Prolog

535 71 8
                                    

"AAAAAH! CHOI JONGHO! Apa-apaan 'sih?!" Suara Wooyoung yang menggelegar bak petir menyambar di hari hujan otomatis membuat gempar seisi dorm ATEEZ.

Suara tawa Jongho—yang tak kalah nyaring—menyusul sepersekian sekon kemudian.

Pagi hari yang seperti ini sudah biasa bagi anggota ATEEZ lainnya. Mereka sudah tinggal di bawah atap yang sama selama beberapa tahun lamanya sehingga suara nyaring Wooyoung dan keisengan maknae mereka—Jongho—sudah dianggap seperti makanan sehari-hari.

"Kau ini— Kenapa tenagamu kuat sekali huh?" Wooyoung bersungut-sungut sembari mengusapi keningnya yang terasa nyeri akibat serangan sentilan dadakan yang diberikan oleh Jongho beberapa saat lalu.

"Yah... Aku sendiri tidak tahu, hyung. Aku sudah dari lahir kuat seperti ini," Jongho menyahut, senyuman kemenangan terpatri di wajahnya.

"Tsk. Jangan mentang-mentang kuat kau meperlakukan kami para hyungmu seenaknya begini. Minimal kurangi tenagamu dong kalau menyentil... Kan tidak perlu sekeras tadi."

"Astaga, kalian ini pagi-pagi sudah berdebat saja. Dari dulu tidak berubah, ya."

Atensi kedua sosok yang sedang duduk bersantai di sofa ruang tengah itu langsung tertuju pada sosok luar biasa tinggi yang tiba-tiba saja sudah berdiri tak jauh di belakang mereka. Rambut hitam legam, pipi sedikit berisi, dan kulit putih bak Puteri Salju; Jung Yunho adalah anggota tertinggi yang mengisi posisi vokalis serta dancer. Kekehan pelan lolos dari mulut pemuda itu ketika Jongho dan Wooyoung menatapnya sembari sedikit mendongak.

"Bukannya waktu itu kau yang bilang ada beberapa hal yang sebaiknya tak diubah?" Wooyoung menyahut, tak lupa senyum lebar ia pamerkan pada rekan sesama dancernya itu. Namun, senyum tersebut tak bertahan lama karena sosok lain yang tak kalah tinggi tiba-tiba saja memeluk Yunho dari belakang. Wajah maskulinnya pun menyembul dari balik tubuh Yunho; menjadikan bahu Yunho sebagai topangan dagunya.

"Pagi, Mingi jjing." Tanpa menoleh, Yunho menyapa sang pemeluk sembari menepuk-nepuk pelan lengan yang melingkar di pinggangnya.

Melihat pemandangan di depan matanya, tanpa sadar Wooyoung menghela napas. Rasa tak nyaman yang luar biasa mengisi ruang sanubarinya. Mingi, Yunho, dan dirinya adalah—sebut saja—trio yang menjadi pondasi ATEEZ dalam menari. Ketiganya lahir di tahun yang sama sehingga dapat dikatakan cukup dekat. Namun, sayangnya, bagi Wooyoung ia tak merasa sampai sedekat itu dengan Yunho. Ia ingin menjadi lebih dekat lagi dengan sosok penyandang marga yang sama dengannya itu seperti Mingi.

Yang namanya perasaan—baik itu suka maupun cinta—kalau bertepuk sebelah tangan memang tak menyenangkan.

"Ini dia, pasutri * ATEEZ mulai beraksi!" Jongho berujar cukup lantang dengan memimik nada bicara seorang pembawa acara. Tingkahnya memancing tawa Yunho dan Mingi yang masih belum melepaskan skinship.

Wooyoung ikut tertawa dan dalam hati ia bersyukur tawa hampanya tak disadari oleh ketiga orang lainnya.

"Jongho-ya, nanti kau jadi ikut ke game arcade 'kan?" Tanya Mingi. Kini lengan lelaki bermata sipit itu telah beralih dari pinggang menuju ke kedua sisi bahu Yunho yang berdiri tegap di depannya.

Anggukan kepala yang kuat dilakukan oleh Jongho sebagai respon atas pertanyaan Mingi. Tentu saja si lelaki Choi itu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bermain bersama kedua hyung terdekatnya. Semua anggota ATEEZ dekat dengan satu sama lain, mereka juga menganggap kehadiran satu sama lain seperti anggota keluarga. Hanya saja, Yunho, Mingi, dan Jongho memiliki ikatan yang paling kuat.

"Baiklah. Cepat bersiap-siap atau nanti kau kami tinggal," ancam Mingi sembari mengacak pelan rambut Jongho sebelum berjalan kembali ke kamarnya.

"Kalian tidak mandi berdua?" Jongho melayangkan pertanyaan pada Yunho yang langsung direspon dengan tawa oleh sang lawan bicara.

"Kau gila ya? Masa mandi bersama? Yang ada kami bermain air jadinya." Sahut Yunho di sela-sela kekehan.

Kini giliran suara teriakan Jongho yang memenuhi dorm ATEEZ ketika Yunho hendak mengecup pipinya; membuat Hongjoong dan Seonghwa bergegas keluar dari kamar lantaran khawatir sesuatu terjadi pada si anggota paling muda.

Gelak tawa Yunho ikut memeriahkan suasana ketika dirinya telah berhasil mendaratkan kecupan super ringan di pipi Jongho. Tak menunggu lebih lama lagi si pemuda Choi bergegas menyeka pipinya yang terasa basah begitu Yunho meninggalkan ruang tengah.

"Ew, ew, ew..." Gumam Jongho pelan sembari menyeka pipinya, kali ini dengan selembar tissue.

"Kalian bertiga sangat dekat ya..." Wooyoung berujar pelan.

"Yah, begitulah, kau lihat sendiri."

"Rasanya pasti menyenangkan ya sangat dekat dengan Yunho," Wooyoung kembali menghela napas. "... Dan juga Mingi, tentunya."

Jongho bergidik mendengar tuturan Wooyoung, "menurutku tidak semenyenangkan yang kau kira... Mau bertukar tempat denganku?"

Wooyoung terkekeh pelan. Ia menyandarkan bahunya pada sofa, kepalanya menengadah ke atas menerawang langit-langit ruang tengah.

"Seandainya hal itu bisa terjadi... Kenapa tidak?"


━━━━━༻✧༺ ━━━━━

END OF PROLOG

━━━━━━━━━━━━━

SwitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang