2. End

32 6 0
                                    

"Senja adalah saat terbaik menceritakan kisah rindumu pada dunia. Sebab disana akan Lo temukan jawaban diantara angin dan pejaman mata."

"Tapi jangan merenung di senja hari ketika lo lagi galau. Karena senja itu mengerikan bagi mereka yang lagi patah hati. Kenapa? Karena senja itu hanya sementara. Lo bakal mengenang betapa indahnya hari-hari bersama dan kemudian Lo akan menangis karena indah itu telah pergi sekarang."

Hati Jisoo mencelos mendengar kata-kata Taeyong. Ucapan cowok di sampingnya itu sukses menohok hatinya. Ia tahu betul saat ini Taeyong sedang menyindir dirinya.

"Tapi, walau senja itu sementara, tapi dia bisa membuat semua orang terpaku karenanya. Saat senja berganti bukan berarti ia meninggalkan kita. Justru disaat itu ia memberi kesempatan pada kita untuk merasakan rasa yang lain."

"Sunyi dan gelap maksudnya?" tanya Jisoo sakarstik. Taeyong membuka kedua matanya yang sempat ia pejamkan tadi. Ditatapnya wajah gadis di sampingnya itu. Jarak yang dekat membuatnya dapat dengan jelas memandang setiap lekuk paras cantik Jisoo. Wajah yang selama ini diam-diam ia kagumi.

"Jangan salah." ucap Taeyong menyudahi keterpukauannya. "Sunyi dan gelap tak selalu berarti pahit. Bisa jadi itu sebuah ketenangan. Tergantung diri kita. Apakah kita bisa melawati gelapnya malam yang tidak tahu kemana arahnya atau tidak."

Jisoo menselonjorkan kedua kakinya yang tadi dilipatnya ke depan. Ia sedikit merasakan geli saat bagian kakinya yang tak tertutup dengan rok bersentuhan dengan rumput-rumput pendek yang tumbuh di sekitar tempatnya duduk. Diam-diam ia membenarkan ucapan Taeyong tadi. Sebuah senyum samar tertarik di bibirnya.

"Lupakan luka yang pernah singgah dan berhenti mencari yang sempurna untuk Lo cintai. Karna yang Lo butuh hanya dia yang tahu betapa beruntungnya dia ketika ia bersamamu walaupun hanya disaat senja menyapa. Seperti yang gue rasain saat ini."

Kedua mata Jisoo sontak beralih menatap Taeyong. Membuat keduanya saling memandang satu sama lain. Ditatapnya lekat kedua bola mata coklat milik Taeyong dengan pusaran warna hitam di tengahnya. Pusaran yang seolah-olah mampu menjerat siapapun yang melihatnya dalam kisaran rasa kagum.

Cukup lama mereka saling beradu tatap. Keduanya masih mempertahankan posisi masing-masing. Tak ada yang ingin menyudahi terlebih dahulu. Namun walaupun mata Jisoo terfokus pada Taeyong, otaknya masih berjalan mencerna kata-kata Taeyong tadi. Otaknya tak begitu bodoh untuk mengartikan maksud dari ucapan tersebut. Apalagi ketika Taeyong kembali mengucapkan sesuatu.

"Aku mencintaimu." lirih. Selirih angin sore itu. Ucapan Taeyong tersebut sukses membuat Jisoo memalingkan wajahnya. Tersipu Malu.

"Emang apa yang lo suka dari gue?" tanya Jisoo sambil menundukkan kepalanya. Sedangkan Taeyong masih saja tersenyum manis menatap Jisoo.

"Aku tak ingin mengatakannya disaat senja seperti ini. Karena senja pasti akan marah karena kamu lebih indah darinya."

'BLUSH'

Seketika rona merah mendominasi kedua pipi Jisoo. Merahnya menyamai langit diatas mereka yang kian menggelap. Merubah warna jingga yang sempat tercipta menjadi merah.

Jisoo semakin menundukkan wajahnya yang semakin terasa memanas. Tak hanya sukses membuat wajah Jisoo memerah, Taeyong juga berhasil membuat detakan jantung Jisoo benar-benar kacau. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya malu-malu.

"Gue rasa ini terlalu cepat." katanya menatap Taeyong.
"Gue, gue belom bisa." lanjut Jisoo lagi. Entahlah ia masih tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Rasa senang dan gamang benar-benar menguasainya. Ia tak mungkin membalas perasaan Taeyong sedangkan perasaannya sendiri masih abu-abu. Karena ia tahu, itu hanya akan membuat Taeyong terluka dan hati yang terluka karena cinta itu tak mudah disembuhkan. Sekalipun sembuh pasti tetap meninggalkan luka.

"Gue butuh waktu." ucapnya lagi. Jisoo takkan membiarkan cinta sepihak terjadi diantara ia dan Taeyong.

Taeyong menganggukkan kepala mendengar jawaban Jisoo. Tak ada sedikitpun ekspresi kecewa di wajahnya.

"Gue gak masalah." jawab Taeyong yang kembali memakai kata 'Gue' pada ucapannya.

"Gue gak masalah tak menjadi bintang paling bersinar di hati Lo. Tapi biarkan gue menjadi bintang paling terang yang akan selalu Lo tatap saat senja telah terganti oleh malam."

Taeyong meraih tangan Jisoo dan digenggamnya lembut yang dibalas senyum dan anggukan oleh Jisoo. Jisoo benar-benar lega dan terharu dengan ucapan Taeyong. Keduanya saling menautkan jari-jari mereka erat. Keduanya lalu sama-sama kembali menatap ke depan. Menatap senja yang sebentar lagi dipenuhi gelap. Dengan harapan dalam hati masing-masing jika esok senja masih menyapa mereka. Bersama lagi.
.







Makasih yang udah baca. 
Cuma 2 part karena ini sebenernya cerpen.
Thankyou.

Ketika Senja MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang