First Time

365 56 1
                                    

Seoul sibuk dan ramai seperti biasanya, siang atau malam, mobilitas seakan tak pernah berhenti. Baik di gedung-gedung, ataupun di sudut-sudut jalan. Terutama klub-klub malam yang menyediakan alkohol dan kemaksiatan sepanjang waktu.

Di antara musik yang berdentum-dentum, sorot lampu disko warna-warni yang menyebar dari ujung ke ujung, juga kepulan asap tembakau dan gelas-gelas kaca beiris alkohol mahal, di balik hiruk pikuk lantai dansa yang penuh, seorang pemuda diam-diam melirik kesana kemari.

Tubuhnya menyandar pada sofa merah marun yang didudukinya. Sementara matanya liar menatap keseluruh ruangan, sebuah anggur dari tahun 40-an menggantung di ujung jari-jarinya yang terkulai di lantai. Dia masih sadar, sama sekali tidak mabuk. Justru ia sedang mengintai.

Di antara wanita-wanita usia pertengahan tiga puluh atau pria-pria mabuk itu, mana yang harus di garong nya lebih dulu.

Kim Mingyu namanya, tubuhnya jangkung dengan proporsi sepadan dan kulit nya agak eksotis di banding kebanyakan orang Korea. Tubuhnya yang atletis dibalut kemeja biru tua dari salah satu merek terkenal, dan kakinya yang panjang dibalut jeans hitam mengkilap yang tampak berpadu sempurna dengan pantofel kulit nya. Dengan tampilan fisik begitu, dia terlihat seperti anak-anak konglomerat yang hidup penuh foya-foya dan bergelimang harta.

Sama sekali tidak kelihatan kalau dia ini tukang copet, yang hobi menilep dompet kaum hedonis di klub-klub malam sekitar Gangnam. Berkedok hostest di bar.

Mingyu lagi-lagi melirik, kali ini ia menarik ujung bibirnya saat melihat seorang wanita berumur sekitar awal empat puluhan mendekat ke arahnya.

Wanita itu tidak begitu cantik, tapi luar biasa mulus karena perawatan kulit kelas atas dan gaun pesta nya rancangan desainer terkenal. Mingyu hapal betul, wanita begitu tipe-tipe gila kerja yang hebat dalam urusan bisnis tapi payah dalam percintaan.

Dan yang paling penting, mudah di rayu karena kesepian dan kurang belaian.

Mingyu beringsut mendekati wanita itu, ada tiga langkah dalam merayu wanita yang lebih tua begitu.

Pertama; buka obrolan.

"Noona, boleh aku pinjam kartu mu? Aku ingin beli minum tapi dompet ku tertinggal." Mingyu menepuk pelan pundak berbalut gaun merah berpotongan rendah itu, lalu menyemat senyum yang kelewat manis di akhir sapaan.

Wanita itu terlihat terganggu, awalnya. Kerutan pada dahinya hilang seketika saat mendapati senyum manis Mingyu.

"Oh, kau haus?" Wanita itu justru balik bertanya, Mingyu mengangguk.

Senyum pemuda itu melebar saat melihat wanita itu mulai merogoh tas tangannya.

"Ya, boleh aku pinjam kartu mu?" Mingyu kembali bertanya, masih dengan nada manisnya.

Wanita itu tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya, lalu mengeluarkan dompetnya.

"Ini, pergilah membeli minuman dan bawakan untuk ku juga." Ucapnya, dengan enteng menyodorkan kartu kredit nya.

Mingyu mengangguk cepat. "Ah, terima kasih, Noona selain cantik ternyata sangat baik~"

Wanita itu tersenyum malu-malu, tanpa sadar dia akan menjadi korban.

🌸🌸🌸

Mingyu tersenyum tipis, menatap beberapa botol wine yang sudah kosong dan wanita tadi yang terkapar mabuk di sebelahnya.

Mingyu mengelus pipi wanita itu pelan, lalu bertanya sambil menepuk-nepuk pipi nya.

"Noona, bisa kau beri tahu aku pin kartu mu? Aku harus mengambil uang tunai, untuk membayar biaya penginapan kita." Ucapnya manis.

Sudden Voyage (MEANIE FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang