Dering weker terdengar nyaring, mengiringi sinar sang mentari yang berusaha menyusup masuk melalui celah gorden. Perlahan-lahan membawa kehangatannya ke dalam kamar yang terlihat rapih dan terselimuti kesunyian.
"Terima kasih," ucap Istari seraya menghentikan dering ponsel yang juga mengemban sebagai weker.
Sesaat setelah dering weker terhenti, dering aplikasi pesan datang menggantikan. Sambil memeriksa isi tasnya, Istari membaca pesan dari gadis bernama Juni.
[Hari ini ada acara?]
Kerja sambilan, balasnya singkat. Tidak lama, pesan lain kembali masuk.
[Eh? Kerja sambilan? Dimana?]
Nusamart.
[Nusamart? Nusamart mana?]
Istari menatap pesan yang baru masuk itu tanpa secercah ekspresi sebelum kembali membalas.
Memang ada apa?
[Oh iya! Hari ini ualng tahunnya Angka,kan!? Aku dan yang lain ingin memberi kejutan di tempat karaoke. Kamu bisa ikut?]
Setelah yakin tidak ada yang terlupakan dalam tasnya, Istari melangkah keluar dari kamar tersebut. Sesekali ia membalas pesan yang sudah menyimpang dari tujuan awalnya.
Sunyi, hanya kata itulah yang mampu menggambarkan secara keseluruhan rumah tingkat dua tempat Istari tinggal. Tidak ada suara selain telivisi yang dibiarkan menyala dan derit setiap kali kakinya melangkah.
Setibanya di lantai satu, langkah kaki membawanya ke dalam dapur, mengambil segelas kopi hangat yang diseduh menggunakan susu. Sambil menikmati sarapan berupa roti gandum beroleskan selai kacang dan kopi tersebut, perhatian Istari terpusat pada televisi.
"Seperti yang dijadwalkan sebelumnya, pertemuan antara President Prajo Wicaksono dengan Perdana Mentri Singapura, Malaysia, Banda Aceh, dan Surabaya akan berlangsung di Istana Bogor dalam waktu dekat. Seperti yang diagendakan, pertemuan kelima negara ini melanjutkan pembahasan mengenai pembentukan perserikatan Nusapura yang diharapkan mampu menaikkan perekonomian dan pertahanan ketiga negara."
Di tengah keseriusannya, ponsel digitalnya kembali berdering. Sambil mengnyeruput kopi, Istari membaca pesan yang baru diterimanya.
[Asha naik kereta yang sampai di stasiun Lenteng Agung jam delapan malam! Jangan lupa jemput loh kak! J a n g a n l u p a!]
Seusai membalas dengan singkat pesan tersebut, Istari membawa piring penuh remah roti dan gelas bernoda ke dapur lalu memasukannya ke dalam mesin pencuci.
Lengan kecil jam dinding sudah menunjuk angka enam dalam putarannya. Tanpa melupakan bekal yang sudah dibuatnya jauh sebelum dering weker berbunyi, Istari beranjak pergi.
YOU ARE READING
Digital Chrome
ActionHarapan dan Keputusasaan. Dua hal yang saling bertolak belakang tetapi tidak pernah terpisahkan. Tidak ada yang lebih memahami keduanya selain Istari, mahasiswi di Ptolemia Shcool of Military. Akibat tragedi yang di alaminya, ia terpaksa mengulang s...