1

476 18 3
                                        

Suara nyanyian yang sedari tadi menggema di ruangan sudah berhenti beberapa menit yang lalu.

Gadis berambut twintail dengan gaun panjang berwarna gelap itu hanya menatap sang penyanyi ditengah ruangan dengan angkuh dan tanpa minat sedikitpun.

Sementara itu sang sumber suara masih berusaha mempertahankan senyuman canggungnya yang makin memudar lantaran takut. Takut akan iris mata torquise hampa dari sang putri—dari sang Gadis Twintail yang duduk di singgasana megahnya

"Bagaimana, Miku?" Lelaki berbeludru hitam yang berdiri disamping Sang Tuan Putri angkat bicara, memecah keheningan.

Yang dipanggil hanya mengangkat kepalanya dengan angkuh seperti biasa, menandakan bahwa ia tidak menaruh minat apapun.

Lalu ia menggeleng dengan cepat.

Pria berambut turqoise yang berdiri disampingnya mengangguk mengerti, lalu dengan cepat ia mengusir konstestan tersebut tanpa rasa simpatik sedikitpun. "Enyah,"

dan tanpa butuh waktu lama, para pengawal yang berjaga menggeret keluar sang konstestan dengan kasar seiring Konstestan baru yang masuk ke ruangan.

Dan diakhir pertunjukan, sang Tuan putru terus menggeleng angkuh tanpa bicara apapun. Alih alih tersenyum dan bertepuk tangan atas pertunjukan para konstestan, Sang Tuan Putri samasekali tidak tertarik sedikitpun dengan mereka.

"Hei Miku," Panggil Pria Turqoise yang sedari tadi berdiri di samping Tuan Putri anggun tersebut, "Apa kau benar benar tidak tertarik?"

Sang Tuan Putri menggeleng. Sama seperti yang ia lakukan sebelumnya, tanpa berkata apapun.

"Miku, ayolah... Kau harus berkomentar

sesuatu tentang ini. Aku tidak ingin Kau terus diam seperti itu,"

Hatsune Miku. Sang Tuan putri sekaligus orang yang diajak bicara hanya melirik Pria disampingnya itu dengan tatapan monoton—melirik Kakaknya, Hatsune Mikuo.

Mikuo menghela nafas, "sayembara ini sudah berjalan 2 hari. Dan dari sekian ratus konstestan apa benar benar tidak ada yang membuatmu tertarik?"

Miku masih terdiam. Dan kembali menggeleng, Ia memejamkan Matanya, tanda kalau dirinya sudah lelah.

"Baiklah. Kita akhiri saja sayembara ini. Kupikir percuma saja kalau melanjutkannya," Mikuo menghela nafas dan bersandar di sofanya, "Bagaimana?"

Miku masih memejamkan mata di singgasananya tanpa mengatakan apapun. Tidak mengangguk ataupun menggeleng sampai konstestan berikutnya masuk.

Sudah 4 hari lamanya Sayembara ini berjalan. Sayembara dimana Sang Tuan Putri agung, Hatsune Miku sedang mencari seorang yang menarik, Seseorang yang bersedia Ia jadikan pelayan pribadinya. Tapi sejauh itupun hasilnya nihil. Ia tidak tertarik kepada ratusan konstestan yang sudah keluar-masuk aula istana itu.

Sampai akhirnya, Konstestan yang mengadu nasib dalam sayembara tersebut berkurang jumlahnya dan habis. Sudah ratusan orang mencobanya dan semua diacuhkan oleh Sang tuan putri agung.

"Habis?! Yang benar saja? konstestannya habis dan tidak ada satupun yang menarik? Apa manusia di dunia ini serendah itu?!" Mikuo mengumpat dengan kesal,

"Ah, Mau bagaimana lagi?! Sayembara ini selesai. Lain kali kita akan adakan lagi, Miku." Miko berdiri dari sofanya. Tetapi sedetik sebelum ia melangkah pergi, tangan dan iris mata tajam Miku menghentikannya.

Miku mengedipkan matanya kearah pintu aula. Pintu yang semula tertutup itu terbuka perlahan disusul oleh bayangan seseorang pemuda yang merengsek masuk kedalam aula, padahal Sayembara sudah ditutup. Itu berarti Pemuda tersebut melawan penjagaan para penjaga dan mendorong pinto besi Aula yang begitu besar dan berat untuk dibuka seorang diri. Dia pasti kuat,

Pierrot-A Vocaloid FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang