Perjodohan

106 2 0
                                    




Awalnya ini terjadi ketika aku lulus SMK, dia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Keluarganya termasuk keluarga yang dibilang cukup, ibunya sangat menyukaiku, hingga akhirnya selalu mencoba menjodohkan aku dengan anaknya, saat itu situasinya sedang lebaran, dan keluarganya bersilaturahmi ke rumahku, namun aku biasa saja, aku benar-benar tidak mau di jodohkan dengannya, walaupun dirinya seorang polisi yang sudah mapan, padahal masih muda, hanya saja dia terlalu manja, apa-apa mengadu ke ibunya, anak mami sekali...

Hal itu pula yang aku sampaikan kepada ibuku yang membuat ibuku mengerti dan tak menggubris soal perjodohan itu. Beberapa tahun kemudian dia menikah dengan seorang wanita yang cantik dan mandiri, syukurlah, jodohnya sungguh lebih baik dariku.

Kemudian orang tuaku ingin menjodohkan aku dengan seorang lelaki yang sedang menempuh S2 di UIN Jakarta, lelaki ini asal Sulawesi Utara dan tinggal di kab. Bolaang Mongondow Utara, dia adalah keponakan dari guru mengaji ibuku, namun tidak ada yang terjadi, tidak ada tindak lanjut, hanya sekedar omongan saja, lagian pada saat itu dia sudah memiliki seorang kekasih (pacar). Inilah alasan aku menolak untuk di jodohkan pada waktu itu, dan ibuku mengerti.

Pada akhirnya setelah dia lulus S2 di UIN Jakarta dan kembali ke Bolaang Mongondow, dan memutuskan menikah dengan wanita yang sudah lama dia pacari tersebut.

Setelah itu ibuku bertanya " sebenarnya kriteria yang kamu inginkan itu seperti apa?". Sungguh jika pertanyaan ini mampir, yang di kepalaku hanya satu, aku ingin seorang suami seorang dokter, yang baik agamanya, namun aku tau bahwa kriteria selalu bertolak belakang dengan apa yang Tuhan rencanakan, Tuhan lebih tau mana yang kita butuhkan, namun ibuku tetap berusaha mencarikan seorang dokter untuk dijodohkan denganku, dia adalah seorang anak lelaki dari teman ibuku, dia sedang menjalani masa akhir koasnya, sebentar lagi dia akan menjadi dokter, dia adalah lelaki yang sangat pintar, namun agamanya kurang, hobinya hanya bermain video game dari pagi hingga petang, seperti cerminan diriku sendiri, hingga aku begitu takut jika berjodoh dengannya, sikapnya sungguh kekanak kanakan, bahkan dia lebih pendek dariku, soal wajahnya jangan di tanya, dia dari gen yang bisa dibilang "TAMPAN". Entah karena apa, walaupun dia ada didalam kriteriaku, namun aku tidak ingin menikah dengannya, inilah yang aku maksud "Tuhan lebih tau apa yang kita butuhkan", aku pun akhirnya memutuskan tak ingin menikah dengannya, saat itu ibuku mengerti, mungkin melihat sikapnya yang seperti itu makanya ibu tak berkata apa-apa waktu aku menolak.

Butuh waktu yang cukup lama untuk ibuku menjodohkan aku lagi, karena aku juga memberi alasan bahwa aku masih ingin menamatkan kuliah S2 ku, hingga pada suatu hari ibu bicara lagi, ibu mengatakan bahwa ada seorang kakek kenalannya yang anaknya sedang berkuliah di Bandung ingin menjodohkan anaknya denganku dan aku hanya menanggapi dengan cuek saja, ibuku juga mengatakan bahwa mereka adalah orang mampu, perkebunan mereka dimana-mana, pertambangan juga ada, dan lain-lain, namun aku hanya mendengarkan saja, seiring berjalannya waktu ibuku sudah tak membicarakan tentangnya lagi, dan kemudian aku baru tau bahwa tanteku tidak setuju jika aku di jodohkan dengan lelaki itu, walaupun dia dari keluarga yang mampu, namun masa lalunya yang pernah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita membuat keluargaku tak ingin aku dijodohkan dengannya, dan tanggapanku? "Ah, syukurlah".

Waktu terus berjalan, ibu masih berusaha menjodohkanku dengan sosok yang di anggap baik baginya, namun cukup lama baginyamenemukan sosok-sosok itu, ibu menawarkan seorang guru, menawarkan staf dikantornya, menawarkan anak kader partai dan lain-lain yang aku lupa siapa saja yang ibu sebutkan itu, ibu bahkan sering menawarkan diriku di depan umum, dan itu memalukan, sungguh! TT. Namun diantara semua yang ditawarkan ibu, tak ada yang benar-benar di tindak lanjuti lebih oleh ibuku, dan walau aku menolak ibu tak pernah mengatakan apa-apa, hingga akhirnya tiba seorang teman ibu berbicara kepadanya ingin menjodohkan keponakannya denganku, dia anak satu-satunya juga, agamanya baik, baik juga terhadap orang tuanya, dan dia sudah mapan, dia seorang hakim.

Namun... rasanya perasaan yang aneh itu datang lagi, rasa yang membuatku merasa aku bukanlah sosok yang di peruntukkan untuk dirinya, apalagi aku tidak suka dengan seseorang dengan pekerjaan hakim, pengacara, polisi, danlain-lain yang berhubungan dengan hukum, dan hal ini yang membuat  ibuku marah besar, katanya aku terlalu pemilih, sok kecantikan, jual mahal, dan lain-lain, ibu bahkan tak mau bicara denganku, terakhir dia bicara hanya membuat dadaku sesak, ibu berkata"tidak ada orang tua yang ingin anaknya bertemu dengan sosok yang salah, bila kamu begini terus, maka sosok seperti apa yang kamu inginkan?". Hal ini yang membuatku berpikir sangat jauh, menikah bukanlah sesuatu yang mudah untuksaya, hal ini mengubah segalanya dihidupku, aku akan hidup dengan seseorang seumur hidupku, dan harus mengabdikan diriku terhadapnya, surgaku akan ada jika berbakti padanya, ini yang membuat diriku selalu tidak siap dengan segala hal yang akan terjadi nantinya, ini yang membuatku takut untuk mengenal calon-calon yang ibu kenalkan padaku, perkataan dan pertanyaan ibu inilah yang membuatku akhirnya bicara pada ibu "Ibu, baiklah, aku akan mencoba mengenal seseorang yang akan ibu jodohkan denganku, bila menurut ibudia adalah lelaki yang baik, maka aku akan coba mengenalnya, siapapun itu,apapun pekerjaannya, jika sosoknya baik, aku akan mencoba". Inilah saat diri ini memberanikan diri dengan perjodohan.

Pengelana (Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang