1 - Racun Matahari

80 9 15
                                    

Kartu-kartu telah meramalkan bahwa pekan ini Aura akan mendapat beban berat. Dia tidak menghiraukan dan tetap berkelana menuju negeri berkabut demi menyembuhkan sakit hati. Naskah-naskah kuno berkata bahwa ada pohon di tengah kabut yang benihnya bisa melakukan itu. Dia akan menemukan benih tersebut, meski ditentang seluruh anggota keluarga.

Dia masih ingat jelas, pada malam itu, ketika sebilah pisau panjang tertancap pada dadanya. Racun matahari membakar jantung hatinya secara perlahan. Beruntung dia cepat melepas pedang tersebut dan berhasil selamat, meski pelakunya sudah kabur. Tapi jantungnya sudah keburu memecah. Maka semenjak itu dia rajin menukar dengan jantung yang segar.

Pada pagi hari dia sampai di salah satu gerbang negeri berkabut. Tinggi menjulang, raksasa di antara pepohonan, meski tidak berguna karena siapapun bisa lewat dari samping. Dia pikir akan lebih sopan bila masuk ke negeri ini melalui gerbang. Langkahnya diredam rerumputan berembun.

Dari kaki gerbang, puncak pintunya seperti mencapai langit. Ada mungkin dua ratus kali tinggi Aura. Semula dia kira permukaannya penuh lumut, tapi ternyata akibat penghijauan logam. Ukiran sulur menghiasi pinggiran, yang mungkin membentuk sambutan dalam bahasa punah. Gagang lingkaran tergantung sepasang jauh di tengah ketinggian.

Sebelum mengetuk pintu gerbang, dia hunus pisau panjang ke salah satu berkas sinar matahari. Pisau ini adalah senjata yang melukai jantung hatinya. Sengaja dia bawa karena, selain untuk melindungi diri, dia merasa harus mengembalikan ke pemilik aslinya. Dia sangat yakin si penusuk kabur ke negeri berkabut. Jika, setelah dikembalikan, si penusuk kembali berusaha membunuhnya, biarlah. Tidak baik menyimpan benda milik orang lain tanpa izin, kamu tahu.

Matahari menyinari beberapa aksara yang terukir di bilah, membentuk suatu kata yang bisa dibaca. Dia agak menyipitkan mata agar lebih mudah melihat. Cabut, bacanya.

"Kau menyuruhku pergi dari sini, eh Pisau? Tidak akan."

Kembali dia sarungkan pisau tersebut, lalu dia ketuk gerbang raksasa. Pergelangan tangannya jadi nyeri, pun pintunya tidak bunyi sama sekali. Sia-sia diketuk. Dia pun lanjut berusaha mendorong agar terbuka. Sampai terengah-engah pintu gerbang belum gerak sedikit pun. Dia jatuh terduduk.

Napasnya makin berat. Perjalanan dari rumah sampai sini makan waktu dua pekan. Selama itu dia baru sekali ganti jantung. Lengannya perlahan pegal. Telapak tangannya basah. Daerah dingin ini malah jadi pengap. Dia lihat sekeliling sebelum pandangannya mulai kabur. Di situ! Seekor rusa merumput di balik semak-semak. Dengan pistol dia tembak kepala rusa tersebut. Ledakan mesiu memecah kesunyian, membuat sekawanan burung lepas landas dan semak-semak berisik. Mendapati tenaga dari harapan baru, dia langsung bangkit dan lari menuju mayat buruannya.

Pistol kembali disarungkan, giliran pisau yang dipakai untuk membelah. Tak lupa dia belah juga dadanya sendiri, berhati-hati agar bilah tidak menyentuh tulang atau paru-paru. Sudah cukup jantungnya saja yang diracun matahari. Napasnya kembali mudah begitu sudah memasang jantung rusa. Jantung lamanya, dari kambing, pecah berkeping-keping.

Dulu, sepekan setelah diracun, jantungnya dia tukar dengan milik anjing keluarga. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan karena itu darurat. Setelah itu dia jalani hidup dengan jantung babi, kambing, domba, atau terkadang anjing liar. Aneh, setelah selama ini dia bahkan lupa siapa nama anjing keluarganya.

Bangkai rusa tersebut dia susun di bawah salah satu pohon sebagai sembahyang kepada alam. Biar hewan liar yang memakan dagingnya. Dia bisa merasa ada dua pasang mata bersembunyi.

Kembali dia datangi pintu gerbang raksasa. Sekali lagi dia hunus pisau yang sudah dibersihkan. Katanya masih sama: Cabut.

Dia tancapkanlah pisau itu ke celah antara dua pintu. Dia gunakan pisau sebagai pengungkit, dan berhenti ketika dia takut pisau ini patah. Untuk penutup, dia tembak gagang pintu raksasa. Sisa empat peluru. Dia lanjut jalan lewat samping kanan pintu gerbang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Negeri BerkabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang