5

320 60 3
                                    

Yoongi baru saja memarkirkan mobilnya di basement gedung apartemennya. Saat ia keluar dari mobilnya, ia melihat seseorang yang ia kenal tengah berjongkok memeluk lututnya disamping salah satu pilar di basement.

“Seungwanie...?” ucap Yoongi menghampiri gadisnya itu.

Sang pemilik nama menengadahkan wajahnya menatap pria yang ditunggunya sejak 2 jam yang lalu. Lalu berdiri.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Yoongi.

“Pertanyaan yang bodoh,” jawab Seungwan sinis. “Tentu saja menunggumu, brengsek!”

“Mengapa tidak masuk ke apartemenku dan malah menungguku disini? Kau tahu cuaca saat ini sangat dingin. Lihat, hidungmu bahkan memerah,” ujar Yoongi setengah mengomel.

“Tidak perlu, aku tidak akan lama.”

“Seharusnya kau menghubungiku jika akan kemari,” tutur Yoongi.

Seungwan berdesis sebal. “Mengubungimu? Kau saja tak pernah balas menghubungiku padahal sudah puluhan atau bahkan ratusan kali aku mencoba menghubungimu, tapi apa pernah kau membaca pesan yang ku kirim? Ataukah membalas ratusan panggilan dariku? Sekalipun tidak!”

“Baiklah maafkan aku, kau tahu aku sangat sibuk akhir-”

“Kau sangat berdedikasi pada pekerjaanmu, Tuan Min.” Seungwan tersenyum kecut. “Aku tak menyangka posisiku benar-benar seperti sudah tidak ada artinya saking kau mencintai pekerjaanmu. Tak bisakah kau menghargaiku sedikit saja? Setidaknya kabari aku sekali saja, jangan buat aku tersiksa seperti ini.”

“Kau bahkan tahu jika aku tak menghubungimu itu artinya aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, sampai aku tak sempat memeriksa ponselku, dan lagi aku tidak pandai berbasa-basi seperti kebanyakan pria diluar sana. Kupikir kau akan mengerti, tapi ternyata kau selalu datang menuntutku dengan alasan yang sama setiap kalinya.”

Seungwan tertawa cukup kecang, seperti orang gila, ia merasa sudah dianggap tidak berarti disini.

“Sialan! Ternyata bukan ayahku saja yang menganggapku tidak berarti lagi disini. Ini menggelikan, orang-orang yang kucintai sepenuh hati malah bersikap seolah membuangku seperti sampah!”

“Apa maksudmu?” tanya Yoongi tak terima. “Jaga ucapanmu, jangan berlebihan, mengapa kau bicara serendah itu, hah? Siapa yang membuangmu dan menganggapmu sampah? Aku tidak seperti yang kau tuduhkan. Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” ujar Yoongi berusaha tenang meski darah diubun-ubunya sudah mendidih. Pria itu hendak meraih tangan kekasihnya namun gadis cantik itu segera menepisnya dengan kasar.

“Aku sudah muak. Aku sudah lelah hingga rasanya aku ingin mati. Kau sudah tidak menghargaiku sebagai kekasihmu. Aku selalu berusaha mengerti dirimu, tapi kau tak pernah sedikitpun berusaha untuk mengerti diriku. Sedarhana sekali, aku hanya ingin kau setidaknya memberiku kabar disela-sela kesibukanmu. Aku akan lebih menghargai pesan singkatmu, tapi mengharapkan satu katapun darimu sepertinya terlalu mahal bagiku. Sesulit itukah, Min Yoon Gi?” ujar Seungwan, gadis itu mulai terisak. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Pria dihadapannya ini benar-benar idiot, pikir Seungwan.

“Maafkan aku,” ucap Yoongi melangkah lebih dekat, namun Seungwan melangkah mundur.

“Jangan sentuh aku! Kau benar-benar brengsek, Min Yoon Gi!” maki Seungwan.

Yoongi mengusap wajahnya dengan kasar, tampak begitu frustasi menghadapi gadisnya yang lagi-lagi mengamuk.

“Lalu apa maumu sekarang?” tanya Yoongi gusar.

MADNESS [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang