Ravan

22 2 3
                                    

Baik, saya akan mulai. 😊

" Untuk siswa/i kami kelas XI IPA 1, segera turun.!!"
terdengar dari speaker yang berada ditiap tiap kelas, yang menimbulkan tanya bagi penghuni kelas yang terpanggil tersebut.
" Ada apa yah... "
Kata seorang siswi dari kelas terpanggil tersebut yang bernama Sheli. Kini ia melangkah keluar kelas menuju kaki lima yang menghadap ruang suara.
"Turun!!! ", latihan upacara! " teriak Pak febry selaku guru penjas, memberi aba aba sambil memainkan jarinya yang memberi isyarat untuk turun.
"we, kita Turun. Latihan upacara" Kata sheli dengan girangnya.
"yey!!!!... " teriakan serentak para murid yang menggoncang kelas hingga suara berisik dan pasti mengganggu kelas yang tepat dibawah kelas itu.

"yes!!!, Ga jadi ulangan Matematika . Wuhuuuu"
seru murid murid yang memang les itu ada ulangan MM.
"akhirnya Tuhan kabulkan doa kita..."
kata Kayla dengan bahagianya kepada Meyca.
Meyca hanya membalas dengan senyuman, yang berarti dia setuju dan turut bahagia.

Detik dan menit berputar silih berganti, hingga ruangan benar-benar kosong. Kelas yang terpanggil sudah berderet baris didalam aula.

"Baik, untuk pembacaan sumpah pemuda, kamu aila" tunjuk Pak febry, kemudian ia lanjutkan kembali
"janji siswa, kamu echi " lanjut Bapak itu dengan menunjuk echi
"Ih, Jangan Pak. Suara aku serak lho pak" tolak echi dengan suara separuh.
"oh baik, kita ganti menjadi kamu Tiwi." tunjuknya lagi
Tiwi mengangguk dengan semangat.
"Dan untuk UUD, saya tunjuk,..." dengan asik berpikir Dan menatapi setiap siswa.
"Ya, Kamu meyca" tunjuk Pak febry dengan tatapan tepat dimata Meyca.
"Baik Pak. " jawab meyca

Pembagian pun sudah beres. Dalam proses latihan Meyca mulai menghafal sedikit demi sedikit agar dapat memilih Jeda yang baik. Ia duduk didekat taman kecil, yang tersedia tempat duduk dibawah pohon, yang kini bentuknya sudah diatur. Meyca merasa tidak nyaman saat seseorang kini duduk disampingnya. Namun Ia berusaha tak peduli,dan konsentrasi terhadap bacaannya.

"siswi XI IPA 1 Kan? "
Meyca menghadap asal suara itu. Dan melihat papan nama yang berwarna Hitam, itu artinya Dia kelas XII. Namun tak sekalipun Meyca mengamati Huruf huruf dipapan nama itu.
"Kakak nanya saya? " tanya konyol Meyca yang masih bingung.

"Gk, gue nanyak tuh undang undang"
Jawab lelaki itu yang gema suaranya terkesan bercanda .

"Ia kak, saya siswi kelas sebelas IPA satu" Kata Meyca sambil kembali melihat teks nya.

"kenal Gisel ?"

" dia sekelas gue "

" lo tau gak, dia itu pacar gue"

"trus? " tanya Meyca dengan kembali menatap lelaki itu.

"yahhhh, " lelaki itu keliatan sedikit bingung. "ngasih tau aja! " lanjutnya.

"Hah? Buat apa? "

"lo itu gimana sih... Malah nanyak nanyak lagi. Gak nyambung banget "

"yah wajar dong gue nanyak lo.
Lo itu datang cuma ngasih tau itu aja? Garing banget"

"malah gk sopan lagi. Ehh, dimana mana tuh yah, setiap gue curhat kesiapa aja, gue tuh selalu nyambung tau gk sih. Yah lo?"

"itu kan bukan gue, yang dengerin lo ngomongnya gitu, cuma orang yang hilang kesadaran. Mikir deh, lo datang Cuma bilang itu doang? "

" Eh, Apa lo bilang? "

Meyca diam saja, Dan menatapi undang undang ditangannya.

"gue Ravan. R-A-V-A-N, Ravan" eja lelaki itu sambil mengangkat angkat papan namanya. "gue wakil ketua osis diskolah ini. Oh, Atau lo belum tau yh, sampai lo lupa letak sopan santun lo. Manggil gue pake kata elo lagi." lanjutnya.

MEYCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang