I Wouldn't Mind

420 57 10
                                    

Disinilah Lisa, terbaring di rumah sakit, dengan mata yang memaksa untuk terbuka. Ia melihat sekeliling kamarnya dan mendapati seorang laki-laki tengah tidur dengan sangat nyenyak.

Lisa ingin membangunkan lelaki tersebut namun Ia tak ingin mengganggunya, Ia juga tidak sanggup untuk sekedar mengeluarkan suaranya.

"H-hiks..." Isakan tangis pun masuk ke pendengaran lelaki yang tadi tertidur pulas itu. Ia tahu bahwa Lisa lah yang menghasilkan suara tersebut.

Lelaki tersebut segera beranjak dari sofa yang Ia tiduri lalu mendekati Lisa. "Ada apa hm?" Ucapnya dengan lembut seraya mengusap surai keemasan Lisa.

"Ch-changkyun... S-sakit... Sekali... Hiks..." Lirih Lisa dengan suara yang sangat pelan. Tenggorokan nya terasa sakit. Bukan hanya tenggorokan, seluruh tubuhnya juga terasa sakit.

Changkyun mencium punggung tangan Lisa dan menaruh tangan Lisa di pipinya. "Aku tahu sayang... Kumohon bertahanlah. Kau pasti dapat melewatinya."

Ingin sekali kekasih Lalisa Manoban itu menangis. Melihat kekasihnya sekarat karena penyakit kanker Pankreas dan membuatnya harus menjalankan kemoterapi sangatlah menyakitkan. Melihat Lisa menahan rasa sakitnya sendiri membuat Changkyun tak tahan.

"Apa yang sakit sayang? Hm?" Tanya Changkyun. "Semuanya... Sakithh... Hiks..."

Yang Changkyun lakukan hanya bisa menenangkan tubuh serta perasaan Lisa sekarang ini. Helaan napas keluar dari mulut Changkyun.

Ia berjalan untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ia kembali duduk di sebelah Lisa dan menaruh benda tersebut di tangan Lisa.

'Silet?' monolog Lisa.

Lisa pun menggelengkan kepalanya. Ia tahu apa maksud Changkyun.

"Lukai aku sayang. Aku tak apa." Meskipun Changkyun berkata bahwa Ia tidak apa-apa, Lisa menggeleng. Mungkin banyak orang berpikir bahwa Ia sudah gila membiarkan sang kekasih menyayat kulitnya.

Namun Changkyun juga ingin merasakan sakit yang dirasakan Lisa. Ia tidak ingin hanya Lisa yang merasakan sakit. Itu sebagai tanda bahwa cintanya pada Lisa amat sangat besar.

"Ayolah sayang. Lukai aku. Lampiaskan seluruh rasa sakit yang telah kau alami selama ini!" Ucap Changkyun. Lisa tidak tega, tetapi Changkyun menginginkannya.

Sret...

"A-akh... Shh..."

Sayatan demi sayatan Ia terima. Darah mulai bercucuran ke lantai, dan pandangan Changkyun mulai kunang kunang. Saat itulah Lisa menghentikan kegiatannya. Ia tidak tega dan sangat menyesal.

"Mianhae..." Mendengar kata tersebut, Changkyun menggeleng. "It's okay..." Tidak bersuara namun Lisa dapat mendengarnya.

'Oh Tuhan... Apa yang telah ku lakukan?'

"Lalisa, ayo buka mulutmu."

Lisa tidak menggubris Changkyun yang berusaha untuk menyuapi nya. Ini sudah ke 30 menit dan Lisa hanya memakan 3 suap.

"Sayang... Lihat aku."

Lisa mengalihkan pandangannya menuju sangat kekasih. "Wae?"

"Apa kau tidak nafsu makan setelah melihat darahku? Jika iya, aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi kau harus janji untuk makan."

"Siapa yang memulainya?" Tanya Lisa. Changkyun hanya terdiam dan menunduk. "Setidaknya aku dapat merasakan sakit yang kau rasakan."

Plak!

I Wouldn't Mind • I.M LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang