Kelopak - 09

93 17 0
                                    

Malamnya, setelah pulang dari reuni itu, Seokjin langsung bekerja part-time di sebuah cafe ternama sebagai pelayan.

Tangannya mengelap gelas wine.

Tapi matanya menerawang pada jendela disebrangnya yang menampilkan pemandangan Seoul dimalam hari.

Senyum simpul tercetak diwajahnya.

Dulu, Jimin ingin sekali melihat pemandangan ini. Pikirnya.

Dan Seokjin pernah berjanji pada Jimin, kalau dia akan membawanya ke Seoul dan memperlihatkan pemandangan malam yang Indah.

Tapi, ya...

Sepertinya, Tuhan lebih sayang pada Jimin.

Jimin beristirahat dengan tenang dipangkuan ibunya.

Posisi Jimin itu terlalu menyakitkan saat itu.

Mimisan tiada henti.

Ujung tangannya mulai dingin.

Suaranya mulai tercekat.

Tapi senyum Indah Jimin masih terlihat dengan jelas.

Puk!

Seokjin hampir menangis kalau saja pundaknya tidak ditepuk oleh seseorang.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ingin memesan Teh Sakura bisa?"

"Eh? Tapi menu itu baru saja dihilangkan dari sini"

"Begitukah? Tapi tadi saya melihat seorang pemuda berjas sekolah khas Haksaeng sekolah meminumnya. Jadi saya tertarik dan ingin mencobanya"

Seokjin terdiam.

Pemuda berjas khas sekolah Haksaeng dengan teh Sakura?

Sedetik kemudian, Seokjin terkekeh pelan.

"Baiklah, khusus untuk anda pak, saya buatkan"

"Wah! Terima kasih! Kalau bisa jangan dihapus dari menu. Minuman itu menarik. Biar saya bantu promosinya"

Seokjin tersenyum.

Kau bahkan masih baik padaku Jimin. Maaf tidak. Bisa membantumu banyak.
-Seokjin-




"Ini. Teh Sakura kesukaanku. Kulihat kau sedang bersedih. Minumlah ini! Aku yakin kau akan merasa jaaaaaaaauh lebih baik! Dan kalau kau tertarik, aku bisa kok mengajarimu cara membuatnya!"

'꩖͜͡⚘࿆ํ Sakura PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang