Hi, hello!

217 46 0
                                    


Mingyu bangkit setelah ia tertidur pagi sampai sore hari, begitu membuka mata, perutnya terasa kram karena lapar. Mau tak mau di bangkit dari rebahan nya, lalu bangkit menghampiri kulkas kecil yang ada di sudut ruangan, bersebelahan dengan dispenser. Dari dalam sana Mingyu mengeluarkan sebotol air mineral dan sebuah mie instan dalam cup.

Mingyu menyeduh mie instan itu, lalu makan dengan lahap di kasurnya. Menghadap ke jendela. Matanya menatap lurus-lurus jendela yang menyajikan tampilan jendela kusam dari gedung sebelah, ya maklum saja kamarnya ada di lantai atas dan daerah ini sangat padat penduduknya, sejauh mata memandang hanya terlihat bangunan. Tapi, mata Mingyu tidak melihat semua itu.

Fikirannya mengembara jauh, menyusuri setiap inchi bagian lain dari negara ini, tempat yang biasa nya hanya dia lihat di tv, tentang pulau-pulau kecil yang harus dicapai dengan kapal laut, atau tentang padang-padang ilalang yang bersemak tinggi. Juga semilir angin yang menerpa wajahnya saat berbaring menatap langit dengan awan berarak.

Mingyu tersenyum, buru-buru ia menghabiskan makanannya, lalu masuk ke kamar mandi. Di dalam sana, dia merencanakan pelarian di bawah guyuran shower.

🌸🌸🌸

Sekitar pukul sepuluh malam, Mingyu sudah selesai dengan persiapan nya, dia menatap puas bagasi mobil sedan nya yang berisi koper, sebuah kardus, dan sebuah box pendingin minuman. Ia melirik ke arah kursi penumpang, terdapat sekerat soju dan sekantung besar camilan. Bagus, dia sudah siap untuk melarikan diri.

Maka, Mingyu masuk ke dalam mobilnya, dan mulai mengendarainya.

Meski mobilitas Seoul super sibuk, tapi lalu lalang di distrik itu tidak seramai siang hari, mungkin karena warganya sudah banyak yang tidur, mengingat sekarang sudah cukup larut.

Pemuda tampan bergingsul itu memulai perjalanan nya dengan suka cita, ia menyetel lagu lewat speaker mobilnya. Kepalanya bergerak mengangguk-angguk mengikuti irama lagu, dan mulutnya bergumam mengikuti lirik yang dilantunkan si penyanyi, sementara matanya tak lepas menatap jalan raya, memastikan mobilnya melaju di jalan yang benar.

Mingyu meraih kaleng kola yang di taruhnya di dasboard. Meneguknya, tapi sayang harus memuncratkan lagi karena tiba-tiba seseorang menyebrang di depan mobilnya. Dan, nyaris tertabrak.

CKIIITTT

Suara gesekan itu terdengar begitu ngilu di telinga, karena Mingyu mendadak menginjak pedal rem nya. Dan mobilnya berhenti tiba-tiba dengan guncangan yang cukup untuk membuat kepalanya menabrak stir kemudi, yang basah oleh cipratan kolanya.

Mingyu memaki. Mengumpati orang yang tiba-tiba menyeberang itu. Buru-buru ia menurunkan kaca mobilnya, lalu membentak dengan suara keras.

"Hei, hati-hati!"

Mingyu menghujani orang itu dengan tatapan tajam, tapi ketika pemuda itu balas menatapnya dengan tatapan memelas, Mingyu merasa iba. Tatapannya melunak. Dan dengan canggung dia bertanya,

"Kau butuh tumpangan?"

Pemuda itu mengangguk, lalu dengan serampangan naik dan duduk di sebelah Mingyu, tapi memojokkan dirinya di dekat jendela.

Mingyu menggeleng pelan, lalu kembali melajukan mobilnya, sambil mengawasi jalan raya, sesekali melirik ke arah pemuda itu, mengamati nya. Dia mengernyit heran saat melihat tangan pemuda itu berlumuran darah, yang sedang berusaha di bersihkan dengan kaos yang dipakainya. Mingyu menghela nafas pelan, lalu menarik beberapa lembar tisu dari dashboardnya.

Sudden Voyage (MEANIE FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang