Morning Kiss

35.2K 5.1K 853
                                    

WARNING : HANYA UNTUK KAKAK-KAKAK YANG SUDAH DEWASA. UNTUK ADIK-ADIKKU TERSAYANG PART INI DI SKIP SAJA, OK 😉

***

Matahari telah berhasil mengusir bulan dari singgasananya. Membangunkan para pemimpi yang terbuai oleh malam. Sepi yang pekat telah berganti menjadi keceriaan yang menghangatkan.

Winda tahu apa yang kini dia lakukan adalah tindakan yang kekanak-kanakan, tapi siapa yang peduli karena kegiatan inilah yang selalu membuat paginya menyenangkan.

Rama, suaminya yang sangat dia cintai memiliki kebiasaan buruk, tidak patut untuk dicontoh tapi dia senang dengan kebiasaan buruk suaminya tersebut. Apakah kalian ingin tahu apa kebiasaan buruk Rama?

Kebiasaan buruk Rama adalah selalu tidur kembali setelah melaksanakan salat subuh. Rama tidak pernah bisa menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut. Bila dia salat di masjid, lantas kembali dari masjid dia akan bergegas melepas baju koko dan sarungnya untuk kembali lagi tidur dan baru akan bangun saat jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Untung saja apartemen yang kini mereka tinggali posisinya dekat dengan kantor tempat Rama kerja, kalau tidak Winda jamin setiap hari Rama pasti akan datang telat.

Dan ketika tidur setelah salat subuh itulah waktu yang paling Winda tunggu-tunggu karena disaat itu dia bisa memperhatikan wajah Rama dengan sepuas-puasnya dan disaat itu pula dia dapat mencuri morning kiss dari Rama. Ya, mencuri karena si pemilik bibir tidak sadar kalau bibirnya tengah dikecup. Kebiasaan itu sudah Winda lakukan dari satu bulan yang lalu. Dan hingga sekarang dia tidak mampu menghentikan kebiasaan itu.

Seperti pagi ini, Rama kembali tidur setelah melaksanakan salat subuh. Tubuhnya tertutup sepenuhnya dengan selimut, kecuali kepala. Sama halnya dengan Winda, Rama tidak akan bisa tidur dengan nyenyak bila tubuhnya tidak tertutup dengan selimut, bukan karena suhu udara yang dingin tapi karena memang dia merasa tidak nyaman kalau tidur tanpa selimut.

Winda sengaja merebahkan tubuhnya di samping Rama, manik matanya memperhatikan wajah Rama yang tampan. Rama memiliki rahang yang tegas, hidungnya mancung, bibirnya kissable, alisnya tebal, matanya sedikit sipit yang dinaungi oleh bulu mata yang lentik dan yang membuat Rama terlihat semakin tampan adalah lesung pipit yang ada di kedua pipinya yang hanya dapat dilihat bila dia tersenyum, selain memiliki wajah yang tampan, Rama pun memiliki warna kulit dan bentuk tubuh yang membuat dia terlihat nyaris sempurna di mata Winda. Kulit Rama berwarna sawo matang dan tinggi Rama 178cm, beda 20cm dengan Winda yang tingginya hanya 158cm, jadi kalau keduanya berdiri saling berhadapan Winda hanya sebatas dada Rama, oleh karena itu setiap kali memiliki kesempatan untuk jalan bersama Rama, dia pasti selalu memakai high heels yang tingginya 12cm. Dia tidak mau terlihat pendek di samping Rama.

Setelah puas menatap wajah Rama, perlahan Winda mengecup bibir Rama dan berbisik. "Good morning my hubby. Have a good day, i love you always and forever."

***

Selagi menunggu Rama bangun dari tidurnya, Winda memilih untuk menikmati keindahan kota Berlin di pagi hari dari balkon kamar hotel yang dia tempati. Tapi udara dingin yang menerpa tubuhnya saat membuka balkon membuat dia kembali masuk ke dalam kamar untuk mengenakan jaket tebal, kaos kaki dan sarung tangan. Setelah itu baru dia kembali ke balkon. Senyuman menghiasi wajahnya saat melihat keindahan sang mentari yang perlahan menyapa hamparan kota Berlin yang dipenuhi gedung-gedung menjulang tinggi. Indah, sangat indah.

Kemarin dia membenci kota ini, tapi pagi ini sang surya berhasil membuat dia jatuh cinta pada kota ini.

Setelah puas menikmati keindahan kota Berlin yang disinari cahaya pagi hari, Winda memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar. Rama masih meringkuk di balik selimut, tidak aneh karena sekarang baru jam enam lewat empat puluh menit. Rama hanya akan bangun tepat pukul tujuh pagi teng. Tidak kurang, tidak lebih, seakan ada alarm yang terpasang di tubuhnya.

Winda mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur, tangannya meraih ponselnya yang dia simpan di atas nakas. Memeriksa beberapa chat yang masuk ke ponselnya. Winda terkekeh geli saat membaca chat absurd dari sahabat terbaiknya.

Keira si Keong Racun : Mentang-mentang dah punya suami ganteng kerjaan lo bolos mulu. Digantung Bu Dewi di pohon toge baru tahu rasa lo.

Keira si Keong Racun : Mau bolos berapa hari? Tanpa keberadaanmu kelas kita bagaikan bumi tanpa udara. (Sumpah gue pengen muntah ngetiknya) yah kali kelas kita nggak ada pentilasinya.

Keira si Keong Racun : Ingat, Nda, tiga bulan lagi UAS, jangan kebanyakan bolos, berabe kalau entar lo di do, Kak Rama pasti bakal malu banget ngakuin lo sebagai istrinya dan gue juga bakal malu banget punya sahabat macam lo. Hahahaha...

Keira si Keong Racun : Tadi, gue dah tanya Bu Dewi. 'Bu kok Winda nggak masuk?' dan apa lo tahu, Nda, Bu Dewi jawab apa, dia berkata, 'Kamu tuh temennya Winda apa bukan, masa nggak tahu kenapa Winda nggak masuk?' nyeri hati abdi, serasa jadi selingkuhan yang tak dianggap 💔💔

Keira si Keong Racun : Nda, Lo ke BERLIN??JERMAN??? BULAN MADU???

Keira si Keong Racun : Tahu deh yang bulan madu mah, sampe balas chat gue aja nggak sempet, janganpun dibalas diread aja kagak. Udah ngapain aja lo sama Kak Rama? Jangan lupa akan misi utama lo sebagai istri. Produksi anak sebanyak-banyaknya, biar makin banyak rezekinya. Bwahahaha....

Winda : RAHASIA😛😛

Hanya kata itu yang Winda kirim ke Keira, dan Winda yakin Keira pasti akan langsung membomnya dengan banyak chat yang semakin tidak karuan isinya. Dan tebakan Winda terbukti, tak perlu menunggu waktu lama ponselnya yang sudah kembali dia simpan di atas nakas terus bergetar tanda kalau banyak pesan yang masuk dan Winda yakin seluruh pesan itu dari Keira, si Keong Racun yang selalu merasa dirinya mirip dengan Jennie BLACKPINK.

***

Rama sudah bangun dari tidurnya dan sekarang sedang berada di dalam kamar mandi, sedangkan Winda baru selesai berganti pakaian. Piyama bermotif matahari sudah berganti dengan jeans berwarna biru dongker dan blouse lengan panjang berwarna moka, tak lupa dia pun memilih menggunakan pashmina yang warnanya senada dengan blousenya. Dan satu lagi yang wajib dipakai adalah sweater tebal karena hari ini Rama akan mengajaknya jalan-jalan. Meskipun belum masuk musim dingin kota Berlin tetap saja memiliki suhu yang sangat dingin bagi Winda yang sudah terbiasa dengan suhu panas kota Jakarta.

Winda memperhatikan penampilannya di cermin. Sebenarnya Winda tahu, bahkan sangat tahu kalau sebagai seorang muslimah seharusnya yang Winda pakai itu bukan celana jeans melainkan ghamis, tapi entah kenapa dia merasa belum siap untuk memakai pakaian seperti itu. Mungkin karena imannya yang masih cetek, secetek genangan air di jalanan.

Pintu kamar mandi terbuka, Rama sudah terlihat tampan. Dia menggunakan jeans berwarna cokelat dan kemeja lengan panjang berwarna putih. "Sudah siap?" Tanyanya pada Winda sambil mengenakan sweater berwarna mahoni yang baru dia ambil dari atas tempat tidur.

Winda mengangguk sambil mengenakan sepatu boots berwarna putih. "Kita akan kemana?"

"Kamu mau kemana?" Bukannya menjawab, Rama malah balik bertanya. Memberikan sepenuhnya keputusan kepada Winda karena ini kali pertama bagi Winda berada di kota Berlin.

"Aku ingin ke Tembok Berlin, Museum Island, Brandenburg Gate, dan Museum Pergamon."

"Pilih dua tempat saja."

"Kenapa?"

"Sorenya kita harus segera pulang."

"Pulang?" Nada suara Winda terdengar kecewa.

"Iya, pulang. Aku harus segera kembali kerja dan kamu harus kembali kuliah."

***

24 Rabi'II 1440H

Fix kaya minum obat, 3x sehari 😂😂 semoga kalian nggak bosen bacanya 😊

Please Don't Go | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang