Dipermalukan

20 1 0
                                    

Dimulai dari sini nih, pas Meyca baca tuh buku si Vico, sumpah demi apa, Meyca jadi seorang yang puitis gak jelas.  Tapi masa iya, Meyca pinter ngarang gara gara Vico.  Yah enggaklah. Itu karena Ada yang nginspirasi dia tuh.  Jadi Gini ceritanya.

"lo ngapain disini?" tak lain itu suara Ravan yang mengagetkan Meyca yang sedang asik membaca disisi kanan pojok dalam perpustakaan.

Meyca menghela napas dengan kesal. "bukan urusan lo" ketus Meyca.

"lo ngomong apa kumur kumur?"

Namun Meyca tidak menanggapi perkataan itu

" lo tuli apa bisu? "

Lagi lagi Meyca tidak menanggapi perkataan Ravan.

"gue nany... " belum selesai berbicara, Meyca langsung bangkit berdiri,

"bising..."
Ucapnya meninggalkan tempat itu.

"lo nyebelin banget sih... "  desahnya dengan suara yang kecil.

Meyca pindah tempat, dan duduk didekat lemari buku yang bawahnya masih kosong.

"permisi.... "
Ujar seseorang yang mengangkat banyak buku, yang hampir menutupi wajahnya.

"oh silahkan kak" kata Meyca mempersilahkan seseorang itu tanpa melihat wajahnya.

"loh, lo Kan cewek yang nabrak gue kemaren"kata orang yang memang adalah lelaki yang ia tabrak kemaren.

"Eh, Kak.  Maaf yah kak. Kakak apa kabar?, Ada yang luka? " tanya Meyca dengan ramah.

"gue gak apa apa kok. Nyantai aja. " ucapnya. "lo suka disini yah? "

"yh, sebenarnya suka. Tapi gue jarang kesini kak.  Yah mau gimana, lihat waktu juga"

"Ya sih.  OK, gue duluan yh. Masih ada kerjaan tuh, diluar "

"Ia kak"

Kakak itu kemudian lenyap dari matanya. Tanpa melihat papan namanya, tanpa menanyakan namanya. Tapi yah sudahlah.

Meyca mampu mengungkapkan kata kata ramah seperti itu,  apabila ia sedang khawatir atas perbuatannya. Termasuk pada pria yang menjadi teman obrolannya saat ini untuk beberapa menit. Kemudian, Meyca meneruskan pandangan nya pada buku yang begitu menariknya dimata Meyca.

Bel masuk kelas berbunyi yang alunannya kompak ditelinga Meyca. Langkahnya tertatih tatih mengejar kelas sebelum guru masuk kelas.

"mey, tolong antarkan ini keruang kelas duabelas IPA dua yah" pinta seorang guru sambil memberikan buku dan kotak spidol.

"oh, ia buk " terima Meyca.
sebenarnya Meyca sudah terburu buru. Kini, yang berteman dengan langkahnya adalah jantung yang berdegub kencang.  Mungkin karena faktor takut gurunya sudah masuk dan tatihan Jalannya membuatnya lelah.

Belum sampai dikelas yang dituju,  Ravan sudah menghalangi langkahnya.

"ngapain lo kesini.  Cewek kayak lo, Gk pantes masuk ke gang yang terhormat ini.  Disini toleran dan senioritas masih berlaku sekali.  Apalagi buat cewek kayak lo"
Ucapnya seiring  dengan mimik muka yang sangat mengerikan.

" gue buru buru"
Kata Meyca bermaksud menerobos Ravan.

"Enak aja lo bilang gitu,  emang lo siapa? "

"plis,gue gak punya banyak waktu. Gue mau kekelas duabelas IPA dua"

"Ohhh, mau kekelas gue. " Senyum ala Iblisnya terbit diantara pipi kiri Dan kanannya yang menciptakan takut pada diri Meyca.
"sini gue anterin" lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEYCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang