7

296 54 0
                                    

“Seungwan-ah... Seungwan-ah...” ucap Taehyung mengguncang tubuh Seungwan. “Seungwan-ah, bangunlah, kita tidak memiliki banyak waktu,” lanjut Taehyung.

Seungwan membuka matanya perlahan, lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, kesadarannya belum terkumpul. Taehyung segera mengangkat tubuh Seungwan.

“Kita pergi sekarang.”

“Hm?” gumam Seungwan beranjak dengan malas dari termpat tidurnya.

“Bagaimana, apa sudah siap?” tanya Seokjin setengah berbisik. Pria itu berdiri diambang pintu kamar pasien.

Dua ajudan yang menjaga pintu kamar pasien tempat Seungwan dirawat sudah Seokjin urus. Kedua pria itu pingsan karena Seokjin memberikan kopi yang sudah ia campur obat tidur dengan dosis tinggi. Masih cukup aman, orang-orang itu hanya akan tidur selama seharian.

“Pakai ini,” ucap Seokjin memberikan pakaian pada Taehyung dan Seungwan.

Seungwan dipinjamkan seragam perawat lengkap dengan masker untuk menutupi sebagian wajahnya, sementara Taehyung dipinjamkan jas putih, anggaplah ia dokter yang sedang bertugas malam ini, tak lupa Seokjin pun meminjamkan masker pada Taehyung untuk melancarkan rencananya.

Setelah siap, keduanya keluar dari kamar pasien. Sebisa mungkin Seokjin mengobrol dengan santai seolah sedang menjelaskan kasus pasien penderita gangguan psikis pada Taehyung dan Seungwan yang tengah menyamar. Sesekali ketiganya mengangguk membalas sapaan pada perawat atau dokter yang berpapasan dengan mereka.

Sesampainya dipintu belakang gedung rumah sakit yang terhubung dengan basement, Seokjin memberikan sebuah kunci mobil pada Taehyung.

“Hanya ini bantuan terakhir yang bisa kuberikan untuk kalian. Maaf, mobilnya tidak bagus, tapi cukup layak untuk digunakan sampai kepelabuhan,” ujar Seokjin.

“Terima kasih banyak, Kim Seok Jin. Aku berhutang banyak padamu. Kelak aku akan membalas kebaikanmu,” tutur Taehyung.

Seokjin menggelengkan kepalanya. “Jangan pikirkan aku, sekarang keselamatan kalian lebih penting. Cepat pergi sebelum ada yang mencurigai kalian.”

Taehyung mengangguk, lalu memeluk singkat tubuh Seokjin. “Terima kasih,” ucap Taehyung.

“Terima kasih banyak, dokter Kim,” ucap Seungwan.

Seokjin mengangguk. “Pergilah, cepat!”

Taehyung menuntun tangan Seungwan, keduanya memasuki mobil yang Seokjin berikan pada pada Taehyung untuk menuju ke pelabuhan. Taehyung sudah membeli tiket kapal ferri menuju tempat yang ia janjikan untuk Seungwan. Taehyung tidak memiliki cukup uang untuk membeli tiket pesawat. Lagi pula, terlalu mudah terlacak jika Taehyung dan Seungwan pergi menggunakan pesawat, jadi Taehyung memutuskan untuk membeli tiket kapal ferri, karena mereka tidak perlu menunjukan identitas untuk menjadi penumpang kapal ferri tersebut.

“Taehyung-ah... Aku memiliki satu permintaan,” ucap Seungwan.

“Apa itu?” tanya Taehyung menoleh sekilas kearah Seungwan yang duduk disampingnya. Pria tampan itu sedang serius menyetir mobil.

“Aku ingin menemui Yoongi, untuk terakhir kalinya sebelum kita meninggalkan kota ini...”

“Kita sudah tidak memiliki banyak waktu.”

“Sebentar saja, kumohon, ini kesempatan terakhirku, aku ingin menemuinya sekali saja. Kumohon, Kim Tae Hyung, sebentar saja, aku berjanji," bujuk Seungwan.

Taehyung menghela nafas berat. “Baiklah, sebentar saja!”

Seungwan mengangguk sembari tersenyum.

MADNESS [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang