Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- - -
Kota Pahlawan, udara siang itu begitu panas. Debu jalanan berterbangan, menandakan musim berganti. Lima bulan telah berlalu, hari kelulusan Sekolah Bakti Negeri telah usai. Siapa sangka, waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin seorang pemuda menyapa Diandra di parkiran Sekolah.
***
"Diandra ya?"
Gadis itu menoleh ke arah suara tersebut, di dapatkan seorang pemuda dengan seragam olahraga. Perlu waktu beberapa detik untuk kemudian gadis itu menjawab.
"Iya. Maaf ... tapi, kau siapa?"
"Brian. Kita pernah bertemu di Bandung, kau lupa?"
Mencoba untuk mengingat, Gadis itu memutar-mutar bola matanya. Seperti biasa, ia melihat ke atas. Berharap akan menemukan jawaban atas pertanyaan, "maaf, tapi ingatan ku sangat lemah," sesal Gadis itu karena ia tidak bisa mengingat pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum, "taman Ayodya. Ingat?" Tanyanya lagi.
Diandra kembali mengingat kejadian di taman Ayodya satu bulan yang lalu, ketika sebuah bola jatuh di kakinya, matanya membulat. Seakan ia sudah menemukan jawaban dari pertanyaan pemuda itu, "bola!" Celetuknya, lalu tersenyum. "Kapten tim bola dari Bandung ya?"
Brian, pemuda itu tersenyum melihat tingkah gadis manis di hadapannya, yang melompat kegirangan saat ia sudah ingat tentang pertemuan dengan dirinya di taman itu. Mereka pun berjabat tangan, yang menjadi sebuah awal persahabatan.
"Kau suka membaca buku ya?"
"Iya, suka menulis cerita di salah satu situs web juga. Kalau Brian?"
"Lebih suka main bola," jawab pemuda itu, mereka berdua berjalan menuju kelas masing-masing. Dan membuat teman-teman Diandra mulai berbisik.
***
"Kita sudah sampai!"
Teriakan wanita cantik yang berdiri di barisan depan Bus pariwisata itu membuyarkan lamunan Diandra. Bus itu berhenti di kawasan Jarak, pasar kembang Kota Surabaya, sebuah tempat yang dulu menjadi tempat bunga-bunga bermekaran. Sebuah tempat dimana banyak pintu-pintu surga terbuka, menawarkan kenikmatan bagi jiwa-jiwa yang tersakiti.
Hari ini, pasar kembang itu menjadi pasar kembang yang sesungguhnya, jika sebelumnya banyak kembang bercelak yang menghiasi. Kini berbagai macam jenis bunga dan tanaman hias terpajang di setiap sisi jalan.
Tembok-tembok di lukis dengan sedemikian indahnya, kain-kain batik yang berjejer rapi menambah keindahan wajah sebuah gang yang dahulu merupakan sebuah teror yang menakutkan ketika melewati gang tersebut, kini menjadi tempat yang begitu menyenangkan untuk di lalui.
Kini siapapun bisa berjalan di malam hari tanpa rasa takut dan bersalah, ketika melewati gang itu. Sebuah gang yang legendaris, gang dengan tumpukan sampah di setiap sudut kegelapan malam. Kini berganti menjadi sebuah tempat yang indah, tempat berwisata dan belajar. Jika sebelumnya Etalase kaca itu menjajakan kembang-kembang berkutek, kini tempat itu sudah berubah menjadi Learning center. Sebuah keindahan yang sesungguhnya telah tersaji hari ini, setelah hari-hari yang penuh kesuraman.