Dua hari lagi adalah hari lebaran—yang artinya adalah hari yang paling menyenangkan bagi umat muslim sekaligus hari yang membuat umat-umat muslim di dunia merasa bangga kepada diri sendiri.
Zayn dan Perrie kembali mengobrol di balkon kamar masing-masing. Well, Zayn tidak memiliki balkon. Hanya Perrie lah yang memiliki balkon. Zayn tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti kehilangan ketika ia tidak mengobrol bersama Perrie setelah pulang Tarawih atau bahkan setelah berbuka puasa. Hal itu pernah dirasakannya ketika Perrie pernah berbuka puasa bersama teman-teman lamanya.
"Apa rencanamu setelah lebaran, Zayn?" Perrie bertanya dan tersenyum seperti biasa. Hal itu membuat Zayn balas tersenyum. Jangan heran, Zayn memang seperti itu ketika Perrie tersenyum. Ada sesuatu yang membuat Zayn bahagia ketika melihat senyuman Perrie. "Bekerja?" tanya Perrie lagi.
Zayn menggelengkan kepalanya. "Aku... aku bahkan belum memiliki rencana apapun untuk bekerja. Setelah lulus, aku terlalu malas untuk pergi ke sana kemari untuk mencari pekerjaan. Jadi, seperti yang kau lihat, aku terus berada di rumah."
"Sama sepertiku, artinya," ujar Perrie sambil masih tetap berada di posisinya, memeluk kedua kakinya dan menatap Zayn dari balik balkon. "Aku tidak akan bekerja."
"Mengapa?" tanya Zayn penasaran. Biasanya, justru seorang perempuan lah yang rajin bekerja, "Kau ingin menjadi ibu rumah tangga saja, ya?"
Perrie tertawa sambil menggelengkan kepalanya mendengarkan Zayn bertanya seperti. "Ah, tidak. Lagipula, untuk menjadi ibu rumah tangga aku belum bisa. Kekasih saja aku tidak punya, bagaimana aku mau menikah?"
Zayn terhenyak, entah karena apa. Kemudian ia bertanya, "Apakah kau sudah memiliki seseorang yang... uhm, maksudku... seperti dia selalu ada di dalam pikiranmu dan... ugh. Singkatnya, apakah kau sudah jatuh cinta kepada seseorang?"
"Aku pernah mencintai seseorang," ujar Perrie, membuat Zayn bertanya-tanya di dalam hati. Pernah? Apakah itu artinya Perrie tidak sedang mencintai seseorang? Astaghfirullah, Zayn. Jangan terlalu berharap kepadanya. Perrie lalu melanjutkan, "Aku mengakhiri hubungan kami karena dia tidak satu ajaran denganku. Aku hanya takut pada akhirnya kami akan memilih untuk berdebat. Jadi, kuputuskan untuk mengakhirinya saat itu juga. Sungguh, aku tidak pernah mengalami yang namanya sakit hati atau semacamnya. Aku tidak pernah gagal dalam sebuah hubungan. Well, aku hanya pernah satu kali berpacaran.
"Dan yang paling penting dari segalanya, aku tidak yakin apakah aku menyayanginya dengan sangat tulus. Jangan bertanya mengapa, aku sendiri tidak tahu alasannya."
Zayn terdiam mendengar cerita Perrie. Perrie tidak pernah mencintai siapapun, begitulah yang ada dalam pikirannya ketika mengetahui Perrie memutuskan mantan pacarnya bukan hanya karena beda ajaran, tetapi karena Perrie tidak mencintainya. Apakah itu artinya Perrie adalah gadis yang sangat sulit untuk jatuh cinta kepada seseorang?
"Tapi," Perrie melanjutkan lagi. Gadis itu bangkit berdiri dan menopang kedua tangannya di atas balkon, tersenyum lembut kepada Zayn yang duduk di jendelanya secara menyamping di seberangnya, "Aku merasa aku telah jatuh lagi. Dalam waktu nyaris satu bulan—waktu yang sebentar. Tapi aku sudah merasakan jatuh cinta kepada orang yang telah mengajariku bersabar meskipun jam mahalnya telah dijatuhkan oleh temannya."
Zayn tersenyum. Jantungnya berdebar.
Perrie melanjutkan, "Aku telah terjatuh di tempat yang aman. Aku telah terjatuh kepada seorang laki-laki yang mengisi kekosonganku selama bulan puasa ini."
Walaupun jarak antara Zayn tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, Zayn dan Perrie dapat merasakan tatapan dan senyuman lembut masing-masing. Hening. Hanya hembusan angin malam sajalah yang terdengar di antara mereka, sampai akhirnya Zayn memilih membuka bibirnya untuk berbicara.
"Dan aku—hatiku," ucapnya, "Sudah mendarat di tempat yang indah; sudah berlabuh dalam iris mata biru seorang gadis berambut merah muda. Aku pikir... aku mulai menyukainya."
Perrie tersenyum lebar. "Tadinya aku mengira cintaku bertepuk sebelah tangan."
"Tidak setelah aku mengetahui cintaku lah yang tidak bertepuk sebelah tangan, Edwards."
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe Place to Fall
FanfictionShe said I was the safest place for her to fall. But, where was I when she fell? || Please be a wise reader if you're non-moslem. Also if you're not a Zerrie girl x || {current (amazing) cover made by Aaya aka atmosphere-} Copyright © 2014 by cochlo...