LEON POV
Aku berlari, terus berlari menuju semua tempat yang bisa kupikirkan dimana Chris mungkin berada. Dengan semua bully dan penolakan keluarganya, aku hanya berharap Chris tidak melakukan hal nekat yang membahayakan nyawanya. Jika sampai Chris melakukan itu..... aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa melanjutkan hidupku ataupun tidak.
Akhirnya aku menemukan Chris sedang duduk melamun di sebuah halte bus. Bajunya kotor dan lusuh, penampilannya acak-acakan, dan dia terlihat kurang tidur karena lingkaran hitam dimatanya terlihat jelas diatas kulit pucatnya. Aku segera menghampirinya dan memeluknya erat.
"Syukurlah Chris..... kau... kau tidak apa-apa."
"Eh? Aku hanya lupa pulang kemarin malam, aku baik-baik saja."
"Tidak! Kau tidak baik-baik saja! Aku tahu tentang apa yang terjadi di sekolah dan keluargamu. Aku tahu Chris.... aku tahu. Selain itu, aku harus minta maaf atas kelakuanku padamu. Aku sangat egois dan pemarah bahkan aku melukaimu dengan kata-kataku waktu itu."
"Hm..... memalukan sekali aku ini. Kau melihat segalanya."
"Kenapa kau tidak mengatakan semuanya padaku?! Aku bisa-"
"Kau bisa apa, Leon? Apa yang kita bisa? Tidak peduli apapun yang kita coba katakan, lakukan, atau apapun itu mereka tidak akan mengerti dan berhenti berbuat jahat pada kita. Kita tinggal di budaya dimana kasih sayang diantara kita adalah aib dan sebuah dosa besar, jadi katakan Leon.... apa yang bisa kita lakukan?"
Aku terdiam, tidak mampu menjawab fakta itu.
"Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan atau pikirkan tentangku selama ada keluarga di sampingku."
"Tapi mereka tidak." Aku menjawab setengah berbisik.
".... menjijikan, itu yang dia ucapkan. Dia bilang pada anaknya sendiri menjjikan seakan aku ini adalah penyakit menular yang sangat menjijikan dan hina. Selain itu melihat air mata kekecewaan dan kesedihan yang dia tumpahkan kepadaku.... aku bahkan tidak tahu apa yang harus kupikirkan tentang semua ini." Chris mencoba tertawa, tapi suara tawanya terdengar kosong dan senyumannya terlihat menyakitkan.
"Aku benci padamu Chris.... kau selalu seperti ini. Menanggung semuanya sendiri, berkorban untuk orang lain dengan dibayar kehidupannmu sendiri. Tidak bisakkah kau membagi bebanmu denganku sehingga setidaknya kau tidak perlu menanggung itu semua sendiri? AKU INI PACARMU CHRIS demi Tuhan kau yang bilang sendiri kalau kita adalah keluarga! Susah maupun duka yang kau rasakan, aku ingin merasakannya juga." Air mata Chris mulai mengalir ketika dia menunduk, wajahnya tersembunyi dibalik rambutnya.
"Kenapa..... kenapa harus aku? Kenapa aku seperti ini? Aku terlahir seperti ini, dengan tubuh dan jiwa seperti ini.... bukannya aku bisa mengendalikan pakaah aku ingin menjadi gay atau tidak." Aku memeluk Chris dan dia membalas pelukanku, pundakku basah oleh air matanya dan aku mengusap kepala dan punggungnya sama seperti yang dia lakukan padaku dulu.
"Leon..... apa..... apa yang kita lakukan dan rasakan adalah salah?"
"Aku tidak yakin dengan jawabanku Chris, tapi aku yakin kalau apa yang kurasakan diantara kita adalah nyata dan itu adalah cinta."
Aku tidak akan bisa memaafkan semua yang sudah dilakukan orang-orang pada Chris dan aku. Aku marah pada mereka dan demi Tuhan aku membayangkan segala hal buruk yang bisa kulakukan pada mereka yang menyakiti kami, tapi aku sadar. Aku sadar ada hal yang jauh lebih penting daripada marah dan melawan dunia. Hal itu adalah berada di dekat Chris dan menanggung beban dan rasa sakit yang dia rasakan.
"Kau sudah selesai mandi? Makanannya hanpir siap dan setelah kau makan, aku akan mengabari orang tuamu, oke?" Aku menoleh ketika dari masakan yang kubuat ketika Chris keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih sangat basah jadi aku mematikan kompor dan segera menghampirinya.
"Kenapa rambutmu masih basah seperti ini?" Aku mengambil handuk yang menggantung di lehernya dan mulai mengeringkan rambutnya.
Chris menghentikan tanganku dengan kedua tangannya dan segera menciumku. Bibirnya terasa asin menandakan kalau dia menangis ketika dia mandi, tapi aku tetap menerima kecupan bibirnya itu dan membalasnya. Malam itu kami bercinta untuk pertama kalinya dan aku sadar sama seperti yang Chris katakan.
Aku tidak bisa mengubah dunia atau melakukan apapun untuk menjadikan segalanya menjadi baik bagi kami berdua. Heh, bahkan aku tidak tahu bagaimana, tapi satu hal yang aku tahu dan pasti kulakukan..... Chris adalah cintaku untuk sekarang dan selamanya maka dari itu aku akan menjaga dan membuatnya bahagia. Aku akan melakukan apapun untuk melindunginya dan aku yakin, Chris juga akan melakukan hal yang sama untukku. Jika dunia tidak menerima kami, maka kami akan mencari dunia lain yang akan menerima kami.
.
.
.
.
.
"Chris.... mereka sudah memanggil nomor penerbangan kita."Aku mengusap pipi Chris dan menyadarkannya dari lamunan. "Oh ya.... aku akan meletakan surat ini di kotak surat disana. Maukah kau menunggu sebentar lagi?"
Aku mengangguk dan Chris pergi menuju kotak surat itu. Aku bisa lihat dengan jelas ekspresi Chris meski dia sedang membelakangiku kalau ketika dia menjatuhkan surat itu kedalam kotak, dia meninggalkan kehidupan lamanya dan mengubur Chris yang keluarga dan teman-temannya kenal selamanya. Aku mungkin tidak mengerti seberapa sakitnya itu bagi Chris, tapi aku mengerti kalau aku akan membuatnya bahagia mulai dari sekarang dan selamanya.
Dalam pesawat, Chris melamun lagi menatap negara yang selama ini menjadi tempat kelahirannya perlahan menghilang dibalik awan. Dia tidak lagi terlihat tersenyum dan dia sangat pendiam. Mungkin aku tidak akan bisa melihat Chris tersenyum lagi seperti dulu, tapi aku tidak peduli. Aku akan berusaha agar Chris bisa tersenyum ketika aku membuatnya bahagia sebagai keluarga utuh. Kami akan membuat keluarga kami sendiri karena aku mencintainya.....sekarang dan selamanya.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Kamu (Tamat)
Novela JuvenilDiadaptasi dari komik Penguin Frontier "Smile" yang Author baca ketika sedang liburan di Jepang. Ide cerita milik Penguin Frontier kecuali tambahan dan pengurangan sedikit agar mudah diterima pembaca lokal.