Namanya Anna, tapi barangkali juga bukan. Saya agak lupa. Saya mengingatnya sebagai suatu algoritma, mungkin
Kami kebetulan bertemu di sebuah kedai minum dengan kanopi mungil, di Amsterdam, mungkin tiga tahun yang lalu. Ia duduk bersama seorang perempuan sebayanya yang tak jelas logatnya.
Sore itu kedai nampak sepi, dengan mudah terdengar mereka sedang membicarakan tentang Gora -tokoh dalam novel Rabrindranath Tagore itu- dengan cerdas. Sungguh menyenangkan ketika saya langsung diterima ke dalam pembicaraan dengan hanya mengatakan sebuah kalimat : Gora itu india keturunan irlandia yang lebih celaka dari sudra sekalipun!
Kami bercakap-cakap sampai malam hampir larut. Saya lalu mengantarnya pulang. Kami kemudian banyak menghabiskan waktu-waktu yang menyenangkan setelah itu.
Anna mungkin tokoh dalam sebuah novel. Anna mungkin hanya sebuah karikatur. Anna mungkin hanya sebuah algoritma, barangkali.
Sebagai tokoh dalam novel, Anna berbuat kesalahan, dan karena ia mungkin tokoh dalam sebuah novel jugalah, ia tak pernah menyadari kesalahannya. Sebagai karikatur, ia adalah gambaran manusia yang tak pernah berubah, selalu begitu-begitu saja. Susah payah menggendong ego, jatuh tersungkur-sungkur menghadapi mimpi-mimpi buruknya. Sebuah karikatur tragis, memang. Tapi ketragisan yang masuk dalam sebuah karikatur adalah ketragisan yang tanpa pembelajaran. Dan karena itulah saya kemudian lebih mengenalnya sebagai algoritma, sepertinya begitu.
Anna punya banyak warisan aneh. Ia tak punya kebanggaan pada budaya, suku, bahasa, religi, juga pada dirinya sendiri. Ia terjebak dalam stereotipe tentang kejelekan kejelekan kumpulan manusia lain. Ia merasa cukup besar dengan merendahkan orang. Dan yang paling menakutkan adalah: ia tak mengerti kenapa. Ia terus melaju seperti banteng seruduk, tak mengerti kalau dia tak mengerti, tak juga mengerti kenapa ia terus menyeruduk.
Namanya Anna, tapi barangkali juga bukan. Saya agak lupa. Dia seperti tak pernah diajari bagaimana menjalani hidup yang layak. Dia suka bertingkah seperti pemburu, masuk dalam sebuah lorong, sampai akhirnya tak sadar siapa yang memburu dan siapa yang diburu.
Namanya Anna, tapi barangkali juga bukan. Saya agak lupa. Saya akhirnya lebih mengenalnya sebagai algoritma. Lebih dari saya kenal namanya.
Tadi pagi, setelah sekin lama, dia dengan tiba-tiba menghubungi saya.
Dan malam ini jadi lebih dingin dari biasanya….
KAMU SEDANG MEMBACA
What The Night
Mystery / ThrillerSebagai tokoh dalam novel, Anna berbuat kesalahan, dan karena ia mungkin tokoh dalam sebuah novel jugalah, ia tak pernah menyadari kesalahannya. Sebagai karikatur, ia adalah gambaran manusia yang tak pernah berubah, selalu begitu-begitu saja. Susah...