CHAPTER 5

14.7K 1.6K 166
                                    


Mata Jihyun senantiasa menatap setiap pergerakan yang dilakukan Jungkook. Adik manisnya sedang sibuk menghabiskan hidangan makan malamnya-yang tentunya bukan dirinya lagi. Wanita itu sedikit bernapas lega, malam ini ia kembali selamat. Tetapi jiwanya tentu belum bisa benar-benar merasa tenang. Jeon Jungkook dapat berubah kapan saja.

Seiring dengan segala pikiran buruk yang bersarang di otak cantiknya, nafsu makan Jihyun tiba-tiba saja menghilang. Pegangan pada sumpitnya jadi ikut melemah, digantikan dengan tatapan kosong pada mangkuk nasi yang masih tersisa banyak.

Entah mengapa, ada perasaan cemas tiap kali dirinya melihat wajah Jungkook. Adiknya terasa jauh lebih mengerikan ketimbang film horor yang sering ia tonton. Terus-menerus memompa kinerja jantungnya agar berdetak lebih cepat.

"Noona ...."

Suara lembut Jungkook mengembalikan kesadaran Jihyun, sedikit tersentak kaget namun dengan cepat ia mampu mengatur kembali ekspresi wajahnya sedemikian rupa. Berusaha agar adiknya tidak menaruh setitik kecurigaan lagi pada dirinya.

"Ya? Ada apa, Jungkook?"

"Aku yang seharusnya bertanya ada apa padamu, Noona."

Dapat dilihat Jungkook nampak memandang tidak senang ke arah mangkuk nasi Jihyun yang masih terisi penuh. Sudah lebih dari seperempat waktu terbuang sia-sia tapi kakaknya bahkan baru menyuap empat hingga lima suap ke dalam mulutnya. Berbanding jauh dengan miliknya yang bahkan hampir bersih, tak menyisihkan makanan kecuali beberapa potong sayuran.

"Apa yang sedang kau pikirkan." Dari nada suaranya, Jungkook jelas terlihat menahan marah. Lagi-lagi Jihyun memancing sisi iblisnya untuk keluar.

"A-apa? Aku tidak sedang memikirkan apa-apa," jawab Jihyun sedikit terbata.

Setiap kali adiknya menatap manik matanya tajam-begitu dingin seperti ingin menusuk, Jihyun merasa sesak napas. Jantungnya semakin cepat bekerja, menyiksa tubuhnya dengan rasa sakit akibat terlalu cepat.

Jungkook meletakkan kembali sumpitnya dengan kasar, menimbulkan suara nyaring yang nyaris membuat pertahanan air mata Jihyun tumpah.

Mengapa Jungkook begitu kasar padaku? batin Jihyun pilu.

"Kau ingin jujur atau aku harus pakai cara paksa lagi, Noona?"

Pria itu masih berusaha melembut, memberikan kesempatan pada Jihyun untuk berkata jujur padanya. Meski sejujurnya, sekarang pun tidak ada bedanya dengan sisi kasarnya. Masih sama dan telah berhasil menyusutkan nyali Jihyun untuk berbicara dengan normal.

"Ka-kau kenapa, Jungkook? Aku baik-baik saja. Lanjutkan saja makanmu lalu-"

"Berhenti bicara omong kosong, Sialan!" Jungkook menggebrak meja makan, amat kencang hingga gelas minumnya tumpah begitu saja mengotori meja. "Sekarang apa lagi, hah? Kau memintaku untuk memulainya dengan cara yang lebih manis, memaksaku untuk menerima hubungan sehat seperti pasangan kekasih lainnya. Tapi lihat sekarang, kau bahkan terus-menerus menatapku seolah sedang menatap seorang pembunuh. Apa aku selalu terlihat seperti itu di matamu, Jeon Jihyun?!"

Dilihat dari segi mana pun Jeon Jungkook memang terlihat seperti seorang pelaku kejahatan yang siap menguliti korbannya hidup-hidup, wajar saja jika Jihyun merasa sedikit khawatir kendati sebenarnya Jungkook adalah adik yang merangkap menjadi kekasih terpaksanya, bukan seorang pembunuh.

Jihyun menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, otaknya dikerahkan untuk berpikir keras lagi. Ia harus segera memberikan jawaban yang memuaskan atau Jungkook akan kembali menjadi iblis. Adiknya terlihat sangat mengerikan sekali, Jungkook bahkan sudah berani memanggil namanya tanpa embel-embel "Noona" atau panggilan manis lainnya. Niatnya yang hanya ingin sedikit berjaga-jaga justru memberikan kesialan padanya.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang