3

106K 5.2K 58
                                    

Jangan lupa vote dan komentar ya... ini aku masih belajar keluar dari genre fanfiction hehehe..

Bangkit dan berdiri tegap lagi setelah kehilangan itu ternyata tidak semudah itu. Pikir Satya.

Beberapa hari setelah istinya meninggalkan dirinya untuk selamanya, Satya masih belum bisa berfikir jernih, dia bahkan tidak merawat Jasmine dengan baik seperti permintaan istrinya. Dia mengabaikan anaknya itu dan mengurung diri di appartemen yang pernah ditinggalinya saat kuliah. Dia tidak membukakan pintu untuk siapapun yang datang. Dia hanya ingin sendiri.

Satya masih belum bisa bangkit dari ingatan akan dimana dia sendiri yang melepaskan alat bantu pernafasan di hidung istrinya dan mendengar suara dokter yang menyatakan waktu kematian istrinya. Semua itu masih jelas diingatan Satya.

Dia menatap kedua tangan kanannya dan memukul tangan itu dengan keras menggunakan tangan kirinya. Karena tangan kanannya itu yang melepaskan alat bantu pernafasan istrinya, dan Satya masih merasa bersalah akan itu. Rasa bersalah yang kian hari kian membesar dalam dirinya.

"Maaf prita..maaf..."

Semua orang terdekat Satya mencoba untuk membujuk Satya, namun pria itu tidak kunjung sadar dengan kenyataan yang harus dia hadapi sekarang ini untuk tetap hidup dengan baik sesuai permintaan istrinya sendiri. Bahkan suara anaknya yang menangis tak diacuhkannya.

Seminggu kemudian ketika Satya usdah tercekat oleh rasa bersalah, pria itu membawa mobilnya menuju tempat dimana semasa kuliah dia habiskan waktu malamnya disana. Bar langganannya sejak masa kuliah itu masih ada dan tetap berdiri hingga kini dan sekarang dia kembali lagi. Dengan segudang beban berat yang akan dia lupakan sejenak dengan berada di dalam tempat ini.

Sudah tidak ada yang mengenal Satya di tempat ini karena sejak dia menikah dengan Prita, dia sudah tidak mengunjungi bar ini lagi dan itu sudah 6 tahun lalu. Dia memasuki tempat dnegan pencahayaan yang remang-remang itu, musik mulai terdengar begitu dia melewati lorong panjang dan beberapa kali belokan untuk sampai pada aula utama dimana disana sudah ramai oleh manusia yang sedang menghabiskan waktunya dengan menikmati musik yang suaranya mampu membuat degup jantung ikut berdentum cepat.

Satya berjalan melintasi orang-orang yang sedang berkumpul dan menari dengan iringan musik dari DJ di atas panggung. Beberapa kali dia mendapat colekan dari wanita-wanita berpakaian minim yang dilewatinya. Satya tidak menanggapi itu, karena niatnya datang ke tempat ini hanyalah melupakan sejenak masalahnya tanpa membuat amsalah baru dengan terlibat dengan wanita-wanita itu.

Satya memilih duduk di kursi tinggi yang menghadap bar dimana seorang dengan piawai mengocok minuman dan menyajikannya pada orang-orang yang duduk di hadapannya.

"Satu yang paling keras." Pinta Satya pada bartender yang kemudian ditanggapi anggukan oleh bartender itu dan mulai membuatkan pesanan Satya.

Satya tidak memperdulikan apapun yang disekelilingnya. Suara musik, teriakan dan tawa orang-orang, serta wanita yang beberapa kali menyapanya. Dia meminum minumannya yang mengandung alkohol itu tanpa ingin di ganggu oleh siapapun. Sampai kemudian dia memesan berkali-kali minuman itu pada bartender. Berjejer gelas dan botol yang mengandung alkohol itu di hadapannya. Matanya sudah sayu dan dirinya sudah merasa melayang. Satya sudah menyadari dirinya memang sudah mabuk berat dan mulai tidak bsia mengendalikan dirinya yang tertawa dan menangis bersamaan.

///

Sandra menggandeng tangan Jane masuk ke dalam sebuah bar yang letaknya dekat dengan appartemen dimana Jane tinggal. Beberapa kali mereka juga mampir kemari jika sedang suntuk. Dan karena Jane yang masih saja bermuram durja dengan masalahnya yang disebabkan bajingan semacam Tomy Alfian, Sandra membawa Jane kemari berharap temannya itu segera bangkit dan melupakan rasa sedihnya yag hanya akan membuat Tomy merasa menang telah memanfaatkan Jane selama ini.

My Ex Boss (Satya & Jane)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang