragu. Tapi bel sekolah tanda pelajaran akan segera dimulai lagi memecahkan keraguannya. Yang ada di pikirannya adalah segera pergi dari sekolah tanpa ketahuan siapapun. Digenggamnya kedua tangan Youngmin dengan kedua tangannya yang mungil lalu kakinya memanjat tong sampah. Heerin agak kesulitan karena ia sama sekali belum pernah memanjat apapun, terutama tembok. “Ayo, melompatlah lebih tinggi!” kata Youngmin setengah berteriak. Heerin mencoba beberapa kali tapi tetap gagal. Keduanya kemudian menghela napas berat. Perjalanan ini akan butuh waktu lama, batin Youngmin kesal. Tapi meski kesal, ia merasa bahwa akan lebih menyenangkan bolos dengan jangka panjang. Tiba-tiba Youngmin mendapatkan ide gila.

To Be Continued …

My Life With This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang